GAMBARAN
KONFLIK PADA TIAP PERISTIWA YANG TERJADI
DALAM
NOVEL “PADANG ILALANG DI BELAKANG RUMAH” KARYA NH. DINI
Oleh:
Enif Nurul Khoirubianti
110211413115/
eniph.ryn@gmail.com
URUTAN CERITA
|
PAPARAN ISI
|
URUTAN LAPORAN
|
ISI
|
|
PENGANTAR
Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur pembangun
terciptanya sebuah karya sastra. Unsur tersebut dapat menunjang kesempurnaan
isi cerita yang dituliskan oleh pengarangnya, sehinnga karya sastra tersebut
menjadi karya sastra yang baik dan menarik untuk dikonsumsi pembaca. Unsur
tersebut salah satunnya adalah unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur
yang terdapat didalam cerita dan memiliki fungsi pembangun sebuah cerita agar
lebih hidup. Unsur ini meliputi penokohan, pengaluran, pelataran, penyudut
pandangan, penemaan, penggaya bahasaan, dan pengamanatan. Antara unsur yang
satu mempunyai hubungan yang erat dengan unsur yang lainnya, sehingga semua
unsur ini sangat penting dalam sebuah prosa fiksi.
Daya tarik utama
dari sebuah karya sastra ialah pemberian konflik cerita pada setiap
tokoh-tokoh yang diceritakan sepanjang alur cerita yang dimaksud. Alur
merupakan seleksi peristiwa yang disusun dalam urutan waktu yang menjadi
penyebab mengapa seseorang tertarik untuk membaca dan mengetahui kejadian yang
akan datang (Boulton, 1979: 45) dalam Aminudin (2011). Alur erat kaitannya
dengan konflik antara tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
Baik alur maupun konflik berkaitan erat dengan
perwatakan/penokohan. Ketiganya merupakan unsur fundmental dari cerita.
Dalam rangkaian kejadian itu terdapat hubungan sebab akibat yang
bersifat logis, artinya pembaca merasa bahwa secara rasional kejadian atau
urutan kejadian itu memang mungkin terjadi. Daya tarik mengapa seseorang
membaca cerita rekaan adalah bahwa cerita itu menimbulkan keingintahuan dan
menarik seseorang untuk menelusuri mengapa hal itu terjadi, baik pada
permulaan, tengah, maupun akhir.
Karya yang ada, haruslah memiliki ciri khas yang membedakan
antara cerita lainnya. Secara bebas pengarang dapat membuat sebuah cerita
dengan lebih memfokuskan isi pada salah satu unsur intrinsik saja. Misalnya,
unsur pengaluran terhadap konflik yang dialami oleh para tokoh digambarkan
secara detail. Sebagai contoh novel “Padang
Ilalang di Belakang Rumah” novel
ini cenderung menitik beratkan pada kekuatan pengaluran konflik antar
tokoh. Pengarang menonjolkan penggambaran pengaluran dengan berbagai fariasi
konflik untuk menguatkan isi cerita. Tidak sedikit pula sastrawan yang dalam
menulis sebuah cerita menitik beratkan pada beberapa unsur intrinsik yang
lainnya.
Dibawah ini merupakan gambaran isi novel yang akan dibahas secara
lebih terperinci mengenai pengaluran konflik pada setiap peristiwa yang
terjadi didalamnya. Berdasarkan paparan dibawah ini, pembaca dapat mengingat
beberapa kejadian menarik, menegangkan, atau pun mengharukan. Kemudian dari
peristiwa yang ada dapat dijadikan sebuah pelajaran dalam hidup dan diambil
amanatnya. Oleh karena itu sangat diperlukan pemahaman alur peristiwa yang
terjadi pada tahapan-tahapan keseluruhan cerita. Untuk lebih memudahkan dalam
mengingat peristiwa-peristiwa penting dalam novel karya Nh. Dini yang
berjudul “Padang Ilalang di Belakang Rumah ”, maka tulisan ini
berisikan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel tersebut.
Dengan demikian, kita dapat mengingat secara runtut peristiwa apa saja yang
terjadi dalam novel ini melalui dialog antar tokoh , monolog tokoh itu
sendiri, dan narasi pengarang.
|
PENGANTAR
|
Opini apresi-ator
Opini pakar
Contoh
Simpulan apresi-ator
Masalah yang diapresi-asi
|
|
Rekaman Narasi
dan Dialog Unsur Perwatakan
|
ANALISIS
DAN INTERPRETASI
|
|
Awal
|
Belanda meninggalkan kotaku.
