Sinopsis
Novel
Judul
: Burung-Burung Manyar
Pengarang
: Y.B. Mangun Wijaya
Tahun
terbit : 1981.
Pada zaman Belanda, ayah Teto adalah seorang
Letnan. Namun setelah Belanda kalah dan posisi kekuasaan Indonesia diganti oleh
Jepang, nasib keluarganya juga tidak jelas. Ayahnya ditangkap karena dicurigai
masih bersekongkol dengan Belanda. Dan demi menyelamatkan suaminya, ibunya
terpaksa menjadi gundik pemuas nafsu birahi para prajurit Jepang.
Betapa hancur hati Teto
menyaksikan kenyataan itu. Dia merasa gusar dan sangat dendam kepada tentara
Jepang. Perlakuan tentara Jepang terhadap kedua orangtuanya dan telah
menghancurkan rasa gemilang keluarganya melekat terus dalam hatinya. Dia
bertekad untuk membalas semua perlakuan tentara Jepang tersebut sampai
kapanpun. Setelah Jepang hengkang dari Indonesia dan tentara KNIL dari Belanda
datang kembali ke Indonesia, Teto menyambut sangat gembira kedatangan mereka.
Dia gembira sebab cita-citanya menjadi seorang tentara KNIL Belanda dapat
menjadi kenyataan. Ia pun langsung bergabung dengan tentara KNIL. Betapa
bahagia Teto saat dia menjadi tentara KNIL Belanda.
Namun, dibalik semua itu, timbul kegundahan
dalam hatinya.Dengan bergabung dengan tentara KNIL berarti Teto adalah musuh
bangsa sekaligus musuh Larasati, wanita dambaan hatinya. Dia hanya berfikir
bahwa musuh Belanda adalah pengkhianat. Dia juga tidak berfikir panjang bahwa
yang seharusnya disebut bandit pengkhianat adalah dirinya sendiri yang
seharusnya memihak bangsa. Kadang hati kecilnya bimbang terhadap keputusan yang
ia ambil, tapi nafsu balas dendamnya telah membutakan semua.
Hati Teto tambah gusar
setelah mendengar kabar bahwa ayahnya sendiri sekarang bergabung dengan tentara
republik. Dengan demikian, dia termasuk buronan tentara KNIL Belanda. Ini
berarti bahwa ayahnya menjadi buronannya sendiri. Kejayaan Teto sebagai
komandan patroli tentara KNIL Belanda tidak berlangsung lama. Tentara KNIL
Belanda makin lama makin lemah. Perlawanan rakyat RI terhadap gempuran-gempuran
mereka tidak pernah surut. Lama kelamaan tentara KNIL menjadi frustasi dan
memutuskan kembali ke negerinya.
Kekalahan tentara KNIL
Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu pada dirinya, malu
terhadap Larasati, wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati berjuang
membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Pada saat itu Larasati
mengabdi di departemen luar negeri. Karena perasaan malunya itu, Teto
memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan berangkat ke Amerika.
Di sisi lain, Larasati
sangat mengharapkan kembalinya Teto dan bekerja bergabung bersama dirinya
membangun negeri. Meskipun ayahnya meninggal karena dibunuh oleh tentara KNIL,
tetapi dia tetap sayang dan mengharapkan Teto. Larasati hanya menganggap bahwa
yang dilakukan Teto selama ini hanyalah khilaf karena rasa dendamnya terhadap
kehancuran keluarganya.
Setelah bertahun-tahun
hidup di negeri orang, Teto tidak menemukan kenyamanan meski uang dan jabatan
tinggi telah ia dapatkan. Dan akhirnya ia kembali ke Indonesia setelaah
bercerai dengan Barbara istrinya.
Sesampainya di tanah
air, hatinya gelisah. Perasaanya bergelora ketika melihat perkembangan
Indonesia. Tanah airnya telah mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang. Ia
juga teringat semua kejadian yang pernah dialaminya. Dia teringat dirinya yang
telah salah langkah dan berjuang membantu pihak Belanda, dan bukan membantu
tanah airnya sendiri. Dia juga teringat semasa ia masih bersama kedua orang
tuanya dan bagaimana ibunya berkorban demi menyelamatkan nyawa ayahnya.
Pada akhir cerita novel
tersebut, pengarang menyebutkan kembalinya Teto ke dalam kehidupannya yang
dahulu dengan bergabung bersama keluarga Larasati. Meski Larasati telah
bersuami dan mempunyai anak, tetapi dia dan suaminya tetap menerima kehadiran
Teto dengan tangan terbuka. Larasati malah menjadikan Teto sebagai kakaknya.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Janakatamsi, suami Larasati dan
Larasati sendiri meninggal dalam perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
haji. Demi kesetiaannya dan rasa balas budi, Teto merawat ketiga buah hati
Larasati dengan penuh kasih sayang seperti anaknya sendiri. Sampai pada
akhirnya dia tidak menikah lagi dan menganggap bahwa ibu Ananta, nenek mereka
cukup mengganti peran ibunya.
Komentar
Posting Komentar