Langsung ke konten utama

SINTAKSIS


KLASIFIKASI KLAUSA BERDASARKAN KATEGORI FRASA YANG MENJADI PREDIKAT DAN ADA TIDAKNYA UNSUR NEGASI YANG MENEGATIFKAN PREDIKAT

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Sintaksis
yang dibina oleh Bu Martutik


Oleh:
Enif Nurul Khoirubianti110211413115
Miftahun Nikmah 110211413156
Yenita Vergianti Rosita 110211413155







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
November 2012
KLASIFIKASI KLAUSA BERDASARKAN KATEGORI FRASA YANG MENJADI PREDIKAT DAN ADA TIDAKNYA UNSUR NEGASI YANG MENEGATIFKAN PREDIKAT

1. Klasifikasi Klausa Berdasarkan Kategori Frasa yang Menjadi Predikat
            Menurut Sumadi (2009: 132), klasifikasi klausa berdasarkan ketegori frasa yang menjadi predikat klausa dibagi menjadi lima antara lain sebagai berikut.
(1) Klausa Nomina
            Klausa nomina ialah kalausa yang P-nya berupa FN (Frasa Nomina). Contohnya:peserta rapat ini guru SD kota Malang, pada kalimat tersebut terdapat satu klausa, yaitu peserta rapat ini guru SD kota Malang. Klausa ini terdiri atas dua frasa, yaitu peserta rapat ini dan guru SD kota Malang. Frasa peserta rapat inimenduduki fungsi S dan frasa guru SD kota Malangmenduduki fungsi P. Pada klausa ini, frasa yang menduduki fungsi P berupa FN, yaitu guru SD kota Malang.Dengan demikian, kalausa ini disebut klausa nomina.
(2) Klausa Verba
            Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa FV (Frasa Verba). Contohnya: sejak dulu suami wanita itu selalu membantu warga miskin. Pada kalimat tersebut terdapat satu klausa, yaitu sejak dulu suami wanita itu selalu membantu warga miskin. Kalausa ini terdiri atas empat frasa, yaitu sejak dulumenduduki fungsi Ket, frasa suami wanita itumenduduki fungsi S, frasa selalu membantu menduduki fungsi P, dan frasa warga miskin menduduki fungsi O. Pada klausa ini, frasa yang menduduki fungsi P berupa FV, yaitu selalu membantu. Dengan demikian, kalausa ini disebut klausa verba.
(3) Klausa Ajektiva
            Klausa ajektva ialah klausa yang P-nya berupa FA (Frasa Ajektiva). Contohnya: gedung pusat perbelanjaan itu paling megah. Pada kalimat tersebut terdapat satu klausa yaitu gedung pusat perbelanjaan itupaling megah. Kalusa ini terdiri dari dua frasa, yaitugedung pusat perbelanjaan itu dan paling megah. Frasa gedung pusat perbelanjaan itu menduduki fungsi S dan frasa paling megah menduduki fungsi P. Pada klausa ini, frasa yang menduduki P berupa FA, yaitu paling megah. Dengan demikian, kalusa ini disebutkalusa ajektiva.
(4) Klausa Numeralia
            Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa FNu (Frasa Numeralia). Contohnya: anak kucing saya empat ekor. Pada kalimat tersebut terdapat satu klausa, yaitu anak kucing saya empat ekor. Klausa ini terdiri dari dua frasa, yaitu anak kucing saya dan empat ekor. Frasa anak kucing saya menduduki fungsi S dan frasa empat ekor menduduki fungsi P. Pada klausa ini, frasa yang menduduki fungsi P berupa Fnu, yaitu empat ekor. Dengan demikian, kalusa ini disebut klausa numeralia.
(5) Klausa Preposisiona
            Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa FPrep (Frasa Preposiona). Contohnya: semua saudara saya di Tulungagung. Pada kalimat tersebut terdapat satu klusa,  yaitu semua saudara saya di Tulungagung. Klausa ini terdiri atas dua frasa, yaitu semua saudara saya dan di Tulungagung. Frasasemua saudara saya menduduki fungsi S dan frasa di Tulungagung menduduki fungsi P. Pada klausa ini, frasa yang menduduki fungsi P berupa frasa preposisi, yaitu diTulungagung.dengan demikian, kalusa ini disebut klausa preposisiona.