Selama
beberapa hari rakyat merampok isi gedung yang bisa mereka buka, mengambil
segala yang dapat mereka pegang. Kemudian Jepang masuk. Kota jatuh
ketangannya tanpa ada yang melawan. Kedatangannya justru dianggap sebagai
penyelamat dari penjajahan. Dengan kecepatan dan kesigapan berorganisasi yang
dikagumi Ayah, tentara Jepang itu menyusun kembali kegiatan hidup penduduk.
Novel ini dibuka oleh sebuah narasi pengarang yang menceritakan
bagaimana gambaran awal sebuah konflik yang mulai menimpa setiap tokoh. Pada
bagian ini pengarang melai memperkenalkan salah satu konflik yang disebabkan
oleh kedatangan tentara Jepang. Akan terlihat secara jelas bahwa ada
harapan-harapan yang pupus dan sia-sia karena kebahagian, ketentraman hidup
para tokoh tidak akan semakin membaik malah akan semakin memburuk akibat
kedatangan tentara Jepang. Memang bahwa Belanda telah meninggalkan kota, namun
penjajahan baru akan segera menghampiri kehidupan mereka. Dimulai dengan
kemerosotan hidup keluarga Dini yang merupakan keluarga cukup kaya diantara
keluarga – keluarga lain yang terdapat di desanya, kini menjadi keluarga yang
kekurangan dan hidupnya menjadi semakin sulit.
Oleh keadaan keuangan yang tidak mengizinkan, orang
tuaku memutuskan hanya mempunyai pembantu sesedikit mungkin. Yang tinggal
bersama kami adalah Simbok, seseorang perempuan tua, dianggap sebagai anggota
keluarga sendiri.
Di
rumah, berkali-kali terjadi perdebatan kecil mengenai keadaan hidup yang
telah berubah. Bapak berusaha mempengaruhi Ibu untuk keluar dari kungkungan
didikan yang diterima dari orang tuannya yang serba kebangsawanan.
Ayah
yang menerima didikan lebih realistis, mengerti bahwa dunia telah berubah.
Kefeodalan telah basi, tidak mendapat tempat lagi dalam hidup yang terus
bergerak. Tidak henti-hentinya dia mencoba mempengaruhi Ibu. Tapi semua itu
nampak sia-sia.
Narasi selanjutnya menggambarkan adanya pertikaian konflik batin
antara tokoh Bapak/Ayah dengan tokoh Ibu. Konflik itu dipicu oleh perbedaan
latar belakang keluarga. Ditengah kehidupan yang telah berubah semakin sulit,
Ibu diminta oleh Ayah secara tidak langsung untuk bangkit dari keterpurukan
dan memintanya untuk tetap bangkit menatap hidup kedepan untuk perubahn ke
arah yang lebih baik.
“Ban sepedaku kempes tadi. Untung melalui Kranggan. Waktu
sedang memompakannya, kulihat
Bu Bustaman. Dia berjualan disana”.
“Ah,
tidak percaya. Masakan dia mau jualan begitu dipinggir jalan!”. Bantah Ibu.
Pada cuplikan
dialog antar tokoh tersebut muncul kembali konflik baru bagi Ibu Dini setelah
mengetahui kehidupannya orang-orang terdekat yang berada disekelilingnya juga
mengalami kesulitan yang sama dengan dirinya. Tidak heran jika berita itu
merupakan bom yang dahsyat bagi Ibu membuat hatinya miris, tak percaya.
Nyonya Bustaman adalah teman Ibu teman kakaknya Dini yaitu Treksi. Kedudukan
tingkat sosial mereka sejajar ketika Jepang belum memasuki kota tempat
tinggal Dini.
“Ya, Jeng, begini ini! Saya menjadi bakul rombeng
sekarang.”
“Saya
pikir-pikir, apa yang bisa saya kerjakan?” kata Bu Bustaman lagi. “Saya tidak
pernah sekolah. Tidak bisa memasak buat membuka warung makanan. Lagi pula
warung memerlukan modal. Lalu, pada suatu hari, saya keluarkan isi lemari.
Saya pilih pakaian yang masih bagus, tapi yang tidak saya perlukan lagi. Dan
saya sewa emper ini. Sekarang setiap hari, saya menjajakan dagangan disini.
Eee, Jeng tahu? Seorang demi seorang, banyak tetangga, nyonya-nyonya yang
saya kira tetap mempunyai harta dan kekayaan, pada titip jualan. Coba liat
ini, ini, dan itu yang biru.”
Pada dialog di atas diketahui bahwa peristiwa datangnya Jepang ke
Indonesia semakin membuat parah kondisi rakyatnya. Semua teman-teman ibu yang
dulunya serba berkecukupan kini mereka merubah hidupnya untuk mempertahankan
hidup ditenggah kesulitan yang semakin mencekam. Dari dialog tersebut Ibu
merasa ditegur hatinya agar merubah segala pandangan hidupnya, bahwa
kehidupan sekarang berbeda dengan hidupnya dulu.
