Langsung ke konten utama

BELAJAR REDUPLIKASI


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah
            Dalam berkomunikasi yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari, sering kali kita menggunakan berbagai bentuk kata dalam bahasa yang terkadang berbeda-beda pula. Salah satu bentuk kata yang sering digunakan dalam kegiatan berkomunikasi biasanya berupa kata ulang atau biasa disebut reduplikasi. Proses reduplikasi yaitu pengulangan satuan gramatikal, baik selurunya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. (Solichi,1996: 9). Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah, kata ulang mobil-mobilan dari bentuk dasar mobil, kata ulang berjalan-jalan dari bentuk berjalan.             Namun, dalam kata ulang tertentu mungkin mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk dasarnya misalnya pada kata ulang bolak-balik apakah bentuk dasarnya bolak atau balik?, kata ulang gerak-gerik bentuk dasrnya garak atau gerik? Kata ulang berlari-lari berasalal dari bentuk dasar belari atau lari? Kata ulang bersalam-salaman berasal dari bentuk dasar bersalam, salaman, atau bersalaman?.
            Di samping itu, ada pula permasalahan yang sering muncul dalam proses pembentukan kata ulang. Permasalahan reduplikasi sebagai salah satu peristiwa dalam bahasa, telah banyak dibicarakan oleh para ahli bahasa Indonesia. Khususnya reduplikasi morfem atau reduplikasi dalam tataran morfologi bahasa Indonesia. Sampai saat ini, belum diperoleh deskripsi dengan kriteria yang secara eksplisit dinyatakan oleh para ahli bahasa. Mereka memang mengklasifikasikan atau menggolongkan jenis reduplikasi dalam bahasa Indonesia, namun hasilnya pun ternyata berbeda-beda. Tulisan ini mencoba mengulas secara terperinci mengenai probematika yang terjadi akibat proses reduplikasi, dengan membahas tata cara menentukan bentuk dasar pada kata ulang, cara menentukan proses pembentukan penggulangan kata ulang, dan menentukan kata ulang dengan bentuk-bentuk yang menyerupai kata ulang.

















1. 2 Rumusan Masalah
a.      Apasajakah pengertian reduplikasi menurut berbagai pakar kebahasaan?
b.     Bagaimanakah ciri-ciri kata ulang?
c.      Apasajakah jenis-jenis kata ulang?
d.     Apasajakah Makna yang terdapat dalam kata ulang?
e.      Bagaimanakah cara menentukan bentuk dasar pada kata ulang?
f.      Bagaimanakah proses pembentukan kata ulang?
g.     Bagaimanakah menentukan kata ulang dengan bentuk-bentuk yang menyerupai kata ulang?

1. 3 Tujuan
a.      Mampu memahami pengertian reduplikasi yang dikemukakan oleh berbagai pakar kebahasaan, untuk selanjutnya dapat menarik kesimpulan dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan.
b.     Mampu memahami ciri-ciri, jenis, dan makna  yang terdapat dalam kata ulang.
c.      Mampu menentukan bentuk dasar dari suatu kata ulang.
d.     Mampu memahami proses terbentuknya kata ulang.
e.      Dapat menentukan kata ulang dengan bentuk-bentuk yang menyerupai kata ulang.




 BAB II
PEMBAHASAN
            Sebelum dibahas mengenai beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kata ulang seperti yang telah diuraikan diatas, berikut akan dijelaskan  beberapa pengertian-pengertian tentang kata ulang, ciri-ciri kata ulang, jenis-jenis kata ulang, serta makna-makna yang terdapat dalam kata ulang.

2.1 Beberapa pengertian reduplikasi menurut berbagai pakar kebahasaan
1. Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Soedjito, 1995: 109)
2. Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Ramlan, 1985: 57)
3. Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. (Muslich, 1990: 48)
4. Kata ulang ialah kata hasil perulangan bentuk dasar baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Soepeno, 1982: 20}
            Berdasarkan beberapa pendapat mengenai definisi kata ulang tersebut dapat disimpulkan bahwa proses reduplikasi merupakan proses pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagaian, baik dengan variasi fonem maupun tidak, dengan menghasilkan kata baru yang di sebut  sebagai kata ulang.

