Langsung ke konten utama

HIBAH TEMAN- MENGENAL PROSA FIKSI

METAFORA be a great blog


1. Pengertian Prosa Fiksi
Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin, 2011:66). Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran  pada kebenaran sejarah. Fiksi juga diartikan sebagai karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggungjawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Jadi, dapat disimpulkan prosa fiksi adalah karangan naratif yang bersifat khayalan.

2.    Novel (roman) dan Cerpen
Ada dua jenis cerita fiksi yang pernah ditulis dalam sastra Indonesia, yakni: roman, cerita pendek dan novel. Termasuk dalam klasifikasi novel adalah novelet (novel pendek yang lebih panjang dari cerita pendek). Roman adalah jenis cerita rekaan yang paling dulu muncul, disusul oleh cerita pendek dan baru kemudian muncul untuk novel dan novelet. Roman pertama kali muncul 1917 dengan judul Azab dan Sengsara karya merari siregar yang kemudian di susul Siti Nurbaya (1922), Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Kalau tak Untung dan sebagainya.

2.1 Roman dan Novel
Roman seringkali dikatakan sebagai cerpen atau cerita panjang dan dibedakan dengan cermen (cerita menengah) untuk novel dan cerpen atau (cerita pendek)  short story. Dalam roman, seorang pengarang bercerita tentang bagian hidup manusia yang lebih luas dan banyak. Yang dikisahkan dalam roman adalah sebagian dari kisah hidup manusia. Saat ini istilah roman sudah tidak populer dan tidak lazim digunakan lagi dan digantikan dalam pengertian novel yang mewakili roman dan novel panjang. Roman diklasifikasikan menjadi:
1. Roman sosial :  mengandung makna yang lebih banyak. Roman adat dan roman sosiologi dapat di klasifikasikan kedalam roman sosial.
2. Roman sosiologis atau kemasyarakatan :  banyak dijumpai pada angkatan pujangga baru, angkatan 45 dan sesudahnya. Yang dibicarakan adalah problem kehidupan di masyarakat, termasuk juga problem-problem kerumahtanggaan.
3. Roman psikologis :  menitik beratkan pergolakkan pemikiran dan pergolakkan psikis tokoh-tokohnya.
4. Roman detektif :  membicarakan tanda bukti baik berupa manusia atau benda untuk membongkar suatu kejahatan. Semua arah cerita di tujukan kepada pencarian tanda bukti itu, sebab tugas seorang detektif adalah untuk menemukan tanda bukti dan dengan demikian akan dapat di tangkap penjahatnya.
5. Roman sejarah: berhubungan dengan fakta, peristiwa, dan tokoh sejarah.
Sering dengan perkembangan sastra, Roman yang berasal dari Belanda berganti istilah menjadi novel yang berasal dari bahasa Latin novellus yang kemudian diturunkan menjadi novies yang berarti baru. Novel memiliki dua pengertian, yakni pengertian yang sama dengan roman (jadi menggantikan istilah roman) dan pengertian yang biasa digunakan untuk klasifikasi cerita menengah (cermen). Karena istilah roman sudah dijelaskan, maka pengertian novel di sini berarti cerita menengah.

2.2 Cerita Pendek (Cerpen)
Jenis kesusastraan yang paling populer dan paling banyak dibaca orang dengan pemahaman yang memadai saat ini adalah cerita pendek. Cerita pendek relatif mudah dipahami dan lebih mudah memasyarakat, jumlah baris pendek dan dapat dibaca dalam “a single sitting”. Cerita pendek  terjadi pemusatan perhatian pada satu tokoh saja, yang ditetapkan pada situasi sehari-hari tetapi posisinya sangat menentukan. Cerita pendek menggunakan bahasa yang sederhana, tetapi bersifat sugestif. Cerita pendek memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.  Singkat, padu dan intensif (brevity, unity, and intensity)
2.  Memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh dan gerak (scene, character, and action)
3.  Bahasanya tajam, sugestif dan menarik perhatian (incisive, suggestive, dan alert)
4.  Mengandung impresi pengarang tentang konsepsi kehidupan
5.  Menimbulkan efek tunggal dalam pemikiran pembaca
6.  Mengandung detil dan inseden yang benar-benar terpilih
7.  Memiliki pelaku utama yang menonjol dalam cerita
8.  Menyajikan kebulatan efek dan kesatuan emosi.