Malam itu Ibu memberi tahu akan menjadi “buruh” orang
Cina. Dia juga akan menerima pesanan kue kering yang dimasak di dalam pan.
Bapak dan kami anak-anaknya disuruhnya menyebarkan berita tersebut, agar
banyak orang yang memesan makanan kepadanya.
Sejak
itu, rumah kami bagian belakang menjadi sanggar batik dan pabrik makanan
kering. Ibu dapat membayar seorang pembantu yang datang setiap hari dari
kampung Bedagan.
Kehidupan mulai
kembali, keluarga Dini mulai bisa mengatasi keadaan ekonomi yang sulit dengan
membuka usaha.Peristiwa yang dialami oleh temanny yang kini menjadi pedagang
baju bekas telah membuka matanya. Hal baru akan dirasakan dalam kehidupan
keluarga Dini, oleh karena itu Ibu secara perlahan namun pasti, mulai
menerima keadaan yang ada saat itu dan ikut berpartisipasi membantu
perekonomian keluarga.
|
|
Narasi
(Data Teks)
Analisis
Narasi
(Data Teks)
Analisis
Dialog
(Data Teks)
Analisis
(Data Teks)
Diaalog
(Data Teks)
Analisis
Narasi
(Data Teks)
Analisis
|
Tengah
|
Aku tidak ingat tepatnya, tetapi beberapa hari
setelah pekerjaan tersebut, kepala kampung mendapat perintah dari orang-orang
Jepang yang berkuasa, agar penduduk menyerahkan semua barang berharga yang
mereka miliki. Patung-patung dan barang besi yang menjadi hiasan kota telah
diambil tentara. Kata Ayah, untuk dicairkan kembali dan dijdikan senapan dan
senjata perang lainnya.
Pada narasi
tersebut, terlihat perluasan konflik dari masalah sebelumnya. Masalah baru
kembali muncul menemani kehidupan keluarga Dini dan warga sekitarnya. Saat
keluarga Dini mulai bisa mengatasi keadaan ekonomi yang sulit dengan membuka
usaha, pemberontakan terjadi di mana – mana. Warga harus menyerahkan harta
benda kepada pemerintah Jepang, karena pada saat itu jepang membutuhkan biaya
yang besar untuk berperang melawan sekutu. Suasana mencekam menyelimuti
hari-hari keluarga Dini, ketegangan terus menemani perasaan para tokoh saat
tersebut. Belum selesai masalah satu bermunculan kembali peristiwa yang
menimbulkan masalah-masalah baru.
Kepentingan
Asia Timur Raya!
Kemakmuran
dan kebebasan yang diharapkan rakyat ketika ditinggal penjajah Belanda, hanya
datang berupa janji serta keprihatinan. Kemelaratan yang dulu tidak
kelihatan, kini tersuguh dimana – mana. Tak selangkah pun kami berjalan tanpa
menjumpai tanda – tanda kemiskinan dalam segala hal. Pakaian kumal dan kotor.
Makanan apa lagi!
Narasi di atas mengambarkan peruncingan sebuah konflik yang
berkepanjangan, yang semakin menjadi parah, yang belum dapat diselesaikan.
Hidup para tokoh yang ada dalam cerita semakin sulit. Terlihat sangat jelas
pemandangan akan kemelaratan, kelaparan, dan kemiskinan semakin meluas dan
semakin nyata menerpa rakyat. Rakyat semakin menderita karenanya.
Pemberontakan meletus di kalangan pemuda PETA terhadap
pemerintahan Jepang. Mereka berbalik melawan guru dan pendidiknya sendiri
lalu merambat hingga ke seluruh kota. Tentara dan polisi Jepang tidak lagi
membedakan pemberontak dengan penduduk biasa. Mereka menembak mati semua
orang yang dicurigai dan yang lewat di jalanan.
Narasi tersebut
menunjukkan bahwa klimaks sebuah konflik lewat adanya pemberontakan dari
pemuda PETA pun terjadi. Ledakan – ledakan banyak terjadi dan warga
diharuskan memadamkan lampu pada malam hari. Banyak mayat tergeletak di mana
– mana. Suasana hati yang kacau telah merasuki para tokoh, kebingungan dan
kegelisahan bercampur aduk. Tidak ada yang dapat dilakukan selain tunduk dan
patuh menerima apa yang ada saat itu. Hiruk-pikuk keramaian meminta adaya
kehidupan yang layak tak mampu diucapkan, harapan itu musnah. Siapapun yang
melawan akan mati, itu berarti korban banyak berjatuhan.
|
|
Narasi (data Teks)
Analisis
Narasi
(Data Teks)
Analisis
Narasi
(Data Teks)
Analisis
|
Akhir
|
Pada narasi di akhir cerita ditunjukan adannya penurunan konflik.