2.2 Ciri-ciri Reduplikasi dalam Bahasa Indonesia
            Ciri reduplikasi, masih dibagi menjadi dua, yaitu ciri khusus reduplikasi dan ciri umum reduplikasi sebagai proses pembentuk kata.
2.2.1 Ciri Khusus Reduplikasi
·       Selalu memiliki bentuk dasar dan bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa. Maksud ”dalam pemakaian bahasa” adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat dan ada dalam kenyataan berbahasa. Contoh:
Kata Ulang
Bentuk Dasar
mengata-ngatakan
Mengatakan, bukan” mengata”.
menyatu-nyatukan
Menyatukan, bukan “menyatu” (sebab tidak sama dengan kelas kata ulangnya).
melari-larikan
Melarikan, bukan melari
mempertunjuk-tunjukan
Mempertunjukkan, bukan
“mempertunjuk”.
bergerak-gerak
Bergerak, bukan “gerak” (sebab kelas katanya berbeda dengan kata ulangnya)
berdesak-desakkan
Berdesakan, bukan “berdesak”
·       Ada hubungan semantis atau hubungan makna antara kata ulang dengan bentuk dasar. Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya. Ciri ini sebenarnya untuk menjawab persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil proses pengulangan.
Contoh:
§ Bentuk alun bukan merupakan bentuk dasar dari kata alun-alun.
§ Bentuk undang bukan merupakan bentuk dasar dari kata undang-undang.
·       Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Begitu juga, apabila kata ulang itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja. Lebih jelasnya, jenis kata kata ulang, sama dengan bentuk dasarnya.
Contoh:
Kata Ulang
Bentuk Dasar
gedung-gedung (kata benda)
gedung (kata benda)
mobil-mobilan (kata benda)
mobil (kata benda)
membaca-baca (kata kerja)
membaca (kata kerja)
berlari-lari (kata kerja)
berlari (kata kerja)
pelan-pelan (kata sifat)
pelan (kata sifat)
cantik-cantik (kata sifat)
cantik (kata sifat)
dua-dua (kata bilangan)
dua (kata bilangan)
            Namun demikian, ada juga pengulangan yang mengubah golongan kata, ialah pengulangan dengan se-nya, misalnya:
·       Tinggi ► setinggi-tingginya
·       Luas ► seluas-luasnya
·       Cepat ► secepat-cepatnya
            Kata-kata setinggi-tingginya, seluas-luasnya, dan secepat-cepatnya termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi keterangan dalam suatu klausa, sedangkan bentuk dasarnya, ialah tinggi, luas, dan cepat termasuk golongan kata sifat.





2.2.2  Ciri Umum Reduplikasi
            Ciri umum reduplikasi atau kata ulang sebagai proses pembentukan kata adalah sebagai berikut.
1. Menimbulkan makna gramatis.
2. Terdiri lebih dari satu morfem (Polimorfemis).
3. Selalu memiliki bentuk dasar.
4. Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata.
5. Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa.
6. Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan
2.3  Penggolongan Jenis Kata Ulang dalam Bahasa Indonesia
            Dari beberapa ciri yang telah disebutkan di atas, dapat di klasifikasikan beberapa jenis kata ulang. Ada dua jenis kata ulang, yaitu kata ulang murni dan kata ulang semu, sebagaimana berikut:
2.3.1 Kata ulang murni
            adalah kata ulang yang masih dapat dipisah menjadi bentuk yang lebih kecil dan mempunyai bentuk dasar. berdasarkan bentuk proses pengulangannya,ada empat macam kata ulang murni, yaitu:
1.  Pengulangan Seluruh
            Pengulangan seluruh adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem. Misalnya dapat dilihat pada table berikut :
Bentuk Dasar
Hasil Pengulangan Seluruh
Sembilan
Persatuan
Pembangunan
Satuan
Sembilan-sembilan
Persatuan-persatuan
Pembangunan-pembangunan
Satuan-satuan

            Dari contoh-contoh diatas terlihat bahwa bentuk dasar dari pengulangan seluruh ada yang bermorfem tunggal (misalnya sembilan) dan ada yang bermorfem kompleks (misalnya persatuan, pembangunan, dan satuan).
2.  Pengulangan sebagian
            Pengulangan sebagian ialah pengulangan bentuk dasar secara sebagian, tanpa perubahan fonem. Sebagai contohnya, lihatlah tabel berikut:
Bentuk Dasar
Hasil Pengulangan Sebagian
Menulis
Berlari
Seakan
Minuman
Ditulis
Menulis-nulis
Berlari-lari
Seakan-akan
Minum-minuman
Ditulis-tulis








