CINTA TERLARANG DARI DUA LATAR BUDAYA
BERBEDA DALAM NOVEL “SALAH ASUHAN”
Oleh:
Enif Nurul Khoirubianti
110211413115/eniph.ryn@gmail.com
A. Pendahuluan
Dewasa
ini, sering terjadi dalam kehidupan nyata bebasnya pernikahan yang didasarkan
pada dua budaya yang berbeda atau yang akrab disebut pernikahan campuran. Hal
semacam mulai ini ada sejak tahun 1920 dan hingga saat ini semakin menjamur di kalangan
masyarakat umum umum. Padahal harus diketahui bahwa pernikahan campuran berarti
melibatkan dua budaya yang berbeda.Dalam perundang-undangan di Indonesia,
perkawinan campuran didefinisikan dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, pasal 57 :
”Yang
dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah perkawinan
antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena
perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.”
Ayu (2007)
menyatakan Ada beberapa konsekuensi yang harus anda terima bila menikah dengan
seorang WNA. Salah satunya yang terpenting yaitu terkait dengan status anak.
Berdasarkan UU Kewarganegaraan terbaru, anak yang lahir dari perkawinan seorang
wanita WNI dengan pria WNA, maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang
wanita WNA dengan pria WNI, kini sama-sama telah diakui sebagai warga negara
Indonesia. Anak tersebut akan berkewarganegaraan ganda, dan setelah anak
berusia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus menentukan pilihannya.Pernyataan
untuk memilih tersebut harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) tahun setelah
anak berusia 18 tahun atau setelah kawin.
Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa telah ada dengan jelas perbedaan antara kedua budaya yang
tidak dapat disatukan, perbedaan yang ada akan berimbas pada kewarganegaraan
anak yang bergelar ganda.Dalam novel ini,
pengarang begitu kuatnya menceritakan kisah cinta dua insan yang memiliki latar
budaya berbeda. Perbedaan adat budaya daerah timur dengan budaya barat
digambarkan melalui perkawinan Hanafi dan Corie, yang pada akhirnya menimbulkan
berbagai masalah bagi diri mereka. Oleh karena itu, apresiasi dibawah ini akan
membahas secara lebih detail bagaimana proses rasa cinta itu tumbuh pada mereka
dan dampak apa saja yang mereka peroleh seusai menikah.
B. Analisis dan Apresiasi
1. Awal
Tempat bermain tenis yang dilindungi oleh pohon pohon
ketapang sekitarnya masih sunyi cahaya matahari yang diteduhkan oleh daun daun
di tempat bermain itu masih keras, karena dewasa itu baru pukul tengah lima petang hari.
Novel salah asuhan ini diawali
dengan narasi yang mengambarkan latar suasana perbincangan Hanafi dan Corie
yang sedang duduk duduk dibawah pohon didekat lapangan tenis. Awalnya
perbincangan mereka terlihat hangat dan baik-baik saja, namun pada akhirnya
saat Hanafi menyinggung budaya orang Eropa dengan cara yang kurang sopan,
sehingga membuat perbincangan mereka berubah menjadi bersila pendapat. Corrie
dan Hanafi telah bersahabat cukup lama, mereka menjadi sering bertemu dan
keluar bersama. Karena seringnya mereka bersama, timbul perasaan cinta di hati
Hanafi untuk sahabatnya Corrie.
2. Tengah
Pagi itu seperti biasa Ayah selalu menyisihkan waktu untuk
berbincang-bincang dengan Corrie. Dalam perbincangan itu, Corrie bertanya
kepada ayahnya apakah papanya mau menerimanya jika ia jatuh cinta pada orang
pribumi?seketika, tuan Busee berusaha untuk menolaknya dengan halus karena dia
tidak ingin melihat anaknya menderita seperti nasib mamanya, karena papa Corrie
nekat menikahi mamanya yang merupakan pribumi dari Solok, mereka dikucilkan
oleh bangsanya sendiri. Maka tuan Busse menceritakan bagaimana perlakuan yang
mereka terima setelah menjadi sepasang suami istri yang berbeda kebangsaan.
“Didalam pesta pesta besar, tidak ketinggalan papa
dipanggil. Tapi acap kali benar orang melupakan mamamu. Dimana bertemu, semua
orang mengangkat topi kepada papa, kebanyakan lupa bahwa mamamu turut berjalan
disebalah papa. Pendeknya, papa tidaklah kurang menanggung penderitaan itu. Dari
sebab mamamu tidak diakui itulah maka kami berdua menyisih dari pergaulan”.