Peristiwa yang mencekam sedikit-demi sedikit mulai mereda. Para tokoh mulai
menenangkan hatinya, mulai melakukan kegiatan seperti sedi kala sebelum
Jepang dapang merusak ketenangan mereka. Namun Ayah tetah menyuruh seisi
keluarga untuk tetap berhati-hati, takut jikalaau peristiwa yang sama datang
menghampiri lagi.
Kemudian
diumumkan melalui radio, bahwa pemberontakan telah dapat dipadamkan. Penduduk
diminta meneruskan kegiatan masing – masing. Bapak berangkat mencari berita
tentang paman, segera kembali dengan membawa kabar keselamatan mereka. Tetapi
ayah tidak bercerita sedikitpun mengenai apa yang dilihatnya di jalan –
jalan. Sedangkan Teguh, yang melanggar larangan orang tua kami keluar dari
kampong, pulang dengan ceritanya yang mendirikan bulu roma: sungai – sungai
penuh bangkai, jalanan penuh mobil dan kendaraan rusak, bekas terbakar.
Pada narasi di bawah ini, terlihat masih bersisa perasaan yang
mencekam dilubuk hati para tokoh. Semuanya tetap bersiga, melakukan
pemantauan, berjaga, takut jika ada serangan baru yang mereka tidak tau.Oleh
karena itu keadaan kota masih dipadamkan pada jam-jam tertentu, dibatasinya
ruang gerak masyarakat, bagi siapa yang melanggar akan ditindak tegas oleh
aparat setempat. Upaya ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan kembali terjadi.
Hari
– hari berikutnya sering terdengar sirine tanda bahaya udara. Dengan taat
kami turun ke dalam lubang perlindungan. Tetapi lama – lama ayah
memperhatikan bahwa sirine itu hanya terdengar pada waktu siang. Malam hari
pemerintah kota membatasi kegiatan penduduk di luar rumah sampai jam enam
pagi. Pemasangan lampu diperbolehkan hanya sampai jam tujuh. Siapapun yang
melanggar peraturan itu, akan dibawa ke Kempetai.
Muncul ketegangan baru ketika didapati bahwa paman Dini merupakan
anggota PETA. Orang tua Dini merasa sangat khawatir dengan keadaan anak dan
istri paman, tapi ternyata mereka selamat. Orang tua Dini melarang anaknya
untuk keluar rumah karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.Suasana
yang menegangkan mulai mereda, semakin bertambah baik dan mulai menuju proses
kehidupan yang baru dan lebih baik dari sebelumnya. Hanya ayahnya yang keluar
rumah bersama dengan warga – warga lainnya. Sedangkan anak – anak tetap harus
berada di rumah. Dan tidak lama kemudian terdengar kalau Indonesia telah
merdeka. Berikut bukti narasi cerita.
Kemudian
keadaan menjadi tenang kembali. Untuk berapa lama? Tak seorang pun
mengetahuinya. Sudah beberapa kali kami tertipu oleh palsunya keredaan
suasana. Pagi itu kabar yang tersebar mengatakan bahwa tentara Inggris telah
dapat menguasai keadaan.
Sejak beberapa hari beredarlah kabar desas – desus
dari mulut ke mulut bahwa Indonesia telah merdeka. Ayah pun kemudian
mendapatkan kepastian mengenai berita itu.
|
|
Analisis
Narasi
(Data Teks)
Analisis
Narasi
(Data Teks)
Analisi
Narasi
(Data Teks)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PENUTUP
Keunggulan novel “Padang Ilalang di Belakang Rumah”ini terletak pada ketelitian detail alur peristiwa yang terjadi, yang
digambarkan secara jelas oleh pengarang.
Tiap-tiap tempat sebagai penggambaran terjadinya peristiwa demi peristiwa
diutarakan secara rinci oleh pengarang. Hal seperti inilah yang mampu membuat
daya imajinasi pembaca dipermainkan lebih keras berfikir, berimajinasi, dan
lebih banyak agar mereka memeiliki gambaran seperti apa suasan peristiwa yang
terjadi saat itu.
Dalam novel
tersebut diceritakan bagaimana kekejaman para penjajah menyiksa rakyat
Indonesia, kemudian mereka dari terpuruk menjadi bangkit kembali sehingga
banyak amanat yang dapat dipetik dari peristiwa yang terjadi dalam cerita
tersebut. Segala peristiwa yang tertulis dalam cerita ini menjadi sangat
menarik untuk dibaca, dan digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan akan
sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia.
|
APRESIASI
|
Penghargaan
|
RUJUKAN
Dini, Nh. 1979. Padang Ilalang Di Belakang Rumah. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Aminuddin. 2011. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar baru Algensindo.
Komentar
Posting Komentar