3.  Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks
            Yang dimaksud dengan pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks ialah pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan afiks secara bersama-sama atau serentak dan bersama-sama pula mendukung satu arti.
            Kata ulang mobil-mobilan misalnya, merupakan hasil pengulangan bentuk dasar dengan penambahan afiks. Bentuk dasar kata ulang itu adalah mobil, tetapi bukan mobilan atau mobil-mobilan. Dikatakan demikian, sebab mobilan tidak pernah dijumpai dalam pemakaian sehari-hari, sedangkan mobil-mobil yang berarti ’banyak mobil’ tidak ada kesinambungan arti dengan mobil-mobilan yang berarti ’menyerupai mobil’.
            Di dalam bahasa Indonesia ada beberapa imbuhan yang dapat bergabung secara bersama-sama dengan pengulangan bentuk membentuk satu arti, yaitu {-an},{ke-an}, dan{se-nya}. Misalnya terlihat pada tabel berikut.
Bentuk Dasar
+ Pengulangan dan pembubuhan afiks
Hasil pengulangan
Rumah
Kuda
Kuning
Hijau
Baik
Lincah
+ (pengulangan)-an
+ (pengulangan)-an
+ ke-(pengulangan)-an
+ ke-(pengulangan)-an
+ se-(pengulangan)-nya
+ se-(pengulangan)-ya
rumah-rumahan
kuda-kudaan
kekuning-kuningan
kehijau-hijauan
sebaik-baiknya
selincah-lincahnya









4.  Pengulangan dengan perubahan fonem
            Yang dimaksud dengan pengulangan perubahan fonem ialah pengulangan bentuk dasar dengan disertai perubahan fonem. Pengulangan jenis ini sudah tidak produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, berdasarkan hasil perbandingan, masih dapat dibuktikan bahwa pengulangan jenis ini memang ada dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata ulang gerak-gerik.
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam model pengulangan perubahan fonem, yaitu pengulangan fonem vokal dan pengulangan konsoanan.
Contoh pengulangan dengan perubahan fonem vokal :
·       bolak-balik (bentuk dasar : balik )
·       serba-serbi ( bentuk dasar : serba )
·       robak-robek ( bentuk dasar : robek )
 Contoh pengulangan dengan perubahan fonem konsonan:
·       lauk-pauk (bentuk dasar : lauk)
·       ramah-tamah (bentuk dasar : ramah)
·       beras-petas ( bentuk dasar : beras)
2.3.2 Kata ulang semu
            Kata ulang semu sebenarnya bukan kata ulang, tetapi menyerupai kata ulang karena bentuk dasarnya mirip dengan kata ulang
Contoh: mondar-mandir, compang-camping, onde-onde.






2.4  Makna Kata Ulang dalam Bahasa Indonesia
            Terdapat beberapa makna baru setelah proses pembentukan kata ulang, makna-makna tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kata ulang yang menyatakan banyak tidak menentu
- Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.
2. Kata ulang yang menyatakan sangat
- Anak kelas 3 ipa 1 orangnya malas-malas dan sangat tidak kooperatif.
3. Kata ulang yang menyatakan paling
-Imam adalah orang tertinggi di Indonesia, tinggi badanya sekitar 200 m.
4. Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan
- Adik membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Jamil tadi pagi.
5. Kata ulang yang menyatakan saling atau pekerjaan berbalasan
- Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa.
6. Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin
- Biarkan dia main hujan! lama-lama dia akan kedinginan juga.
7. Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa
- Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.
8. Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab
- Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.
9. Kata ulang yang menyatakan terus-menerus
- Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Bram dapat termaafkan.
10. Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti)
- Kepala adik pusing-pusing.
11. Kata ulang yang menyatakan beberapa
- Mas parto berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya?
12. Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak
- Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya.
13. Kata ulang yang Bermakna kolektif
- Masuklah ke ruang ujian lima-lima saja!
2.5 Problematika dalam Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Kata Ulang
Bentuk Dasar
berjalan-jalan
Berjalan (bukan jalan), karena merupakan kata ulang sebagian dan berjalan berjenis kata kerja
tumbuh-tumbuhan
Tumbuhan (bukan tumbuh), karena tumbuhan kata benda sedangkan tumbuh kata kerja(kata ulang tidak mengubah kelas kata)
berpandan-pandangan
Berpandangan (bukan pandangan), karena berpandangan merupakan kata kerja, sedangkan pandangan kata benda, berpandang tidak dijumpai dalam tuturan.
Gerak-gerik
Gerak (bukan gerik), karena tidak ada bentuk gerik berdiri sendiri. Selain itu ada bentuk bergerak, gerakan, tetapi tidak ada bentuk bergerik, gerikan
Bolak-balik
Balik (bukan balik), karena ada bentuk berbalik, membalikkan, tetapi tidak ada bentuk berbolak atau membolakkan
Robak-rabik
Robek (bukan robak atau rabik0 karena ada bentuk dirobek, robekan, merobek, tetapi tidak ada bentuk merobak, dirobak, merabik, dirabik
Lauk-pauk
Lauk (bukan pauk), karena tidak dijumpai dalam tuturan
Ramah-tamah
Ramah (bukan tamah), karena tidak dijumpai dalam tuturan

