Judul Novel : PEREMPUAN DI TITIK NOL
Penulis : Nawal el - Saadawi
Pengantar : Mochtar Lubis
Penerjemah : Amir Sutaarga
Novel
Periode : 1989
Sinopsis
:
Firdaus
merupakan seorang narapidana wanita yang divonis gantung diri karena telah
membunuh seorang germo laki-laki.Firdaus yang merupakan pelacur kelas atas di
kota Kairo,menyambut dengan senang hukuman gantung yang dia dapatkan.Dalam
penjara dia menolak semua pengunjung dan tidak mau berbicara dengan siapapun
juga.Biasanya pun dia tidak menyentuh makanan sama sekali,dan tidak tidur
sampai pagi hari.Penjaga penjara yang setiap hari mengamatinya ketika ia sedang
duduk sambil memandang dengan kosong selama berjam-jam merasa khawatir dengan
sikap Firdaus.Bahkan,ia pun menolak untuk menandatangani permohonan kepada
presiden agar hukumannya dapat diubah.Hingga pada suatu hari,sebelum besok
vonis gantung dilaksanakan,Firdaus meminta bertemu dengan seorang dokter
penjara yang selama ini turut memperhatikan sikapnya.Dalam pertemuannya Firdaus
menceritakan kisah hidupnya sejak masa kecilnya di desa hingga ia tumbuh
dewasa.
Sejak
kecil Firdaus tumbuh pada lingkungan yang salah.Bahkan,Firdaus kecil tak mampu
mengenali mana ayah dan ibunya.Firdaus senang bersekolah,dan dia pun berhasil
menamatkan SMA.Namun,seketika itu pula kehidupannya berubah.Istri pamannya
menyarankan agar Firdaus dinikahkan dengan seorang laki-laki yang umurnya lebih
tua dari dirinya.Firdaus pun menuruti apa yang telah diperintahkan kepada
dirinya.Namun pernikahan tak bertahan lama,Firdaus memilih melarikan diri
karena tidak tahan dengan kelakuan suaminya.Dalam pelarianya,Firdaus bertemu
dengan beberapa laki-laki dari berbagai kalangan,mulai dari kalangan biasa
hingga kalangan pemerintahan.Mereka semua adalah laki-laki yang tak bermoral dan hanya
memanfaatkan dirinya untuk memuaskan nafsu birahinya.Berkali-kali Firdaus
mengalami kekerasan dan penipuan dari orang-orang disekitarnya yang
menimbulkaan kerugian besar bagi hidupnya.
Hingga
dia tersadar dan mencoba menbuat perubahan pada dirinya menuju kehidupan yang
lebih baik menjadi wanita terhormat.Firdaus memanfaatkan ijazah sekolah
menengahnya,beberapa surat penghargaan
untuk mencari suatu pekerjaan yang terhormat dan dia pun mendapatkan
kesempatan itu.Beberapa bulan dia bekerja,Firdaus mulai merasakan perubahan
pada dirinya.Dia mampu merasakan hidupnya menjadi lebih bermannfaat dan
merasakan indahnya kehidupan yang tak pernah dia dapatkan.Ketika Firdaus duduk
santai ditaman,melepas lelah setelah bekerja,seorang karyawan yang bernama
Ibrahim menghampirinya.Semenjak pertemuan itu mereka menjadi semakin
dekat.Hingga suatu ketika,saat Firdaus
dan Ibrahim duduk dalam satu mobil saat perjalanan menuju kantor.Firdaus
menceritakan kisah hidupnya dari dia kecil hingga dewasa,begitu pula Ibrahim
menceritakan hal yang sama kepadanya.Semakin sering pertemuan itu
terjadi,timbul rasa cinta untuk Ibrahim.Firdaus merasa nyaman dan bahagia saat
bersamanya.Namun rasa itu tak bertahan lama,setelah mengetahui Ibrahim telah
bertunangan dengan anak presiden direktur.Rasa sedih,kecewa,sakit hati merasuk
dalam tubuhnya,hingga Firdaus memutuskan mengundurkan diri dari
pekerjaannya.Firdaus kembali kepada pekerjaannya yang terdahulu,namun kali ini
dia merasa senang dan nyaman dengan keadaanya sekarang,karena keuangan dari
hasilnya melayani laki-laki benar-benar ia kelola sendiri.Dan ternyata hasilnya
mampu membuat Firdaus hidup layak.Tetapi,tak bertahan lama,Firdaus kembali
menderita setelah kedatangan germo laki-laki yang merusak kebahagiaanya.Merasa
terkekang Firdaus marah dan memberontak kepada sang germo.Dibunuhnya germo itu
dengan tagannya sendiri.Dia cabik-cabikkan pisau diatas tubuh laki-laki
tersebut,lalu pergi dan ditangkaplah ia oleh polisi karena perbuatannya.
Amanat : 1.Janganlah mudah mempercayai
seseorang yang baru kita kenal.Karena belum tentu dia bermaksud baik terhadap kita.
2.Sebagai seorang wanita patutlah kita mampu
menjaga kehormatan dan prilaku diri sendiri agar tidak terjerumus pada
pergaulan bebas
3.Seharusnya mereka yang menjadi anggota petinggi pemerintahan haruslah memiliki moral
yang baik sehingga mampu menjadi teladan untuk rakyatnya.
4.Tidak ada kata terlambat jika seseorang
ingin merubah kehidupannya menjadi lebih baik dan terhormat.
Komentar : Novel Perempuan Di Titik Nol
mengisahkan perjuangan seorang perempuan
Judul Novel : Salah Asuhan
Penulis :
Abdoel Moeis
Novel Periode : 1928
Sinopsis :
Hanafi dikirim ibunya ke Betawi untuk
bersekolah di HBS (Hoogere
Burger School ).
Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang janda, dia menginginkan anaknya menjadi
orang pandai. Karena itu, ia bermaksud menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya.
Masalah biaya, dia berusaha keras untuk selalu memenuhinya walaupun harus
meminta bantuan kepada mamaknya, Sutan Batuah.
Selama di Betawi, Hanafi dititipkan pada
keluarga Belanda, sehingga dia setiap hari dididik secara Belanda dan bergaul
dengan orang-orang Belanda. Pergaulan Hanafi setamat HBS juga tidak terlepas
dari lingkungan orang-orang Eropa. Hal ini karena dia bekerja di kantor asisten
residen di Solok. Dia sangat bangga menjadi orang Belanda walaupun sebenarnya
dia seorang pribumi asli. Gaya
hidupnya sangat kebarat-baratan. Bahkan, terkadang melebihi orang barat yang
sebenarnya.
Selama bergaul dengan orang-orang Eropa,
Hanafi jatuh hati pada salah seorang gadis Eropa bernama Corrie. Corrie adala
seorang gadis indo Perancis-Belanda. Hubungan keduanya memang akrab. Mereka
suka mengobral berdua. Corrie mau bergaul dengan Hanafi hanya sebatas teman
karena mereka sering bertemu. Namun, bagi Hanafi, hubungan pertemanan itu
diartikan lain, dia merasa bahwa Corrie pun mencintai dirinya seperti yang ia
rasakan. Ketika Hanafi mengemukakan isi hatinya, Corrie menolak secara halus.
Corrie merasa tidak mungkin menjalin hubungan dengan Hanafi karena perbedaan
budaya di antara mereka. Corrie adalah peranakan Eropa, sedangkan Hanafi orang
pribumi. Namun, tampaknya Hanafi tidak mengerti penolakan itu.
Untuk menghindari Hanafi, Corrie pindah
ke Betawi. Di Betawi, dia menegaskan kembali kepada Hanafi mengenai hubungan
mereka melalui surat .
Dia meminta Hanafi untuk melupakan dirinya. Menerima surat tersebut, Hanafi sangat terpukul dan
jatuh sakit. Selama sakit, Hanafi banyak mendapatkan nasihat dari ibunya.
Ibunya membujuknya untuk menikahi wanita pribumi pilihan ibunya, Rapiah.
Perkawinan yang tidak didasari perasaan
cinta itu membuat keluarga Hanafi-Rapiah tidak pernah tenteram. Hanafi sering
menyakiti hati Rapiah, marah-marah, dan memaki-makinya hanya karena persoalan
sepele. Namun, Rapiah tak pernah melawan dan semua perlakuan Hanafi diterimanya
dengan pasrah. Hal itu membuat kagum ibu mertuanya.
Pada suatu hari, Hanafi digigit anjing
gila. Dia harus berobat ke Jakarta .
Di Jakarta, dia bertemu dengan Corrie, gadis yang selalu dirindukannya. Hanafi
berusaha keras untuk memperoleh Corrie. Dia segera mengurus surat-surat untuk
memperoleh hak sebagai orang Belanda. Setelah surat-surat tersebut selesai, dia
memohon Corrie agar bersedia bertunangan dengannya. Karena rasa ibanya kepada
Hanafi, dengan berat hati Corrie menerima permintaan Hanafi. Corrie tahu, bahwa
pertunangan itu akan membuat dirinya dijauhi oleh teman-teman Eropanya.
Pesta pertunangan itu dilaksanakan di
rumah seorang teman Belanda Corrie. Tuan rumah itu tidak begitu ramah menyambut
pertunangan mereka. Dia tidak suka melihat dan bergaul dengan orang Belanda
berkulit sawo matang. Namun, pertunangan itu tetap dilaksanakan dalam suasana
hambar.
Sementara itu, Rapiah dan ibunya tetap
menunggu kedatangan Hanafi di kampungnya, walaupun mereka telah mengetahui
bahwa Hanafi akan menikah dengan Corrie. Walau ditinggalkan suaminya, Rapiah
masih tetap tinggal bersama mertuanya. Hal itu atas permintaan ibu Hanafi. Dia
menyayangi Rapiah melebihi rasa sayangnya kepada Hanafi. Dia kagum atas
kesabaran dan kesetiaan Rapiah terhadap anaknya. Padahal perlakuan Hanafi
terhadap Rapiah sangat keterlaluan, namun Rapiah selalu memaafkannya.
Sementara itu, rumah tangga Hanafi dan
Corrie tidak seperti yang mereka harapkan. Sedikit pun tidak ada ketentraman
dan kedamaian yang sebelumnya mereka harapkan. Keluarga mereka dijauhi oleh
teman-teman mereka sendiri. Keduanya hidup dalam kondisi yang membingungkan.
Bangsa Eropa tidak mengakui mereka. Demikian pula, bangsa Hanafi tidak
mengakuinya karena keangkuhan dan kesombongan Hanafi.
Amanat :Cerita Novel ini menceritakan tentang
percintaan dua insan yang berbeda kebangsaan dan seorang ibu yang salah
mengasuh anaknya sehingga anaknya menjadi anak yang lupa diri, keras kepala,
dan tidak bertanggung jawab. Ini merupakan peringatan bagi kita agar lebih
mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Sejalan dengan cerita pada novel ini,
beberapa amanat yang dapat ditarik oleh pembaca adalah sebagai berikut :
1.Jalani hidup apa adanya sesuai nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
2.Patuhi aturan-aturan yang ada dalam
agama.
3.Jangan memandang enteng pada orangtua.
4.Setinggi apapun pendidikan kita, tetap
menghargai orang di sekeliling kita. 5.Harus pandai menimbang perasaan orang
lain.
Komentar
Posting Komentar