Judul :
Padang Ilalang di Belakang Rumah
Pengarang :
NH. Dini
Novel Periode :
1970
Sinopsis :
Dini hidup dalam keluaraga yang
sangat rukun dan berkecukupan. Dini adalah anak bungsu dari lima bersaudara.
Kakaknya yang paling tua adalah Heratih, Nugroho, Maryam, dan yang terakhir
adalah Teguh. Pada saat penjajahan Jepang ini, Dini masih duduk di bangku SD.
Rumah orang tua Dini lumayan besar dan mempunyai halaman yang cukup luas di
depan dan di belakang rumah. Keluarga Dini
merupakan keluarga yang cukup kaya yang berada di desanya. Sejak Jepang
datang ke Indonesia, keadaan ekonomi keluarga Dini mengalami kemunduran. Hal
ini menyebabkan kedua orang tuanya harus bekerja keras. Ibunya mulai membuat
kue kering dan membatik untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu halaman
yang cukup luas di depan dan belakang rumah dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Halaman belakang dijadikan tempat untuk membuat kue dan
membatik. Namun demikian, kehangatan dalam keluarga tetap terjalin.
Banyak cerita – cerita menarik yang
selalu terjadi di rumah tersebut. Diantaranya mencuri kue saat membantu ibu membuat
kue tersebut sampai ketahuan, meramal nasib, dan terselip di pohon belimbing
sehingga pohon tersebut harus dipotong. Selain Dini dengan orang tuanya,
serta kakak – kakaknya yang tinggal di rumah tersebut, terdapat pembantu yang
selalu membantu segala pekerjaan rumah. Selain itu paman Dini sering berkunjung
dengan membawa anaknya. Dini sangat akrab dengan anak dari pamannya. Mereka
selalu bermain bersama, dan sering menginap.
Saat terjadi pemberontakan yang
dilakukan oleh anak bangsa, suasana jadi menakutkan karena Jepang sering sekali
melakukan tembakan – tembakan. Banyak mayat yang tergeletak di jalan – jalan,
semua warga harus mematikan lampu pada malam hari dan harus menyerahkan harta
benda kepada Jepang. Orang tua Dini melarang anak – anaknya untuk keluar rumah
karena suasana pada saat itu sangat menakutkan. Hanya ayahnya bersama
dengan warga – warga yang lain yang keluar dan memberi informasi yang terjadi
kepada keluarga yang ada di rumah.
Setelah beberapa hari, keadan mulai
tenang kembali dan ada kabar yang sangat menggembirakan yaitu Indonesia telah
merdeka
Komentar :
Novel ini menceritakan bagaimana
kehangatan suatu keluarga dapat terjalin dengan baik. Cerita yang disajikan
banyak memberikan pelajaran bagaimana arti saudara, arti kebersamaan dan
kerukunan. Banyak teladan yang dapat diambil ketika membaca novel ini, seperti
usaha sang ibu untuk mempertahankan
hidup keluargannya dan sang ayah yang berusaha melindungi keluarganya ketika
suasana perang mengema. Serta pembantunya yang tetap setia menemani penulis
saat keadaannya masih kaya hingga kurang mampu. Bahasa yang digunakan sangat
menarik seperti mengunakan majas personifikasi sebagai perumpamaan. Latarnya
digambarkan sangat mendetail dan novel ditulis menggunakan alur maju.
Amanat :
1.
Jangan pernah menyerah, apapun
keadaannya, selalu bersyukur, tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha
menjalankan hidup untuk tetap bertahan
bagaimanapun caranya.
2.
Sesama anggota keluarga harus selalu
menjaga kerukunan dan saling tolong-menolong agar tercipta kehangatan.
3.
Pandai- pandai dalam memanfaatkan
sesuatu yang dapat dijadikan tempat peluang usaha sehingga mampu mendatangkan
keuntungan.
4.
Rasa nyaman yang diperoleh dalam
sebuah keluarga membuat seseorang betah tinggal didalamnya, sekalipun dia
merupakan seorang pembantu.
Judul
Novel : Salah Asuhan
Karya : Abdul Muis
Periode : 1920
Sinopsis :
Hanafi adalah seorang Anak pribumi
yang berasal dari Solok. Ibunya seorang janda, yang suaminya sudah meninggal
sejak hanafi masih kecil. Ibu hanafi sangat menyayanginya. Ibunya mengirim
Hanafi ke Betawi untuk bersekolah di HBS. Ibunya selalu berusaha keras untuk
selalu memenuhi segala biaya Hanafi. Selama bersekolah di Betawi, Hanafi
dititipkan kepada keluarga Belanda.
