PETUALANGAN MENCARI SEBUAH KEDAMAIAN HATI YANG TELAH LAMA HILANG
DALAM NOVEL “HATI YANG DAMAI”
Oleh:
Enif Nurul Khoirubianti
110211413115/ eniph.ryn@gmail.com
A. Pendahuluan
Psikologi
merupakan ilmu yang mengkaji tentang kejiwaan manusia dan
segala tindakan yang dilakukan oleh manusia. Tindakan manusia
ini dipengaruhi oleh dorongan kejiwaan yang ada dalam manusia itu
sendiri. Dalam sebuah cerita sastra psikologi dibutuhkan untuk menghidupkan
penokohan setiap tokoh yang ada dalam mendukung jalannya cerita. Psikologi yang
berbeda antar tokoh satu dengan tokoh lainnya akan menciptakan sebuah konflik
baru agar cerita yang diajikan hidup dan menarik untuk dibaca.
Manusia
memiliki pribadi yang khas, selalu berkembang,
bertujuan, dan pribadi yang menguasai jasmani. Pribadi yang khas membuktikan
manusia itu berbeda dari pribadi laiinya. Sifat yang khas menentukan
penyesuaian pada lingkungan. Pribadi manusia akan berkembang sesuai dengan
tujuan nurani. Perbuatan khusus pada individu terletak dalam kepribadiannya. (Allport dalam
Sujanto, 2004:94).
Dari uraian di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi sastra merupakan sebuah kajian sastra
yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan
cipta, rasa dan karsa dalam berkarya untuk menyajikan sebuah cerita yang menarik. Begitu pula
pembaca dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan
masing-masing, sehingga mereka mampu memberikan beberapa penilaian terhadap prilaku
setiap tokoh yang digambarakan lewat cerita.
Dalam novel “Hati
yang Damai” karya Nh. Dini ini, jika kita cermati lebih dalam dan
memfokuskannya pada salah satu tokoh, kita akan menemukan bagaimana kegalauan hati
seorang istri penerbang yang bertemu lagi dengan kekasih-kekasihnya terdahulu
justru di saat sang suami tidak berada disampingnya. Untuk itu disinilah kita mencoba melakukan analisis
psikologi yang akan membahas mengenai kegalauan yang dialami oleh tokoh utama dalam menjaga
kesetiannya kepada suami hingga pada akhirnya sang tokoh utama mampu menemukan
kedamaian hati dalam keluasan hati pada diri suaminya dan dapat mempertahankan
keutuhan rumah tangganya.
B. Analisis dan Apresiasi
Rekaman Suasana Kegalauan Batin
Tokoh Demi
1. Awal
Kami
tidak saling memandang. Tapi meneruskan bicaraku.
“Kau
akan memperkenalkan istrimu kepadaku?” kataku setelah kami berdua diam sejenak.
Sidik tidak menjawab.
Pada awal cerita ini dibuka dengan
narasi dan beberapa dialog seperti di atas. Dari potongan narasi dan dialog tersebut
dapat terlihat mulai adanya perkenalan tokoh. Terdapat dua tokoh yang
dimunculkan sebagai center cerita pembuka dan memunculkan sebuah konflik antara
mereka. Dalam narasi yang ada, mengambarkan adanya pertentangan batin diantara kedua tokoh tersebut. Sidik merupakan masalalu dari tokoh
Dati yang kembali muncul disaat suami Dati tidak berada disampingnya. Mereka
mencoba mengingat kenangan masa lalu yang dulu belum sempat terselesaikan.
“Memang
ada apa-apa diantara kita. “Ia kembali duduk dan matanya terpaku ke wajahku.
“ada suatu pengenalan yang tidak akan bisa diartikan orang lain.Ada pengenalan
yang akan selalu menguatkan kita berdua hingga kita terpaksa mengakui, bahwa kita dilahirkan
hanya untuk menjadi satu.”
Pada cuplikan dialog diatas, tergambar bahwa Sidik mulai berusah
mengoyahkan keyakinan dan kesetian hati Dati. Ia berusaha membangkitkan kembali
kenangan yang indah ketika bersamanny. Mencoba meyakinkan bahwa mereka tercipta
untuk saling bersama lagi. Setelah dahulu ia ditinggalkan Dati begitu saja,
Sidik pun berusaha untuk mendapatkan hati Dati dengan berbagai cara.
2. Tengah
Sidik makan siang dirumahku.
Sebelumnya dia menelepon mau datang malam ini. Tetapi aku berkata bahwa aku
akan pergi. Untuk menutuppenolakan itu aku mengundangnya makan siang itu.
