Langsung ke konten utama

APRESIASI PUISI KARYA TAUFIK ISMAIL, AMIR HAMZAH DAN ASRUL SANI

METAFORA be a great blog

APRESIASI PUISI
KARYA TAUFIK ISMAIL, AMIR HAMZAH DAN ASRUL SANI

A. Pendahuluan
Bentuk karya sastra sangat banyak, antara lain prosa, puisi dan drama. Menurut Waluyo (1995:25), puisi adalah salah satu bentuk kesusasteraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. Bentuk karya sastra puisi mempunyai struktur yang berbeda dengan prosa maupun drama. Penciptaan puisi menggunakan prinsip pemadatan atau pengkonsentrasian bentuk dan maknanya.
Bentuk karya sastra puisi bahasannya dipadatkan, dipersingkat, diberi irama, dengan bunyi yang padu, dan dengan pemilihan kata-kata khas yaitu imajinatif. Penyair tidak asal memilih kata-kata, mereka memilih kata-kata tertentu untuk memberi kekuatan pengimajinasian dan kekuatan pengucapan. Kata-kata yang dipilih juga banyak yang memiliki persamaan bunyi (rima) dengan kata-kata lainnya. Kata-kata itu juga diharapkan mewakili makna yang lebih luas atau berkonotasi.















B. Pembahasan
1. Puisi “Yang Kami Minta Hanyalah” karya Taufik Ismail

YANG KAMI MINTA HANYALAH

Yang kami minta hanyalah bendungan saja
Penawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir
Tentu Bapa sudah melihat gambarannya di koran kota
Tatkala semua orang bersedih sekadarnya.

Dari kaki langit ke kaki langit air membusa
Dari tahun ke tahun ia datang melanda
Sejak dari lutut, ke paha lalu lewat kepala
Menyeret semua.

Bila air surut tingallah angin menudungi kami
Di atas langit dan di bwah lumpur kaki
Kelepak pohon di pohon randu.

Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi
Sawah retak-retak berebahan tangkai padi
Nyanyi katak bertalu-talu.

Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Tidak tugu atau tempat main bola
Yang mancur warna-warni.

Kirimkan kapur dan semen. Insinyur ahli
Lupakan tersianya sedekah berjuta-juta
Yang tak sampai kepada kami

Bertahun-tahun kita merdeka, Bapa
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Kabulkanlah kiranya
Taufiq Ismail, 1966










Hasil Analisis:

            Puisi “Yang Kami Minta Hanyalah” karya Taufik Ismail yang dibuat pada tahun 1966, mengambarkan betapa buruknya sikap pemimpin negara kita dalam menyikapi keluh kesah rakyatnya akibat permasalahan yang berkaitan dengan masalah air, banjir, dan kekeringan. Padahal telah jelas diberitakan lewat koran-koran kota yang beredar, yang memberikan informasi betapa rakyat sengsara oleh beberapa peristiwa yang terjadi akibat bencana yang mereka alami. Namun, pemerintah terkesan acuh terhadap segala hal dan perestiwa yang melanda rakyat kecil. Para pemimpin terkesan tidak memperdulikan penderitaan yang mereka alami. Penyair yang mengibaratkan dirinya sebagai rakyat kecil dengan masalah-masalah sosial yang menerpa hidupnya, turut serta mempertanyakan bagaiman bentuk tangungjawab seorang pemimpin negara untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial rakyatnya. Penyair berusaha agar pemimpin saat itu mau memperhatikan dan perduli akan kesedihan yang dirasakan oleh rakyat dengan cara memenuhi segala yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Pada bait pertama penyair mencoba menjelaskan pentingnya kebutuhan akan sebuah bendungan. Meskipun hanya sebuah bendungan, ternyata bangunan itu memiliki peran yang berarti bagi masyarakat yang sering mengalami banjir dan kekeringan. Misalnya saja saat musim kemarau, bendungan digunakan sebagai penampung air agar mereka tidak kekeringan dan mencegah terjadinya banjir pada musim penghujan. Bendungan itu tidak digunakan untuk kepentingan sebagian orang saja tetepi juga mencangkup kepentingan banyak orang. Kejadian ini ditunjukkan penyair pada bait pertama yang berbunyi:

Yang kami minta hanyalah bendungan saja
Penawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir
Tentu Bapa sudah melihat gambarannya di koran kota
Tatkala semua orang bersedih sekadarnya.