Corie de Bussee, gadis Indo-Belanda
yang cantik, lincah dan menjadi idaman setiap pria yang mengenalnya. Corrie
berteman dengan Hanafi sejak kecil. Karena selalu bersama-sama akhirnya mereka
saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbedaan
Bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda, maka tidak
diperbolehkan, dan apabila mereka melanggarnya, akan dijauhi oleh keluarga dan orang lain. Corrie pun akhirnya pergi ke Betawi secara
mendadak tanpa berpamitan kepada Hanafi . Perpindahan itu sengaja dia lakukan untuk menghindar dari
Hanafi dan sekaligus untuk melanjutkan sekolahnya disana.
Setelah Corie pergi, hanafi begitu
amat terpukul, hingga ia jatuh sakit selama beberapa hari. Selama dia sakit,
Hanafi hanya dirawat oleh ibunya, dan selama itu pula Hanafi sering mendapat
nasihat dari ibunya. Ibunya tak henti-hentinya menasihati dan membujuk Hanafi agar
menikah dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu
Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperingai halus, taat pada
tradisi dan sukunya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah untuk
membalas budi pada ayah Rapiah yang bernama Sultan Batuah, yang telah membantu
membiayai sekolah Hanafi.
Awalnya Hanafi menolak, karena cintanya hanya
untuk Corrie. Tetapi akhirnya dengan bujukan ibunya, walaupun dengan terpaksa
ia bersedia menikah dengan Rapiah.
Dua tahun usia pernikahan Hanafi dan Rupiah, mereka dikaruniai seorang anak
laki-laki yang bernama Syafei. Pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta
itu membuat rumah tangga mereka tidak pernah tentram. Setiap hari Hanafi selalu
memaki-maki istrinya karena suatu hal yang sepele. Namun Rapiah hanya diam dan tidak pernah
melawan semua perlakuan suaminya. Hal itulah yang membuat Ibu Hanafi kagum
kepada Rapiah.
Suatu hari Hanafi berbuat murka kepada Ibunya. Hingga
akhirnya, dia digigit anjing gila dan harus berobat ke Betawi. Tak
disangka-sangka, disana Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Dia berusaha
keras untuk mendapatkan Corrie, hingga Hanafi rela merubah kewarganegaraannya menjadi warganegara Eropa. Karena rasa ibanya kepada
Hanafi, Corrie terpaksa bersedia menikah dengannya. Meskipun Rapiah dan Ibunya
tahu jika Hanafi akan menikah, namun Rapiah tetap menunggu kedatangan Hanafi. Ibu Hanafi sangat sayang kepada
Rapiah, bahkan sayangnya kepada Rapiah melebihi rasa sayangnya kepada
Hanafi.
Hanafi dan Corrie telah menjadi suami istri, tinggalah mereka dalam satu rumah.
Namun seiring berjalannya waktu, rumah tangga Hanafi dan Corrie tidak tentram lagi. Karena sifat Hanafi
yang keterlaluan, menuduh
Corrie berzina dengan orang lain. Akhirnya Corrie pergi ke Semarang untuk
menghindari Hanafi. Cukup lama waktu yang diperlukan Hanafi untuk mencari keberadaan Corrie, hingga suatu ketika
terdengar kabar
bahwa Corrie
masuk rumah sakit karena sakit keras, yaitu kolera. Ternyata nyawa Corrie tidak dapat ditolong. Mendengar kabar
tersebut, Hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie karena dulu
pernah menuduhnya berbuat zina. Setelah
kepergian Corrie, Hanafi pulang ke Solok untuk menemui Ibunya. Beberapa hari di Solok, Hanafi hanya
termenung dan hidupnya tidak bergairah
hingga ia jatuh sakit setelah menelan 6 butir sublimat, yang
menyebabkan ia muntah
darah dan akhirnya meninggal dunia.