Dari narasi tersebut dapat diketahui
begitu besar perbedaan perlakuan yang diterima bangsa timur dimata bangsa
barat. Adat kebiasaan budaya yang berbeda sangatlah sulit untuk dipersatukan. Dari
cerita tuan Busse dapat kita ambil suatu pelajaran bahwa kehidupan dua orang
yang melakukan perkawinan campuran,yaitu antarabangsa timur dengan bangsa barat
tidak akan menciptakan suatu kesatuan yang damai. Bangsa timur tidak dapat disamakan
dengan bangsa barat, karena keduanya memiliki perbedaan yang sangat besar. Oleh
karena itu, mereka akan mengucilkan orang barat yang menikah dengan orang timur
dari pergaulan mereka. Seperti yang ditunjukkan pada cuplikan dialog berikut
ini.
“Tapi seseorng perempuan bangsa Eropa, yang kawin dengan
orang Bumiputra, selama di tangan suaminya itu, akan kehilangan haknya sebagai
orang Eropa. Terlebih hina kedudukannya di dalam pergaulan bangsa Eropa
sendiri. Jika nyonya itu sampai beranak, dipandang, bahwa ia turut mengurangi
derajat bangsa Eropa. Terasalah olehmu, Corrie, perbedaan antara kedua
perkawinan itu?”.
Dalam perdebaatan dengan ayahnya
itu, telah sangat jelas menguatkan argumen Ayah Corrie sebelumnua, namun Corrie
tidak mendengarkan nasehat dari Ayahnya ia tetap membela Hanafi. Hal ini ia
lakukan karena Corrie mulai merasakan cinta kepada Hanafi, sahabatnya.
3. Akhir
Meskipun budi nyonya itu tidak kasar,
tetapi di dalam suatu hal terasa oleh Hanafi, bahwa ia di dalam rumah itu
diterima dengan setengah hati saja, seolah-olah mengawani orang yang tidak
takut. Meskipun sudah tiga bulan ia diam
disana, tapi yang boleh dikatakan tempat kediamannya hanyalah kamar di muka
tempat ketidurannya saja.
Lama waktu berjalan, Hanafi tidak tahan dengan situasi itu, meskipun
temannya bersikap baik padanya tetapi prilaku istrinya jelas menunjukan
penolakan akan kehadiran Hanafi di tengah keluarga mereka. Oleh karena hal itu,
Hanafi berniat untuk pindah ketempat lain. Namun dia bingung harus kemana. Semenjak dia
memutuskan untuk bercerai dengan Rapiah,
dan memilih menikahi Corrie, keluarga mereka secara drastis dikucilkan dari
pergaulan bangsa barat. Orang-orang dikampung halamanyatidak mau lagi menerima Hanafi.
Hanafi dianggap telah berkhianat
terhadap adat-istiadatnya dengan berbindah kebangsaan menjadi bangsa barat.
Corrie pun ikut menangung akibat yang telah dilakukan oleh Hanafi, ia tidak
lagi diterima dalam keluarga besarnya dan dikucilkan dari pergaulan bangsanya.
Oleh karena keadaan
yang demikian, terasalaholeh Hanafi bahwa ia mesti pindah dari rumah itu. Tapi
kemana? Telah beberapa orang famili ditanya tak seorangpun suka menerimanya.
Tak samar lagi, sekalian mereka itu mengandung belas kasihan kepada Corrie.
Hanafi sudah memegang adat Belanda, tentulah tak akan senang menumpang dirumah
seorang Bumiputera.
DAMPAK
MEMAKSAKAN CINTA DARI DUA BUDAYA BERBEDA
Yang sangat menyedihkan hati ibunya ialah karena bagi
Hanafi segala orang yang tidak pandai bahasa Belanda, tidak masuk bilangan.
Segala hal ikhwal yang berhubungan dengan orang Melayu, dicatat dan
dicemoohkannya, sampai kepada adat lembaga orang Melayu dan agama islam tidak
mendapat perindahan serambut juga. Adat lembaga disebutkan ‘kuno’ agama islam
‘takhayul’ . Tidak heran, kalau ia hidup tersisih benar dari pergaulan orang
Melayu
Dikarenkan Hanafi telah lama berada dalam pergaulan orang barat,
Hanafi dengan mudah melupakan adat ketimuran yang telah mendarah daging pada
dirinya. Tidak hanya itu, Hanafi secara terang-terangan mencemooh adat
bangsanya sendiri, menagangapnya kuno dan agama islam ditinggalkannya pula.
Selain itu, Hanafi mulai mengabaikan nasehat ibunya, meningalkan segala hal
yang berkaitan dengan adat ketimuran dan belajar memperdalami adat orang barat.