2.6 Problematika Proses Penggulangan Kata Ulang
            Pada kata ulang tertentu sering dijumpai adanya kesulitan dalam menentukan proses pengulangannya seperti telah diuraikan di depan. Berikut akan diuraikan mengenai proses pengulangan kata yang yang sering menimbulkan permasalahan, di antarnya:
            Pengulangan bentuk dasar kereta menjadi kereta-kereta menyatakan makna ’banyak’, sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna ’banyak’. Yang ada makna ’sesuatu yang menyerupai bentuk dasar’. Jelaslah bahwa satu-satunya kemungkinan ialah kata kereta-keretaan terbentuk dari bentuk dasar kereta yang diulang dan mendapat afiks –an. Namun, Menurut Ramlan, proses tersebut dinilai tidak mungkin jika dilihat dari faktor makna. Contoh kata ulang yang lain sebagai berikut:
mobil → mobil-mobilan
gunung → gunung-gunungan
orang → orang-orangan
anak → anak-anakan
kereta → kereta-keretaan
            Demikian juga kata-kata kehitam-hitaman, keputih-putihan, kemerah-merahan, sejelek-jeleknya, setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, dan sebagainya, juga terbentuk dengan cara yang sama sebagaimana cara di atas, yaitu dengan pengulangan dan pembubuhan afiks pada bentuk dasarnya:
hitam → kehitam-hitaman
putih → keputih-putihan
merah → kemerah-merahan
jelek → sejelek-jeleknya
tinggi → setinggi-tingginya
dalam → sedalam-dalamnya
            Proses pembentukan kata ulang berimbuhan seperti ini, sebenarnya sama dengan kereta menjadi kereta-kereta dan ditambahui imbuhan -an. Hanya saja, bentuk kereta-keretaan tidak berasal dari kereta-kereta yang diberi imbuhan -an, karena secara makna keduanya tidak ada kesamaan.

2.7 Problematika Bentuk-bentuk yang menyerupai Kata Ulang
            Ada beberapa bentuk yang sering dianggap sebagai kata ulang, tetapi sebenarnya bentuk-bentuk tersebut oleh beberapa pakar bahasa tidak disebut sebagai kata ulang atau ada pakar bahasa yang mengelompokkan sebagai kata ulang semu. Kata-kata tersebut antara lain:
mondar-mandir
compang-camping
kocar-kacir
kupu-kupu
gado-gado
onde-onde
            Bentuk-bentuk tersebut tidak pernah dijumpai berdiri sendiri dalam tuturan, misalnya onde, kupu, gado, mondar, camping. Dengan demikian kata tersebut merupakan bentuk dasar. Lebih lanjut Soedjito hanya mengelompokkan bentuk- bentuk seperti kupu-kupu, onde-onde, dan gado-gado saja dalam kata ulang semu. Sedangkan mondar-mandir, compang-camping, dan kocar-kacir, dikelompokkannya dalam bentuk kata ulang berubah bunyi, hanya saja bentuk dasarnya tidak diketahui.
            Sementara itu, sering juga dijumpai bentuk simpang-siur, sunyi-senyap, beras-petas yang sementara ini oleh orang awam dianggap sebagai kata ulang, ternyata juga bukan merupakan kata ulang. Berkaitan dengan masalah ini, Ramlan (200: 76), menjelaskan bahwa bila bentuk tersebut dianggap sebagai kata ulang, berarti bahwa siur perubahan dari simpang, senyap perubahan dari sunyi, dan petas dari beras. Mungkinkah siur dari simpang, senyap dari sunyi, dan petas dari beras? Secara deskripsi tentu hal ini tidak mungkin. Perubahnnya sangat sukar dijelaskan. Kata-kata tersebut, kiranya lebih tepat dimasukkan dalam golongan kata majemuk yang salah satu morfemnya berupa morfem unik.