Komentar :
Novel Salah Asuhan karya Abdul Muis ini telah sesuai dengan
karakteristik karya sastra periode 20-an. Terlihat dari tema yang diambil,
novel ini bertema tentang masalah kawin paksa yang menimbulkan pertentangan
antara golongan tua dan golongan muda.Karena pada masa itu, masyarakat terutama
kaum tua beranggapan bahwa perkawinan adalah urusan orang tua. Dan seorang anak
haruslah menuruti kehendak orang tuanya walaupun harus mengabaikan perasaannya
sendiri. Dalam novel tersebut, terlihat pada saat tokoh Hanafi yang dipaksa
menikah oleh ibunya dengan sepupunya sendiri yang bernama Rapiah. Motif kawin
paksa dalam novel tersebut, didasari karena adanya pandangan adat bahwa cross
cousin (perkawinan saudara sepupu) sebagai perkawinan yang ideal.
Dari segi bahasa, novel ini menggunakan bahasa Melayu sehingga ada beberapa kata yang sulit dipahami artinya.
Dari segi bahasa, novel ini menggunakan bahasa Melayu sehingga ada beberapa kata yang sulit dipahami artinya.
Amanat :
1.
Jangan pernah memaksakan kehendak kepada
anak, biarlah dia memilih jalan hidupnya sendiri, tugas orang tua hanya
mengarahkan saja.
2.
Jangan pernah melupakan adat
istiadat negeri sendiri. Jika ada adat istiadat dari negara lain, kita boleh
menerima tetapi kita harus bisa memilih mana yang layak dan yang baik untuk diri
sendiri serta negara kita.
3.
Jangan pernah menyakiti perasaan
orang tua, terutama seorang ibu. Kita harus ingat, bagaimana perjuangan seorang
ibu, untuk bisa membahagiakan anaknya, mau mengorbankan apapun yang dia mampu
demi anaknya
4.
Seorang suami seharusnya mampu
menjadi kepala keluarga yang baik, mampu melindungi istrinya. Bukan malah
sebaliknya, yakni menganiaya bahkan menduakan cintanya.
5.
Jangan suka menyalahkan seseorang
tanpa adanya bukti yang kita lihat dan kita dengar dengan mata kepala kita
sendiri dan jangan mudah percaya atas omongan orang lain.
Judul : Burung-Burung Manyar
Pengarang : Y.B. Mangun Wijaya
Periode : 1980
Sinopsis :
Pada zaman Belanda,
ayah Teto adalah seorang Letnan. Namun setelah Belanda kalah dan posisi
kekuasaan Indonesia diganti oleh Jepang, nasib keluarganya juga tidak jelas.
Ayahnya ditangkap karena dicurigai masih bersekongkol dengan Belanda. Dan demi
menyelamatkan suaminya, ibunya terpaksa menjadi gundik pemuas nafsu birahi para
prajurit Jepang.
Betapa hancur hati Teto
menyaksikan kenyataan itu. Dia merasa gusar dan sangat dendam kepada tentara
Jepang. Perlakuan tentara Jepang terhadap kedua orangtuanya dan telah
menghancurkan rasa gemilang keluarganya melekat terus dalam hatinya. Dia
bertekad
untuk membalas semua perlakuan tentara Jepang tersebut sampai kapanpun. Setelah
Jepang hengkang dari Indonesia dan tentara KNIL dari Belanda datang kembali ke
Indonesia, Teto menyambut sangat gembira kedatangan mereka. Dia gembira sebab
cita-citanya menjadi seorang tentara KNIL Belanda dapat menjadi kenyataan. Ia
pun langsung bergabung dengan tentara KNIL. Betapa bahagia Teto saat dia
menjadi tentara KNIL Belanda.
Namun, dibalik semua itu, timbul kegundahan
dalam hatinya. Dengan
bergabung dengan tentara KNIL berarti Teto adalah musuh bangsa sekaligus musuh
Larasati, wanita dambaan hatinya. Dia hanya berfikir bahwa musuh Belanda adalah
pengkhianat. Dia juga tidak berfikir panjang bahwa yang seharusnya disebut
bandit pengkhianat adalah dirinya sendiri yang seharusnya memihak bangsa.
Kadang hati kecilnya bimbang terhadap keputusan yang ia ambil, tapi nafsu balas
dendamnya telah membutakan semua.