Dua tahun sudah terlampaui, setelah kejadian hal-ikhwal
yang diceritakan di atas. Bagi keluarga di Sumatera Barat, Hanafi sudah
dipandang keluar dari kaum. Ia sudah menjadi ‘orlando’, sudah ‘bernyonya’,
sedang sepucuk pun surat tak ada yang datang daripadanya, sekedar menandakan
bahwa ia masih hidup bagi kaumnya.
Dari narasi tersebut simunculkan
sebuah permasalahan karena Hanafi lama tak memberi kabar pada keluarganya di
kampung, Hanafi dinggap sudah keluar dari bangsa timur. Karena ia telah
menganti kebangsaanya menjadi bangsa barat, Hanafi
merasa dirinya telah masuk ke dalam golongan orang barat. Dia merasa mendapat
pergaulan yang baik dari mereka setelah ia merubah kebangsaanya. Namun hal itu
sia-sia karena semua teman temanya tak mengangap perubahan itu dan mulai menjuahinya.
Hal itu terlihat saat teman temanya selesai bermain tenis, tak seorangpun mau
menyapanya, seolah-olah mereka ingin menunjukkan kebencianya pada Hanafi karena
ia seorang anak Bumi Putera.
Mula-mula Hanafi dan Corrie menjadi lid daripada kumpulan
bermain tennis yang terdiri dari pegawai-pegawai kantor Gubernemen di Betawi.
Sekalian kawan-kawan itu menunjukkan adat yang tertib pada mereka: seorang pun
tak ada yang menghinakannya, tapi sementara itu mereka berasa tersisih dari
pergaulan yang banyak.
Dengan keadaan seperti itu,
Corrie merasa begitutertekan dan tidak nyaman dengan keadaanya yang sekarang.
Hanafi merasa bersalah telah meminta Corrie menjadi isterinya. Namun mereka
tetap ingin memperbaiki keadaan, merubahnya seperti suasana sebelumnya. Tapi
seberapa besar usaha mereka untuk menyatukanya, tetap saja mereka tidak dapat
menerima kehadiran Corrie dan Hanafi.
“Benar Han sebab aku bersuamikan orang Melayu, maka
dunia menjadi sempit bagiku. Itu suatu kebenaran, tidak dapat dibantah karena
sudah terbukti. Han, rupanya tidak lain karena batinku tidak kuat menghadapi
hidup begini. disisiih orang!itulah yang menjadi perubahan atas laku
perangaiku.
Dari dialog tersebut, dapat kita ketahui bagaimana perasaan hati
Corrie yang sebenarnya atas kejadian yang merubah hidupnya, kala itu ia begitu tersiksa
dengan keadaan yang menimpa dirinya. Belum ada seminggu pernikahan keduanya
diwarnai dengan pertengkaran silah pendapat. Perselisihan itu ditimbulkan oleh banyaknya
penolakan akan kehadiran mereka dari pihak lain yang tidak berkenaan dengan
perkawinan mereka. Hal tersebut, selalu memicu pertengkaran dianatara mereka,
lama waktu berjalan peristiwa tersebut membuat saling merengganglah tali kasih
antar kedua suami isteri itu.
Terjadi perselisihan dan pertengkaran mewarnai kehiduppan
pernikahan mereka setiap hari. Hingga suatu ketika Hanafi pulang dari kantor, ia
melihat tempat abu rokok berisi puntung-puntung baru. Dengan marah dihempaskanya
sebuah pistol diatas meja, diketamnya tangan Corrie. Hanafi menuduhnya berzina
dengan laki- laki lain, namun Corrie tetap berusaha menjelaskan kejadian yang
sebenarnya, tetapi Hanafi tidak mempercayainya.Corrie merasa sakit hati dan
benci akan sikap Hanafi, ia pergi meninggalkan Hanafi dan berniat
menceraikannya.
Sebenarnya bagi Corrie sudah terbuka waktu yang baik buat
memberi keterangan, karena suaminya sudah mulai bertanya. Tapi hatinya semakin
panas. Serambut pun tak ada lagi cintanya kepada Hanafi pada saat itu; sukalah
ia bercerai seumur hidup. Dan pada hematnya, inilah pangkal perceraian yang
sebaik-baiknya.
Setelah peristiwa yang
menegangkan itu telah selesai, Corrie memutuskan untuk
meninggalkan rumah untuk menempuh kehidupan barunya ia menginap disebuah kontrakan. Namun dimanapun Corrie
berada tetap tidak ada seorangpun yang
mau bersahabat dengannya.Semenjak keputusanya menikah dengan orang pribumi
memang berbagai kalangan menentangnya hingga ketika mereka bercerai perlakuan
masyarakat terhadapnya tetap sama, merek tetap tidak mau menerima kehadiran
Corrie ditengah-tengah mereka.