2. Klasifikasi Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Negasi Yang Menegatifkan Predikat
            Menurut Sumadi (2009: 140—141), klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan predikat dibagi menjadi dua antara lain sebagai berikut.
(1) Klausa Positif
            Klausa positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contohnya: pengamen itu sedang menyanyikan lagu cinta. Pada kalimat tersebut terdapat satu klausa, yaitu pengamen itu sedang menyanyikan lagu cinta. Klausa ini terdiri dari tiga frasa, yaitu pengamen itu, sedang menyanyikan, dan lagu cinta. Frasa pengamen itu menduduki fngsi S, frasa sedang menyanyikan menduduki fungsi P, dan frasa lagu cintamenduduki fungsi Pel. Pada klausa ini tidak terdapat unsur negasi yang menegatifkan P. Dengan demikian, klausa pengamen itu sedang menyanyikan lagu cinta disebut klausa positif.
(2) Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contohnya: pengamen itu tidak sedang menyanyikan lagu cinta.Pada kalimat tersebut terdapat satu klausa, yaitupengamen itu tidaksedang menyanyikan lagu cinta. Klausa ini terdiri atas tiga frasa, yaitu pengamen itu, tidaksedang menyanyikan, dan lagu cinta.Frasa pengamen itu menduduki fungsi tidaksedang menyanyikan lagu cinta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa”

METAFORA be a great blog 1. Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa” Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Oleh: Taufik Ismail Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kauagungkan Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi April, 1965 Hasil analisis:             Ketika seseorang anak mulai menginjak usia kedewasaan, tentunya ia memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap dirinya dan keluarganya. Ketika anak mulai beranjak dewasa, saat ia mampu bekerja sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya, tanggung jawab orang tua kepada anaknya itu perlahan akan bebalik menjadi tanggung jawab seorang anak untuk orang tuannya. Oleh karena itu, pada puisi “ Nase

MACAM GAMES UNTUK ICE BREAKING

METAFORA be a great blog PANDUAN  WICARA KELOMPOK 09 PERMAINAN (GAMES) Di dalam materi wicara kelompok 09 ini berisikan teori tenang games yang meliputi Unjuk Kebolehan  ( Yel-Yel ), Akting Beregu ( Team Acting ), Sebut Nama Panggilan ( Say The Nickname ), Perang  Fantastik  ( Fantastic War ), Apa Selanjutnya? (What’s Next?); Mari Kita Bercerita! ( Let’s Tell A Story !), Resep Gotong Royong ( What’s in The Soup? ), Ceritakan Gambar  ( Telling The Picture), Bisik Berantai ( The Grape Vive ), Kontes Ucapan ( Pronounciation Contest ), Dua Puluh Pertanyaan ( Twenty Question ), Teka-Teki ( Guessing ), dan Tebak Gerak-Gerik ( Guess The Gestures ) TUJUAN PEMBELAJARAN             Setelah menerima sajian tentang pokok bahasan wawancara ini diharapkan mahasiswa dapat: (2) menunjujkkan contoh-contoh permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok; dan (1) melakukan simulasi permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok sesuai denganj aturan main yang telah ditentukan. K

KRITIK SASTRA CERPEN ANAK KEBANGGAN

Nama          : Enif Nurul Khoirubianti NIM/OFF   : 110211413115/BB WUJUD KECINTAAN SEORANG AYAH YANG DISALAH GUNAKAN OLEH ANAK YANG DIBANGGAKANNYA Judul Cerpen             : Anak Kebanggaan Halaman                       : 15-26 Penulis                         : A.A. Navis Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit            : Cetakan ke-16, 2010 1. Sinopsis cerpen “Anak Kebanggan” karya A. A. Navis             Ompi adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinnya, selain itu Ompi juga seorang yang kaya raya. Setelah kepergian istrinnya, Ompi hanya tinggal dengan anak semata wayangnnya yaitu, Indra Budiman. Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter. Akhirnnya, Indra Budiman pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studi SMA disana. Semenjak itu, Ompi yakin anaknya akan menjad