Hati Teto tambah gusar
setelah mendengar kabar bahwa ayahnya sendiri sekarang bergabung dengan tentara
republik. Dengan demikian, dia termasuk buronan tentara KNIL Belanda. Ini
berarti bahwa ayahnya menjadi buronannya sendiri. Kejayaan Teto sebagai
komandan patroli tentara KNIL Belanda tidak berlangsung lama. Tentara KNIL
Belanda makin lama makin lemah. Perlawanan
rakyat RI terhadap gempuran-gempuran mereka tidak pernah surut. Lama kelamaan
tentara KNIL menjadi frustasi dan memutuskan kembali ke negerinya.
Kekalahan tentara KNIL
Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu pada dirinya, malu
terhadap Larasati, wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati berjuang
membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Pada saat itu Larasati
mengabdi di departemen luar negeri. Karena perasaan malunya itu, Teto
memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan berangkat ke Amerika.
Di sisi lain, Larasati
sangat mengharapkan kembalinya Teto dan bekerja bergabung bersama dirinya
membangun negeri. Meskipun ayahnya meninggal karena dibunuh oleh tentara KNIL,
tetapi dia tetap sayang dan mengharapkan Teto. Larasati hanya menganggap bahwa
yang dilakukan Teto selama ini hanyalah khilaf karena rasa dendamnya terhadap
kehancuran keluarganya.
Setelah bertahun-tahun
hidup di negeri orang, Teto tidak menemukan kenyamanan meski uang dan jabatan
tinggi telah ia dapatkan. Dan akhirnya ia kembali ke Indonesia setelaah
bercerai dengan Barbara istrinya.
Sesampainya di tanah
air, hatinya gelisah. Perasaanya bergelora ketika melihat perkembangan
Indonesia. Tanah airnya telah mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang. Ia
juga teringat semua kejadian yang pernah dialaminya. Dia teringat dirinya yang
telah salah langkah dan berjuang membantu pihak Belanda, dan bukan membantu
tanah airnya sendiri. Dia juga teringat semasa ia masih bersama kedua orang
tuanya dan bagaimana ibunya berkorban demi menyelamatkan nyawa ayahnya.
Teto kembali ke dalam kehidupannya
yang dahulu dengan bergabung bersama keluarga Larasati. Meski Larasati telah
bersuami dan mempunyai anak, tetapi dia dan suaminya tetap menerima kehadiran
Teto dengan tangan terbuka. Larasati malah menjadikan Teto sebagai kakaknya.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Janakatamsi, suami Larasati dan
Larasati sendiri meninggal dalam perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
haji. Demi kesetiaannya dan rasa balas budi, Teto merawat ketiga buah hati
Larasati dengan penuh kasih sayang seperti anaknya sendiri. Sampai pada
akhirnya dia tidak menikah lagi dan menganggap bahwa ibu Ananta, nenek mereka
cukup mengganti peran ibunya.
Komentar :
Novel ini dapat menimbulkan
semangat nasionalisme bagi para pembacanya. Selain itu novel ini juga mengajak
kita untuk tetap setia pada Indonesia dan mengajarkan kita tentang arti kebersamaan.
Dalam novel ini juga menceritakan bagaimana sejarah Indonesia, ketika dijajah
Belanda dan Jepang hingga Indonesia mampu merdeka. Bahasa yang digunakan
realistis maksudnya bahasa yang sering digunakan dalam masyarakat sehari-hari
sehingga mampu dimenggerti dengan mudah apa maksud yang diceritakan dalam novel
ini. Walaupun ada beberapa bahasa yang masih menggunakan bahasa perumpamaan,
pembaca masih bisa mengerti.
Amanat :
1. Menyimpan
perasaan dendam tidak akan menyelesaikan suatu perkara malah akan mempersulit
diri sendiri.
2.
Bagaimanapun keadan negara kita
Indonesia kita tetap harus setia padanya. Bukan malah membela dan berpihak pada
musuh.
3.
Setiap usaha yang dikerjakan dengan
sungguh – sungguh akan mendapatkan hasil yang memuaskan seperti usaha Indonesia
dalam merebut kemerdekaan.
4.
Jangan mengambil keputusan yang
tergesah-gesah karena sesungguhnya keputusan yang diambil tanpa pikir panjang
mendatangkan penyesalan dibelakang.
5.
Selalu bersikap sabar dalam menerima
ujian dan cobaan apapun yang menimpa diri kita.