Lain Corrie lain pula Hanafi. Ketika Hanafi
memulai untuk menempuh kehidupan baru datanglah seorang sahabat
bernama Pitt, ia menasehati Hanafi. Dia telah menyadrakan Hanafi akan
kesalahanya selama ini. Misalnyasikap durhaka pada
ibunya,sikapnya yang telah menyianyiakan Rapiah, sikapnya yang menuduh Corrie
berzina. Akhirnya dia memutuskanpergi mencari keberadaan Corrie ke Semarang. Hanafi ingin meminta maaf pada Corrie,
namun saat itu diketahui bahwa Corrie sedang
menderita sakit keras dan dirawat
dirumah sakit, dan betapa terpukulnya hati Hanafi, saat itu di harus menerima
kematian Corrie.
Empat belas hari lamanya Hanafi
tinggal dipelihara di Rumah Sakit Paderi di Semarang. Dalam waktu yang sekian
adalah tiga hari lamanya ia tidak sadarkan diri, yaitu dari waktu jatuh pingsan
melepas isterinya itu. Maka terbayanglah pula segala keadaan Solok dalam
kenang-kenangannya. Mengakulah ia, bahwa kehidupannya ialah hidup yang
secelaka-celakanya.
Dalam sakitnya Hanafi tersadar akan kesalahan yang ia lakukan pada
Ibu dan Rapiah juga penyesalannya kepada Corrie. Setelah melalui perjalanan
yang panjang, sampailah ia dikampung halamanya. Betapa terkejutnya hati rapiah
dan ibu melihat Hanafi berdiri di hadapanya. Walaupun masayarakat sekitar
enggan menerima kehadiran Hanafi, namun dengan besar hati Ibu dan Rapiah begitu
terbuka menyambutnya. Hari demi hari
Hanafi hanya termenung. Dalam renungannya ia mengingat semua kesalahnnya
terdahulu.
Dengan bimbang
hati mendekatlah ibunya kekepalanya, lalu Hanafi berkata denagn suara lemah- lembut,
”Ibu...ampuni..akan..dosa..ku..Syafeipelihara...baik-baik.Jangan..diturutnya..jejakku..”
“Ya anakku
sudahlah lama engkau aku ampuni.Hal anakmu janganlah engkau
risaukan. Mengucaplah, Hanafi. Kenanglah
nama Tuhan dan Rasul, supaya lurus jalanmu”.
Hanafi memandang
dengan sedih kepada
ibunya, berkata, ”Lailahaillallah.Muhammad
dar Rasulullah!” Dalam berjabat tangan dengan ibunya melayanglah jiwa Hanafi.
Gambaran yang terlihat pada cuplikan teks
Dialog dan Narasi tersebut mengenai keadaan Hanafi. Hari demi hari kesehatannya semakin memburuk.
Sakitnya bertambah parah Ibunya mengundang dokter untuk merawatnya. Namun
saat melihat kondisi Hanafi, dokterpun merasa tidak mampu membantu
menyembuhkan. Akhirnya,
beberapa saat setelah dokter pergi Hanafi menggapai
tangan ibunya lalu berpesan kepadanya agar menjaga Syafe’i baik-baik. Agar
kelak tidak meniru jejaknya. Dan dipenghujung hidupnya dia meminta maaf kepada
ibunya.
C. Penutup
Keunggulan novel “Salah Asuhan”
karya Abdoel Moeis inibanyak memberikan pengetahuan akan dampak yang diperoleh
seseorang jika ia tetap memaksakan untuk menikah dengan dua latar budaya yang
berbeda. Dari hal tersebut dapat ditarik suatu pelajaran berharga yang
disampaikan penulis dalam setiap alur cerita berkaitan dengan bagaimana sikap
yang harus kita pegang teguh sebagai manusia pribumi yang selalu menunjukkan
adat ketimuran, yang menjadi ciri khas anak pribumi.
Dari segi bahasa, bahasanya cukup sulit
untuk dipahami karena masih menggunakan bahasa Melayu, sehingga butuh waktu
yang cukup lamu bagi pembaca untuk memahami setiap peristiwa yang terjadi.
Terlepas dari itu semua cerita ini sangat menarik untuk dibaca, pembaca
diberikan bekal pengetahuan untuk menata hidupnya agar lebih baik dan mencintai
budaya sendiri, patuh terhadap perintah orang tua dan melaksanakan ajaran
agama.
D. RUJUKAN
Ayu. 2007. prosedur perkawinan
campuran di indonesia, (online),
Moes, Abdoel.
1928. Salah Asuhan. Jakarta : Balai
Pustaka
assalamualaikum...
BalasHapusboleh tak saya nak [astikan kajian yang dilakukan oleh Enif ni untuk pengajian beliau di peringkat apa? sarjana muda atau sarjana (master) atau PhD??
sarjana muda
BalasHapus