BAB III
PENUTUP
         3.1 Kesimpulan
            Reduplikasi merupakan proses pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagaian, baik dengan variasi fonem maupun tidak, dengan menghasilkan kata baru yang disebut sebagai kata ulang. Ciri reduplikasi dibagi menjadi dua, yaitu ciri khusus reduplikasi dan ciri umum reduplikasi sebagai proses pembentuk kata. Dari beberapa ciri yang ada, diperoleh dua jenis kata ulang, yaitu kata ulang murni dan kata ulang semu. Dalam proses reduplikasi akan menghasilkan makna baru, yang berbeda-beda sesuai dengan konteks kalimat yang digunakan.
            Pada kenyataannya, ketika dosen menjelaskan bagaimana proses reduplikasi itu terjadi, sering kali timbul berbagai macam permasalahan yang membingungkan mahasiswa dalam memahami teori reduplikasi. Permasalahan yang sering muncul dan ditanyakan oleh mahasiswa dalam proses reduplikasi antara lain mengenai penentuan bentuk dasar kata ulang tertentu, proses reduplikasi pada kata ulang tertentu, dan bentuk-bentuk yang menyerupai reduplikasi apakah bentuk tersebut dapat digolongkan sebagai reduplikasi atau tidak.




3.2 Saran
            Permasalahan-permasalahan tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan berbagai cara, misalnya membaca buku yang membahas tentang reduplikasi, browsing internet mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang reduplikasi, atau bahkan bertanya secara intensif  kepada orang-orang yang telah paham dibidang kebahasaan. Agar terhindar dari kesalahan dalam kegiatan berbahasa, bagi  seluruh pengguna bahasa disarankan untuk menggunakan cara umum yang kebanyakan digunakan oleh masyarakat, atau dapat berpedoman pada EYD.








DAFTAR PUSTAKA
  Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Muslich, Masnur. 1990. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tata Bahasa Deskriptif. Malang: YA 3 Malang.
Ramlan. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Solichi, Mansur. 1996. Hand-Out Morfologi. Malang: IKIP Malang.
Soedjito. 1995. Morfologi Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.
www.google.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa”

METAFORA be a great blog 1. Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa” Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Oleh: Taufik Ismail Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kauagungkan Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi April, 1965 Hasil analisis:             Ketika seseorang anak mulai menginjak usia kedewasaan, tentunya ia memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap dirinya dan keluarganya. Ketika anak mulai beranjak dewasa, saat ia mampu bekerja sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya, tanggung jawab orang tua kepada anaknya itu perlahan akan bebalik menjadi tanggung jawab seorang anak untuk orang tuannya. Oleh karena itu, pada puisi “ Nase

MACAM GAMES UNTUK ICE BREAKING

METAFORA be a great blog PANDUAN  WICARA KELOMPOK 09 PERMAINAN (GAMES) Di dalam materi wicara kelompok 09 ini berisikan teori tenang games yang meliputi Unjuk Kebolehan  ( Yel-Yel ), Akting Beregu ( Team Acting ), Sebut Nama Panggilan ( Say The Nickname ), Perang  Fantastik  ( Fantastic War ), Apa Selanjutnya? (What’s Next?); Mari Kita Bercerita! ( Let’s Tell A Story !), Resep Gotong Royong ( What’s in The Soup? ), Ceritakan Gambar  ( Telling The Picture), Bisik Berantai ( The Grape Vive ), Kontes Ucapan ( Pronounciation Contest ), Dua Puluh Pertanyaan ( Twenty Question ), Teka-Teki ( Guessing ), dan Tebak Gerak-Gerik ( Guess The Gestures ) TUJUAN PEMBELAJARAN             Setelah menerima sajian tentang pokok bahasan wawancara ini diharapkan mahasiswa dapat: (2) menunjujkkan contoh-contoh permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok; dan (1) melakukan simulasi permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok sesuai denganj aturan main yang telah ditentukan. K

KRITIK SASTRA CERPEN ANAK KEBANGGAN

Nama          : Enif Nurul Khoirubianti NIM/OFF   : 110211413115/BB WUJUD KECINTAAN SEORANG AYAH YANG DISALAH GUNAKAN OLEH ANAK YANG DIBANGGAKANNYA Judul Cerpen             : Anak Kebanggaan Halaman                       : 15-26 Penulis                         : A.A. Navis Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit            : Cetakan ke-16, 2010 1. Sinopsis cerpen “Anak Kebanggan” karya A. A. Navis             Ompi adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinnya, selain itu Ompi juga seorang yang kaya raya. Setelah kepergian istrinnya, Ompi hanya tinggal dengan anak semata wayangnnya yaitu, Indra Budiman. Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter. Akhirnnya, Indra Budiman pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studi SMA disana. Semenjak itu, Ompi yakin anaknya akan menjad