Judul Novel : Pertemuan Dua Hati
Pengarang : Nh. Dini
Periode : 1980
Sinopsis:
Bu
Suci beserta suami dan ketiga anaknya memutuskan pindah dari kota kecil
Purwodadi menuju kota Semarang. Mereka sekeluarga pindah, karena suaminya
dipindah tugaskan di kota itu. Bu Suci bekerja sebagai guru SD, suaminya
bekerja di Perusahaan pengangkutan sebagai ahli mesin dan pengawas bengkel,
anaknya yang pertama perempuan masih duduk di bangku Sekolah Dasar, anaknya
yang kedua laki-laki duduk di Taman Kanak-Kanak, dan yang kecil juga laki-laki.
Dia masih tinggal di rumah, diasuh oleh uwakknya yang turut keluarga sejak tiga
tahun belakangan.
Setelah
dua bulan tinggal di rumah baru, tidak lama kemudian bu Suci mendapatkan surat
panggilan dari Kepala Sekolah yang memintanya datang ke sekolah. Bu Suci untuk
sementara waktu menjadi guru pengganti di SD tempat anaknya yang kedua
bersekolah sambil menunggu surat keputusan dari Dinas. Selama nanti menggajar,
Kepala Sekolah memberitahukan bahwa ia akan membimbing dua kelas tiga. Selain
kabar gembira, kesedihan menimpa Bu Suci karena keadaan putranya yang kedua
semakin memburuk. Sejak pindah di Semarang, seringkali anaknya rewel, menangis
tanpa sebab yang kelihatan nyata. Hari pertama mengajar Bu Suci memulainya
dengan perkenalan yang baik dengan murid-murid barunya. Kesan ramah dan baik
selalu ditunjukkan saat mengajar
. Hingga hari keempat bu Suci mulai mampu
menghafalkan nama-nama muridnya, namun ada salah satu murid yang membuatnya
penasaran yaitu Waskito. Waskito lama tidak masuk sekolah dan teman-temannya
tidak ada yang tahu alasan mengapa ia tidak pernah dating ke sekolah. Bu Suci
bertanya pada ketua kelas dan semua muridnya namun mereka tidak memberikan
jawaban yang berarti, namun terlihat dua orang muridnya yang sedang asik
berbisik-bisik memberikan tanda seolah mengetahuinya.
Cukup
lama didesak bercerita akhirnya mereka menceritakan apa yang mereka ketahui.
Mereka merasa senang karena Waskito tidak masuk sekolah, karena jika dia masuk,
mereka merasa tersiksa dengan perlakuan Waskito yang suka marah dan menyakiti
teman-temannya tanpa alasan. Naluri seorang guru sedang mengejolak dalam hati
bu Suci, ada rasa yang mendorongnya untuk mencari tahu penyebab Waskito tidak
disukai kehadirannya dikelas.
Namun,
belum selesai urusannya untuk mengali informasi tentang Waskito, bu Suci merasa
bimbang untuk memilih mana yang lebih dahulu diutamakan. Disatu sisi, ia ingin
menyelesaikan masalah di sekolahnya dan disisi lain ia juga seorang ibu yang
dituntut untuk mengurusi anaknya. Akhirnya keduanya diselesaikan secara
bersama-sama. Sesekali ia harus mondar-mandir kesekolah. Pagi ia mengantarkan
anaknya yang kedua untuk periksa kedokter perusahaan milik suaminya, setelah
itu ia kembali kesekolah untuk mengajar.
Lama
waktu berjalan, setelah beberapa serangkaian tes dan pemeriksaan kesehatan
selesai dilakukan, diketahui jika anaknya yang kedua mengidap penyakit
epilepsi. Penyakit itu cukup membuat bu Suci sedih hatinya namun ia berusaha
tabah dan sabar merawat anaknya agar dapat sembuh. Selain sibuk mengurusi
anaknya, ia juga tetap melakukan serangkaian penyelidikan tentang muridnya yang
bernama Waskito.
Bu
Suci mengirimkan surat pada nenek Waskito dan surat itu diterima baik olehnya.