Aku merasa tidak ada salahnya jika ia datang, apalagi di siang hari.
Pada narasi
tersebut Dati menerima baik masa lalunya, ia berhubungan baik dan kembali dekat
dengan Sidik. Selain makan di rumah Dati, Sidik sering mengajaknya keluar untuk
sekedar ngobrol, mengajaknya nonton dan makan malam di luar rumah. Lambat waktu
berjalan, Dati tersadar akan perbuatan salah yang ia lakukan di belakang
suaminya. Dati mulai memperbaiki diri menata hidupnya kembali untuk kesetiannya
terhadap keluarga.
3. Akhir
Apakah sebenarnya yang telah kuberikan kepada Wijaya suamiku?.
Laki-laki itu mengecap hidup dengan perempuan yang memberinya
keperawanan dan kesetiaan. Aku tidak mau dan tidak bisa menyalahkan diri
mengapa kadang-kadang mengkhianatinya dengan pemikiran-pemikiran cinta kepada
orang lain.
Narasi teks cerpen tersebut
mengungkapkan beberapa ungkapan perasaan yang dipendam oleh Dati. Perasaan
bersalah yang mendatangkan kegelisahan dan kegalauannya ketika masa lalunya datang
mengusik ketentraman hatinya, mengangu kehidupan rumah tangganya bersama Wija,
suami yang begitu mencintainya. Hal tersebut wajar terjadi terhadap semua orang
yang pernah melakukan sebuah kesalahan, penyesalan selalu datang dari belakang,
namun tidak ada kata terlambat untuk merubah hidup ke arah yang lebih baik dari
yang sebelumnya.
Aku terbangun oleh dentang jam penjagaan. Mataku tertumbuk kepada
tingkap kecil di dinding kamarku. Sinar bulan pagi yang terang jatuh dari sana
terus ke lantai. Aku berfikir apa yang telah terjadi dengan diriku.
Dati mulai berusaha bangkit,
menguatkan hatinya untuk belajar menerima hidupnya saat ini, berusaha mencintai suaminya yang telah baik
padanya. Ia mulai mengetahui letak kesalahannya sendiri. Ia berusaha memunculkan
sosok suaminya agar ia mengingatnya. Ia mulai belajar mencintai suami dan
keluarganya. Perasan-perasaan tersebut muncul dalam usahan kerasnnya untuk
mencari sebuah kedamaian dalam hidupnya.
REKAMAN SUASANA BATIN DALAM USAHA
PENCARIAN KEDAMAIAN HATI
Kata Ajip Rosidi (1969: 178), kisah
ini sangat mengharukan dan ditulis dengan halus mengajuk hati wanita, sedangkan
Prihatmi (1977: 50) menyatakan bahwa novel ini mampu memukau perhatian pembaca.
Seorang yang lembut, jujur, sederhana, dan selalu memilih kedamaian hati telah
ditampilkan pengarang sebagai tokoh utama.
Kesadaran akan menjaga sebuah
keutuhan dan kesetiaan kepada keluarga mulai diciptakan oleh Dati dalam
usahanya mencari sebuah kedamain dalm hidup. Ia menganalisa apa yang menyebabkan
dirinya dahulu sempat berfikir untuk menghianati suaminya.
“Aku hidup sadar dari hari ke hari dengan kebahagiaanku. Aku
mempunyai anak, aku mempunyai suami. Kedamaianku hanya selintas-selintas, jika
kamu berkumpul semua; anakku suamiku dan aku. Pekerjaan suamiku merupakan
bayangan yang menakuti perasaanku setiap saat. Juga keadaan merupakan bayangan
yang menakuti perasaanku setiap saat. Juga keadaan hati yang tidak bisa
dipercaya akhir-akhir ini semakin mencemaskan hatiku. Dan kini aku datang.
Adakah ini hanya bersebab kepadaku saja, aku sendiri?” .
Kesabaran hati Suami untuk menerima
Dati kembali membuatnya semakin merasa bersalah atas perbuatan yang ia lakukan
di belakang suaminya. Hingga ia tidak berani menatap wajah suaminya yang telah
baik padanya dan mencintainya denga sepenuh hati. Sesungguhnya kala itu Wija
telah mengetahui bahwa istrinya masih mencintai Sidik. Namun Wija berusaha diam
dan memendam rasa kecewanya sendiri. Wija sadar bahwa Dati tidak dapat membalas
ketulusan cintanya karena ia masih menyimpan rasa cinta yang besar pada Sidik,
masa lalunya. Ia tahu bahwa Dati berada pada posisi yang sulit, dan ia memahami
keadan tersebut.