           
Bait ke-2
Dari kaki langit ke kaki langit air membusa
Dari tahun ke tahun ia datang melanda
Sejak dari lutut, ke paha lalu lewat kepala
Menyeret semua.

            Pada bait ke-2 menerangkan bagaimana dampak yang harus mereka rasakan setiap tahunnya akibat peristiwa yang sama, yaitu banjir. Banjir yang terjdi mulai dari banjir kecil yang kedudukan air itu hanya sebatas lutut, kemudiaan menyebar lebih tinggi menuju ke paha, hingga bencana besar, berupa banjir besar (banjir bandang) terjadi dan mampu menghilangkan ribuan nyawa, menengelamkan rumah, dan memporak-porandakan semuanya yang dilalui oleh air hingga tak bersisa. Padahal jika pemerintah tanggap dan mau memikirkan jalan keluar untuk mangatasi permasalahan akan peristiwa yang terjadi, banjir tidak akan datang setiap tahunya. Bahkan jika solusi itu direncanakan secara baik penderitaan akibat bencana banjir tidak akan lagi mereka rasakan.



Bait ke-3
Bila air surut tingallah angin menudungi kami
Di atas langit dan di bawah lumpur kaki
Kelepak podang di pohon randu.

            Mengambarkan keadaan ketika air akibat banjir telah surut, tinggallah hanya angin yang melindungi kami (rakyat yang tengah sedih tertimpa musibah). Masih jelas terlihat sisa-sisa lumpur yang terseret air akibat bencana banjir masih terasa menempel di kaki. Tetap saja melihat keadaan itu, pemerintah menampilkan sikap acuh dan tetap tidak memperdulikan nasib warganya yang sedang mengalami kesusahan. Pemerintah hingga detik ini masih menabur-naburkan janji tanpa diketahui pasti kapankah janji itu akan nyata direalisasikan.


Bait ke-4
Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi
Sawah retak-retak berebahan tangkai padi
Nyanyi katak bertalu-talu.      
           
Bila tanggul yang mereka buat sendiri sudah tidak mampu manahan derasnya air yang mengalir, tanggul akan pecah dan menyisahkan bekas-bekas runtuhan bangunan. Petani gagal panen karena sawah-sawah mereka rusak dan hasil padi gagal dipanen untuk dijual dan menghasilkan uang. Sedang pemerintah tetap asik dengan urusannya masing-masing tanpa sedikitpun turut serta membantu meringankan beban rakyat yang semakin menderita akibat ketidak pedulian pemerintah.


Bait ke-5
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Tidak tugu atau tempat main bola
Yang mancur warna-warni.

Bait ke-6
Kirimkan kapur dan semen. Insinyur ahli
Lupakan tersianya sedekah berjuta-juta
Yang tak sampai kepada kami.

            Pada baik ke-5 dan ke-6 disebutkan kembali permintaan yang diinginkan oleh rakyat agar pemerintah segera merealisasikan apa yang mereka butuhkan. Sangatlah mudah bagi pemerintah untuk mengabulkan permintaan mereka yang sangat sederhana untuk dibangunkan sebuah bendungan. Mereka tidak meminta tugu, tempat main bola, dan air mancur yang serba bagus, indah bentuknya warna-warni tampilan gedungnya . Mereka hanya meminta dibangunkan sebuah bendungan, kemudian dengan segera menyelesaikan membangun bendungan dengan jalan mengirimkan bahan-bahan untuk membangun bendungan berupa kapur dan semen serta tenaga ahli berupa insinyur. Bahkan rakyat tak akan marah dan menuntut hak yang seharunya mereka terima ternyata tidak sampai ke tangan mereka dan dirampas oleh pemimpin negara. Cukup dengan dipenuhi apa yang saat itu mereka inginkan, mereka akan diam. Sebelum mengakhiri puisinya, penyair mempertanyakan akan kemerdekan yang seharunya mereka dapatkan pada negara yang telah merdeka selama bertahun-tahun. Akan kesejahteraan yang tetap tidak mereka peroleh meskipun negara yang mereka tempati telah merdeka. Mereka mengharapkan akan adanya bukti nyata perubahan kehidupan setelah merdeka. Hal ini ditunjukan pada bait ke-7 yaitu:

Bertahun-tahun kita merdeka, Bapa
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Kabulkanlah kiranya.

