Langkah pertama, ia berkunjung kerumah nenek Waskito, dari kunjungan itu ia
mulai menemukan penyebab mengapa Wakito
sering berbuat onar dikelas dan sering menyakiti teman-temannya. Waskito
berbuat seperti itu karena kurangnya rasa perhatian dari kedua orang tuanya
yang sibuk bekerja. Ia hanya diberi uang dan mainan serba bagus dan mewah tanpa
adanya kasihsayang dan perhatian dari kedua orangtuanya. Waskito mungkin merasa
iri dengan beberapa temannya yang sering diantar kesekolah oleh ayahnya, karena
itu dia melampiaskan amarah kepada teman-temannya. Butuh waktu lama untuk
merubah sikap anarki yang sering ditunjukan Waskito disekolah. Bu Suci memiliki
keyakinan bahwa Waskito sebenarnya anak yang baik, namun hanya karena kurangnya
perhatian dan kasihsayang dari orangtua yang membuatnya berbuat seperti itu.
Keyakinan bu Suci terbukti setelah mendengar cerita dari nenek waskito. Selama
dua bulan pun Waskito mengalami perkembangan lebih baik dalam berprilaku.
Waskito mulai rajin masuk sekolah dan mengerjakan tugas yang diberikan.
Bu
Suci yang bertanggungjawab atas Waskito dan ia mampu membuktikannya dalam
jangka waktu tiga bulan. Bu Suci mampu merubah pandangan murid-murid, teman
kerjanya dan Kepala Sekolah mengenai Waskito yang dianggap mereka anak yang
sukar. Keberhasilan itu, tentunya disertai dengan usaha yang keras dan tanpa
henti yang dilakukan oleh bu Suci yang mampu merubah anak sukar menjadi anak
baik. Selain berhasil berubah muridnya, ia juga berhasil menjaga kesehatan
anaknya yang kedua. Semakin lama, kesehatan anaknya berangsur membaik meski
harus tetap minum obat dan pulang lebih awal dari teman-temanya yang lain.
Komentar:
Novel Pertemuan Dua Hati mengisahkan bagaimana usaha seorang guru yang ingin merubah pandangan rekan kerja, murid, dan kepala sekolah tempat ia bekerja tentang salah satu muridnya yang bernama Waskito. Waskito merupakan anak yang terkenal akan kelakuan nakalnya, namun berkat Bu Suci ia menjadi murid yang lebih baik. Selain itu novel ini juga menceritakan bagaimana perjuangan sang guru untuk kesembuhan putranya yang sedang sakit. Ia mampu menyelesaikan problemnya dengan baik. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari membaca novel ini. Kita diajarkan untuk selalu berdoa dan tidak putus asa bila tersandung masalah dan sabar dalam menghadapinnya. Bahasanya yang santai, dan mudah dipahami serta ceritanya yang menarik sayang untuk dilewatkan.
Novel Pertemuan Dua Hati mengisahkan bagaimana usaha seorang guru yang ingin merubah pandangan rekan kerja, murid, dan kepala sekolah tempat ia bekerja tentang salah satu muridnya yang bernama Waskito. Waskito merupakan anak yang terkenal akan kelakuan nakalnya, namun berkat Bu Suci ia menjadi murid yang lebih baik. Selain itu novel ini juga menceritakan bagaimana perjuangan sang guru untuk kesembuhan putranya yang sedang sakit. Ia mampu menyelesaikan problemnya dengan baik. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari membaca novel ini. Kita diajarkan untuk selalu berdoa dan tidak putus asa bila tersandung masalah dan sabar dalam menghadapinnya. Bahasanya yang santai, dan mudah dipahami serta ceritanya yang menarik sayang untuk dilewatkan.
Amanat :
1. Selalu bersikap
sabar, berdoa dan berusaha merupakan kunci dari sebuah kesuksesan.
2. Jangan hanya
memberikan uang dan barang-bawang serba mewah kepada anak, karena sesungguhnya
yang mereka butuhkan bukanlah hal seperti itu melainkan cinta, kasih sayang,
perhatian dan perlindungan dari orang tua.
3. Janganlah
mendidik anak dengan kekerasan, karena itu merupakan cara mendidik anak yang
tidak baik. Anak tidak akan akan patuh, malah akan memberontak.
4. Mampu
membagi waktu antara pekerjaan sebagai guru dengan pekerjaan sebagai orang tua
yang tetap harus merawat keluarganya.
5. Untuk
berubah pribadi anak nakal menjadi baik,membutuhkan waktu yang lama, tidak bisa
hanya satu atau dua bulan.