“Aku tahu kau masih mencintainya. Tapi aku juga tahu bahwa
mencintai itu memang mudah. Untuk aling mengerti itu yang sukar.”
Kudengar suamiku berkata, suranya kaku dan terang. Aku menoleh
kepadanya. Jadi dia tahu. Dia mengerti siapa Sidik. Dia pasti juga mengerti
semuanya.
“Malam itu dalam kamarmu yang sempit kita telah berjalan jauh,
menjelajahi hidup. Itu berjalan pertama bagimu. Aku tahu. Tapi aku tidak pernah
mengatakan bahwa itu bukan malam pertama bagiku. “Ia tiba-tiba telah berdiri
dekat sekali denganku. Dan aku tidak mendengar yang lainnya selain suaranya
yang bening, tenang dan damai. Aku tidak melihat lainnya selain dia, suamiku
yang telah kembali dan mencintaiku. Aku tidak berani menatapnya. Aku tundukkan
kepalaku.
Pada narasi tersebut, Wija dan Dati
berusaha untuk memperbaiki hubungannya yang telah rengang. Malam itu mereka
saling berbicara, dari hati mengungkapakan segala rasa yang lama terpendam
dalam dada. Wija telah menerima segala perbuatan yang dilakukan data kepadanya.
Wija tak menghiraukan yang terdahulu, ia mencintai Dati kembali dengan sepenuh
hatinya, memaafkan kesalahan yang pernah diperbuat istrinya. Karena rasa
bersalahnya yang teramat besar, Dati merasa malu dan tak sanggup menatap
ketulusan wajah suaminya.
Aku tidak tahu apa yang akan diperbuatnya terhadapku, istri yang tak
mencintainnya. Tanganya berat meraba mukaku. Aku tidak mau menengadah
menentangnya.
“Kau menangis. Mengapa?” Suaranya perlahan setengah berbisik.
Tanganya yang tidak dibalut kini meraihku ke dadanya. Aku
menolaknya. Kupandang tenang-tenang wajahnya muram.
“Aku berjanji akan kembali, Dati. Kini aku kembali. Kepada siapa
aku harus datang? Aku tidak memiliki siapapun selain kau dan anak-anakmu.”
Kami berpandangan. Perkataannya amat menunjang perasaan hatiku.
Kuulurkan jari-jari tangankuke bibirnya, dan aku peluk dia. Aku peluk dia erat.
Kudapatkan kepalaku dengan terisak sebuah kekuatan yang sejuk mengait
perasaanku. Aku kemudian menyadari kedamaian dan ketenangan yang dibawanya
kepadaku.Aku mencintainya.
Akhir cerita ditutup dengan sebuah
suasan ayang mengharukan, dimana Dati telah mampu menghilangkan perasaan
dimasalalunya dan kini ia menapaki kehidupan baru bersama suami dan anak-anak
yang dicintainnya. Wija telah berhasil membuat Dati mencintai dirinya dengan
carannya sendiri, keikhlasannya memaafkan kesalahan Dati, penantiannya,
kesabarannya menanti agar Dati dapat membalas cintanya kini berbuah manis. Kini
Dati telah menemui kebahagiaan yang sesunguhnya dalam hidupnya, ia menemukan
kedamaian hati yang selama ini ia cari dalam keluarga kecilnya.
C. PENUTUP
Keunggulan novel ini terletak pada
kerumitan konflik yang terdapat pada setiap alur cerita. Keruntutan dan
kedetailan alur cerita begitu memudahkan pembaca memahami isi cerita. Permainan
perasaan setiap karakter tokoh yang ada sangat kuat dimunculkan dalam cerita.
Meskipun terdapat bahasa yang fulgar namun isi ceritnya begitu menarik dan
sayang untuk dilewatkan untuk dibaca.
D.
RUJUKAN
Dini,
Nh. 1961. Hati yang Damai. Bandung: PT DUNIA PUSTAKA JAYA.
Permana
, Hartana Adi. 2012. Indahnya Sastra Indonesia, (online), (http://www.bloger.com/indahnya-sastra-Indonesia.
html), diakses 20 November 2012.
Pipiet.
2010. Konflik dan Kpribadian Tokoh dalam Novel, (online), (http://www. bloger.com/ konflik
-dan-kpribadian-tokoh-dalam-novel. html), diakses 20 November 2012.
Komentar
Posting Komentar