2. Puisi “Doa” karya Amir Hamzah
DOA
Karya Amir Hamzah

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,
kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama
meningkat naik, setelah menghalaukan panas
payah terik.
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan,
melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke
bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang
memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-malam
menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,
penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar
mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!












Analisis Puisi

Pada bait pertama,
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,
kekasihku?

Pada bait pertama menggambarkan bahwa penyair mempertanyakan waktu yang paling sesuai bertemu dengan “kekasihnya” bisa dibandingkan dengan apa. “Kekasih” yang dimaksud penyair dalam hal ini adalah Tuhan (Allah). Penyair membandingkan waktu yang paling berharga dari semua waktu yang dimiliki oleh sang penyair untuk Allah SWT.
Pada bait kedua
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama
meningkat naik, setelah menghalaukan panas
payah terik.

Bait kedua merupakan jawaban dari puisi sebelumnya, yaitu waktu yang sesuai bertemu dengan Allah menurut sang penyair adalah ketika hari mulai senja dan bulan sedikit demi sedikit muncul sedangkan matahari sedikit demi sedikit tenggelam dan panas dari terik matahari mulai menghilang. Hal ini menandakan bahwa hari akan menjadi malam. Waktu senja dalam bait kedua ini adalah waktu ketika maghrib tiba sampai menjelang isya’.

Pada bait ketiga
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan,
melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke
bawah kursimu.

Puisi bait kedua diperjelas dengan puisi pada bait ketiga ini. Angin malam yang berhembus lemah (sepoi-sepoi) menyejukkan badan dan membawa pikiran sang penyair kepada Tuhan. Penyair juga menyebutkan kata “kursimu”, yang berarti kekuasaan Tuhan. Penyair membawa angan-angan atau doa-doanya penyair dipanjatkan kepada Allah. Waktu ini adalah waktu yang mustajab untuk berdzikir dan memanjatkan doa kepada Allah SWT.

Pada bait keempat
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang
memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-malam
menyirak kelopak.

Pada bait ini menggambarkan bahwa penyair merasa bahwa hatinya terang setelah menerima “katamu”, yang dimaksud dalam hal ini adalah ayat suci Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an menurut penyair merupakan penerang hidup dari gelapnya dunia. Sedangkan pada baris selanjutnya menggambarkan bahwa penyair membuka hatinya yang senantiasa mengharapkan belas kasih Tuhannya.

Pada bait kelima
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,
penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar
mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!

Pada bait kelima ini, penyair berharap agar Tuhan memenuhi seluruh isi hati dan kalbunya dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an serta cahaya Ilahi sehingga penyair merasa bahagia dan senang, karena setiap orang yang di dalam hatinya selalu memiliki kerinduan, cinta kepada Tuhannya, orang itu akan selalu merasakan kebahagiaan.

Kesimpulan
Puisi Doa karya Amir Hamzah merupakan puisi yang bertemakan tentang ketuhanan (religius). Puisi ini menceritakan tentang do’a sang penyair kepada Tuhannya. Do’a yang selalu dipanjatkan kepada Tuhan dilakukan setelah sholat maghrib dan dilanjutkan dengan membaca ayat suci Al-Qur’an supaya do’a-do’anya dikabulkan oleh Allah. Sang penyair merasa hatinya diliputi rasa kedamaian setelah membaca ayat suci Al-Qur’an. Penyair juga berharap Tuhan selalu menjaga, menyayangi, dan selalu berada di dalam hatinya serta selalu menerangi dengan cahayaNya dalam hidupnya.

3. Puisi “Surat dari Ibu”  karya Asrul Sani

Surat dari Ibu
Karya: Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku!

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
                                                            (1948)
Hasil Analisis:
            Puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani merupakan puisi yang bertemakan kemanusiaan. Puisi ini menceritakan tentang nasehat ibu kepada anaknya yang tersayang. Ibu memberi nasehat pada anaknya agar anaknya pergi mencari pengalaman, menambah wawasan dan pengetahuan sampai akhirnya mendapat pekerjaan atau sampai anaknya meraih kesuksesan. Setelah berhasil mencapai impiannya, maka anaknya harus kembali pulang. Anaknya akan disambut oleh ibunya dan dia menceritakan kepada ibunya tentang pengalaman hidup, cintanya dan sampai dia meraih kesuksesan. Analisis selengkapnya dijelaskan sebagai berikut.