Judul Novel : Belenggu
Pengarang : Armijn Pane
Periode :
1930
Sinopsis :
Dokter Sukartono menikah
dengan seorang perempuan yang memiliki wajah cantik, pintar, dan lincah. Perempuan
itu bernama Sumartini atau Tini. Sebenarnya Dokter Sukartono atau Tono tidak mencintai
Sumartini.Demikian pula sebaliknya, Tini juga tidak mencintai Dokter
Sukartono. Mereka berdua menikah dengan alasan masing-masing. Dokter Sukartono
menikahi Sumartini karena kecantikan, kecerdasan, serta kesanggupannya
mendampingi dia sebagai seorang dokter. Sedangkan Sumartini menikahi Dokter Sukartono
karena ingin melupakan masa lalunya yang kelam.
Setiap hari mereka tidak
pernah akur, bahkan mereka tidak saling berbicara ataupun sekedar saling bertukar
pikiran. Masalah yang mereka hadapi tidak pernah dipecahkan secara bersama-sama
seperti pasangan suami istri pada umumnya. Masing-masing memilih untuk memecahkan
masalahnya sendiri-sendiri. Selain itu mereka sering kali salah paham dan suka bertengakar. Itulah
sebab mengapa keluarga mereka terasa hambar dan tidak harmonis.
Ketidak harmonisan keluarga
semakin menjadi karena sifat Dokter Sukartono yang begitu mencintai, mengutamakan dan bertanggungjawab penuh
terhadap pekerjaannya. Dia bekerja tanpa kenal lelah. Jika ada pasien yang
membutuhkannya, dia langsung dating membantu. Akibatnya, dia sering melupakan
nasib rumah tangganya sendiri.
Dia sering meninggalkan istrinya
sendirian dirumah dan tidak menyediakan waktu
untuk bersama dengan istrinya.Dokter Sukartono sangat dicintai oleh pasiennya.
Dia tidak hanya suka menolong pasien yang membutuhkan pertolongannya, tetapi ia
juga tidak meminta imbalan kepada pasien yang tidak mampu. Itulah sebabnya, dia
dikenal sebagia dokter yangdermawan.
Kesibukan Dokter Sukartono
yang tak kenal waktu semakin memicu percekcokan dalam rumah tangga. Sumartini merasa
disisihkan, disepelekan dan merasa bosan karena selalu ditinggal suaminya
menolong pasien. Dia merasa telah dilupakan dan merasa bahwa sebagai seorang perempuan
harga dirinya telah diinjak-injak sebagai seorang istri. Karena suaminya tidak
bisa memenuhi haknya sebagai istri, hal tersebut pula yang membuat mereka
sering bertengkar. Hampir setiap hari mereka bertengkat. Masing-masing tidak mau
mengalah dan merasa paling benar.
Pada Suatu hari Dokter Sukartono
mendapat telepon dari seorang wanita yang mengaku sedang sakit keras. Wanita itu
meminta Dokter Sukartono datang ke hotel tempat
dimana dia menginap. Setibanya di hotel, dia merasa terkejut karena pasien yang meneleponnya adalah Rohayah, Rohaya
merupakan teman sebangkunya sewaktu masih bersekolah di Sekolah Rakyat.
Saat bertemu Rohayah sudah menjadi janda. Karena tidak tahan hidup dengan suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta dan terjun kedunia terlarang dengan menjadi wanita panggilan. Rohayah sebenarnya sudah lama mencintai Dokter Sukartono. Dia sering berkhayal. Dokter Suartono sebagai suaminya. Itulah sebabnya, dia berusaha mencari alamat Dokter Sukartono dan menghubungi Dokter Sukartono dengan berpura-pura sakit.
Saat bertemu Rohayah sudah menjadi janda. Karena tidak tahan hidup dengan suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta dan terjun kedunia terlarang dengan menjadi wanita panggilan. Rohayah sebenarnya sudah lama mencintai Dokter Sukartono. Dia sering berkhayal. Dokter Suartono sebagai suaminya. Itulah sebabnya, dia berusaha mencari alamat Dokter Sukartono dan menghubungi Dokter Sukartono dengan berpura-pura sakit.
Ternyata Rohaya sangat merindukan
Dokter Sukartono yang lama tidak bertemu, karena itu Rohayah mulai menggodanya
saat bertemu. Tentunya ia sangat mahir dalam hal merayu laki-laki, karena
memang pekerjaan itulah yang dilakukannya selama berada di Jakarta. Pada awalanya
Dokter Sukartono tidak tergodaa oleh rayuannya, namun karena Rohayah sering meminta
dia untuk datang mengobatinya, lama-kelamaan Dokter Sukartono mulai tergoda.
Rohayah dapat memberikan kasih sayang, perhatian yang sangat dibutuhkan oleh Dokter Sukartono
yang selama ini tidak diperoleh dari istrinya. Karena Dokter Sukartono tidak
pernah merasakan ketentraman dan selalu bertengkar dengan istrinya, dia mulai sering
mengunjungi Rohayah dan merasakan hotel tempat Rohayah menginap sebagai
rumahnya yang kedua.
Lama-kelamaan hubungan
Rohayah dengan Dokter Sukartono diketahui oleh Sumartini. Sakit hatinya ketika mengethui
hubungan gelap suaminya dengan wanita bernama Rohayah. Dia ingin mendatangi wanita
tersebut secara diam-diam tanpa diketahui oleh suaminya. Dia berniat memaki
Rohayah yang telah mengambil dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap
muka dengan Rohayah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Kebencian dan nafsu amarahnya
hilang. Rohayah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang, ternyata merupakan
seorang wanita yang lembut dan ramah. Tini merasa malu atas niat buruknya.Dia merasa
bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya karena tidak dapat berlaku seperti
Rohayah yang sangat didambakan oleh suaminya. Sepulang dari pertemuan
dengan Rohayah, Tini mulai berintropeksi terhadap dirinya sendiri. Dia merasa malu
dan bersalah kepada suaminya dan merasa dirinya
belum pernah memberikan kasih sayang yang tulus pada suaminya.Selama ini dia selalu
kasar dan tak mau perduli pada suaminya.
Tini merasa gagal menjadi
istri yang baik, dia mutuskan berpisah dengan Suaminya. Permintaan tersebut
dengan berat hati dipenuhi oleh Dokter Sukartono. Sesungguhnya, dia tidak mengharapkan
terjadinya perceraian. Dokter Sukartono mencoba meminta maaf kepada istrinya dan
berjanji untuk mengubah sikapnya. Namun, keputusan istrinya sudah bulat. Dokter
Sukartono tidak mampu mempertahankannya.
Akhirnya mereka bercerai. Betapa sedih hati Dokter Sukartono akibat perceraian tersebut.
Hatinya bertambah sedih saat Rohayah juga pergi. Dia hanya meninggalkan sepucuk
surat yang mengabarkan jika dia mencintai DokterSukartono. Dokter Sukartono
merasa sedih dalam kesendiriannya.
Komentar :
Belenggu
merupakan cerita yang syarat akan problematika tentang cinta. Banyak konflik
yang diulas dalam novel ini. Konflik antara Dokter Sukartono dan Istrinya yang
bernama Sumartini, penyebab konflik itu terjadi karena keduanya kurang
berkomunikasi anatara satu sama lainnya sehingga sering timbul pertengkaran dan
selisih paham. Selain itu, muncul Rohayah yang semakin menambah konflik dalam
keluarga mereka. Kebaikan hati Dokter Sukartono yang bersikap dermawan dapat
dijadikan contoh yang baik dalam kehidupan yang nyata. Tapi dalam masalah
perselinguhan, kurang patut untuk dicontoh. Namun sikap Rohaya yang buruk
sebaiknya untuk tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saat mengalami
masalah.
Amanat :
1.
Jika memutuskan akan menikah,
seharusnya benar- benar dengan orang yang dirasa tepat dan saling cinta agar
tidak terjadi perpecahan.
2.
Sesibuk apapun pekerjaan yang kita
tekuni, haruslah tetap menyediakan waktu untuk keluarga agar tidak merasa
disia-siakan.
3.
Belajar menjadi orang yang setia
terhadap pasangan dan bertangungjawab terhadap keutuhan keluarga agar tercipta
ketentraman dalam hidup.
4.
Jika mengalami masalah, jangan
dilampiaskan pada perbuatan yang bersifat negatif, tetapi kita tetap harus
bersikap positif dan tabah menghadapinya serta tidak putus asa.
5.
Berbaik hati kepada siapa saja yang
hidupnya kekurangan agar dapat meringankan beban mereka yang dilanda kesusahan.
Komentar
Posting Komentar