Bait ke-1
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas!

Ibu yang sangat menyayangi anaknya dan menasehati anaknya untuk pergi mencari pengalaman dan menambah wawasan. Pergi ke hidup bebas bisa diartikan bahwa anaknya disuruh untuk pergi kemanapun sesuai kehendak anaknya tersebut. Tujuannya agar anaknya mempunyai teman yang banyak dan mendapatkan pengetahuan yang luas sampai anaknya bisa mencapai kesuksesan.

Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Angin buritan adalah gerakan udara yang bertiup dari belakang atau sejalan dengan arah perahu. Jika dihubungkan dengan kehidupan nelayan, maka selama angin masih membantu nelayan berlayar karena anginnya sejalan dengan arah perahu. Selama anaknya juga masih muda dan masih memiliki semangat untuk berjuang meraih kesuksesan, karena ketika masih muda tentunnya pikiran anak tersebut juga masih belum terbebani oleh banyak hal. Anak tersebut juga harus fokus terhadap apa yang dicita-citakan dan tidak boleh tergoyah oleh apapun, bisa diartikan lagi bahwa anak tersebut juga harus teguh pada pendiriannya. 

Bait ke-2
Pergi ke laut lepas, anakku sayang!
Pergi ke hidup bebas

Bait tersebut sebenarnya sama dengan bait yang pertama. Hanya saja bait pertama menyebutkan dunia luas sedangkan bait ini menyebutkan laut lepas. Jika kita hubungkan dengan perjalanan yang jauh, maka kata tersebut memang benar. Seseorang yang akan pergi dengan jarak yang sangat jauh tentunya dia akan melewati daratan dan lautan yang sangat luas.  Jadi, Ibu yang sangat menyayangi anaknya itu menasehati anaknya agar anaknya pergi kemanapun, bahkan dengan jarak yang jauh pun tak apa-apa asal anaknya merantau untuk mencari kesuksesan. Pergi ke hidup bebas sama dengan bait sebelumnya yaitu anaknya disuruh untuk pergi kemanapun sesuai kehendak anaknya tersebut. Tujuannya agar anaknya bisa berteman dengan banyak orang dan akan mendapatkan pengetahuan yang luas sampai anaknya bisa mencapai kesuksesan. Jadi, anaknya akan mendapatkan ilmu dan pekerjaan.

Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau

Selama hari belum petang bisa diartikan selama waktu masih belum terlambat, karena anaknya saat ini masih muda dan jika nanti sudah tidak muda lagi atau semakin tua, maka akan sulit pergi kesana kemari mencari ilmu dan pekerjaan. Dan warna senja belum kemerah-merahan bisa diartikan bahwa anaknya disuruh pergi merantau selama pikirannya masih belum mempunyai beban yang banyak. Tentunya seseorang yang masih muda masih sedikit permasalahan dalam hidupnya. Berbeda dengan orang yang tua, kebanyakan permasalahan dalam hidupnya lebih banyak. Menutup pintu waktu lampau bisa diartikan bahwa waktu yang lalu tidak akan bisa terulang kembali, karena mustahil kita bisa kembali ke masa lalu. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu saat ini. Kita harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

Bait ke-3
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua

Apabila cita-cita atau impian anak tersebut telah berhasil didapat dan pengalaman-pengalaman serta pengetahuan yang didapat sudah banyak, maka anak tersebut harus kembali pulang ke rumah. Masih berhubungan juga dengan bait berikutnya yaitu dan elang laut pulang ke sarang. Dapat diartikan bahwa elang di sini adalah anaknya dan pulang ke sarang berarti pulang ke rumah. Pada bait berikutnya yaitu angin bertiup ke benua. Angin yang bertiup ke benua sama halnya dengan angin yang menuju ke darat. Jika kita menghubungkan dengan kehidupan nelayan, maka pada saat itu nelayan kembali pulang ke darat. Jadi, bait-bait tersebut menjelaskan bahwa anaknya harus pulang ke rumah setelah menadapatkan apa yang diinginkan selama pergi atau merantau.

Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nahkoda sudah tahu pedoman

Bait tersebut menjelaskan bahwa pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh anaknya selama ini sudah banyak. Tentunya anaknya itu juga sudah tahu tujuan dalam hidupnya dan tahu untuk bisa mengarahkan perjalanan hidupnya ke arah yang lebih baik.

Boleh engkau datang padaku!

            Setelah semua yang dilakukannya selama dia merantau terasa sudah cukup, ibunya menginginkan anaknya kembali pulang. Ibunya berharap kepada anaknya agar anaknya mau bertemu dan menceritakan apa saja yang dialami oleh anaknya tersebut.

Bait ke-4
Kembali pulang anakkku sayang
Kembali ke balik malam!

            Ibunya ingin anaknya yang tersayang kembali pulang ke rumah. Dijelaskan lagi pada bait berikutnya yaitu Kembali ke balik malam.  Ibunya ingin mereka bisa berkumpul bersama dan beristirahat di rumah. Malam di sini menggambarkan keadaan bahwa semua orang pada saat malam hari seharusnya tidak berada di luar, dan sudah saatnya untuk beristirahat bersama semua anggota keluarganya.

Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

            Apabila perjalanan anaknya untuk mencari pengalaman dan pengetahuan sudah terasa cukup atau cita-cita anaknya sudah tercapai, maka anaknya kembali ke rumah. Anaknya juga menceritakan pengalamannya selama pergi merantau. Anaknya menceritakan tentang cintanya dan hidupnya kepada ibunya setelah mereka beristirahat. Jadi, anaknya bercerita tentang cinta dan semua pengalaman hidupnya esok hari (pagi hari) setelah mereka beristirahat (pada malam hari).















DAFTAR RUJUKAN
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga.










  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa”

METAFORA be a great blog 1. Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa” Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Oleh: Taufik Ismail Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kauagungkan Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi April, 1965 Hasil analisis:             Ketika seseorang anak mulai menginjak usia kedewasaan, tentunya ia memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap dirinya dan keluarganya. Ketika anak mulai beranjak dewasa, saat ia mampu bekerja sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya, tanggung jawab orang tua kepada anaknya itu perlahan akan bebalik menjadi tanggung jawab seorang anak untuk orang tuannya. Oleh karena itu, pada puisi “ Nase

MACAM GAMES UNTUK ICE BREAKING

METAFORA be a great blog PANDUAN  WICARA KELOMPOK 09 PERMAINAN (GAMES) Di dalam materi wicara kelompok 09 ini berisikan teori tenang games yang meliputi Unjuk Kebolehan  ( Yel-Yel ), Akting Beregu ( Team Acting ), Sebut Nama Panggilan ( Say The Nickname ), Perang  Fantastik  ( Fantastic War ), Apa Selanjutnya? (What’s Next?); Mari Kita Bercerita! ( Let’s Tell A Story !), Resep Gotong Royong ( What’s in The Soup? ), Ceritakan Gambar  ( Telling The Picture), Bisik Berantai ( The Grape Vive ), Kontes Ucapan ( Pronounciation Contest ), Dua Puluh Pertanyaan ( Twenty Question ), Teka-Teki ( Guessing ), dan Tebak Gerak-Gerik ( Guess The Gestures ) TUJUAN PEMBELAJARAN             Setelah menerima sajian tentang pokok bahasan wawancara ini diharapkan mahasiswa dapat: (2) menunjujkkan contoh-contoh permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok; dan (1) melakukan simulasi permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok sesuai denganj aturan main yang telah ditentukan. K

KRITIK SASTRA CERPEN ANAK KEBANGGAN

Nama          : Enif Nurul Khoirubianti NIM/OFF   : 110211413115/BB WUJUD KECINTAAN SEORANG AYAH YANG DISALAH GUNAKAN OLEH ANAK YANG DIBANGGAKANNYA Judul Cerpen             : Anak Kebanggaan Halaman                       : 15-26 Penulis                         : A.A. Navis Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit            : Cetakan ke-16, 2010 1. Sinopsis cerpen “Anak Kebanggan” karya A. A. Navis             Ompi adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinnya, selain itu Ompi juga seorang yang kaya raya. Setelah kepergian istrinnya, Ompi hanya tinggal dengan anak semata wayangnnya yaitu, Indra Budiman. Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter. Akhirnnya, Indra Budiman pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studi SMA disana. Semenjak itu, Ompi yakin anaknya akan menjad