3.    Pengertian Penokohan dan Perwatakan
Salah satu unsur penting dalam sebuah prosa fiksi adalah penokohan. Antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya memang suatu kepaduan yang utuh. Ada perbedaan mendasar antara tokoh dan penokohan. Tokoh sebagai sesuatu yang diceritakan serta sebagai sesuatu yang dikenai sebuah peristiwa. Sedangkan penokohan lebih kepada karakter tokoh (sifat tokoh). Penokohan dan karakterisasi sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan. Jadi, penokohan dan perwatakan menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk kepada  kualitas pribadi seorang tokoh. Dengan demikian istilah penokohan memiliki makna yang lebih luas daripada tokoh dan perwatakan, sebab penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisan tokoh dalam sebuah cerita, sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

4.    Jenis  Tokoh
Nurgiyantoro (2005:176) menyatakan bahwa “tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan”. Oleh karena itu, jenis tokoh dalam prosa fiksi akan dijelaskan sebagai berikut.
1)   Berdasarkan berdasarkan fungsi: Tokoh utama dan tokoh tambahan
Tokoh utama dalam sebuah prosa fiksi paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Oleh karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, tokoh utama menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh tambahan merupakan tokoh yang tidak begitu dipentingkan tapi kehadirannya diperlukan sebagai objek interaksi tokoh utama.

2)   Berdasarkan adanya Konflik: Tokoh protagonis dan tokoh antagonis
Jenis tokoh protagonis dan antagonis dilihat dari fungsi penampilan tokoh dalam sebuah prosa fiksi. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. Sebuah fiksi harus mengandung konflik, ketegangan khususnya konflik dan ketegangan yang dialami tokoh protagonis. Tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Dapat dikatakan, tokoh antagonis bertentangan dengan tokoh protagonis baik secara fisik ataupun batin.

3)   Berdasarkan perkembangan watak: Tokoh sederhana dan tokoh berkembang
Nurgiyantoro (2005:181) menyatakan bahwa tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli, adalah tokoh yang memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja. Watak tokoh dalam sebuah fiksi tidak diungkapkan secara mendalam. Ia tidak memiliki sifat dan tikah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Tokoh sederhana dalam sebuah fiksi dapat melakukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki. Contohnya tokoh adalah  seseorang yang miskin tetapi jujur atau ia seorang kaya tapi kikir.
Tokoh berkembang berbeda dengan tokoh sederhana. Sisi kehidupan tokoh berkembang diungkapkan secara menyeluruh baik sisi kepribadian maupun jati dirinya. Contohnya, pada awalnya tokoh adalah seseorang yang kaya tapi kikir, karena sebab tertentu tokoh berubah menjadi seseorang yang kaya dan tidak kikir. Perubahan watak tokoh bulat dalam sebuah cerita tentu melalui sebuah proses.

4)   Berdasarkan cara menampilkan tokoh: Tokoh Statis dan tokoh bulat
Tokoh statis dan tokoh bulat dapat diidentifikasi melalui berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh dalam sebuah prosa. Tokoh statis dalam sebuah cerita tidak mengalami perubahan watak mulai dari awal hingga akhir cerita. Sebaliknya, tokoh bulat mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan seiiring dengan perkembangan peristiwa dan plot dalam prosa. Tokoh bulat memiliki berbagai kemungkinan watak. Dalam sebuah prosa, tokoh bulat mampu memunculkan watak kejutan bagi pembaca. Akan tetapi pemunculan watak yang tidak terduga tidak muncul terus menerus, tetapi  secara berganti-ganti.

5)   Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral
Tokoh cerita terhadap manusia dalam kehidupan nyata dibedakan menjadi tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit menampilkan keadaan individualitasnya dan lebih ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya atau hal lain yang bersifat mewakili. Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukan baik terhadap perseorangan, sekelompok orang, dalam sebuah lembaga atau seorang individu yang merupakan bagian dari suatu lembaga yang ada di dunia nyata namun penggambarannya tidak bersifat langsung melainkan pembacalah yang menafsirkannya berdasarkan pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap tokoh di dunia nyata dan di dunia fiksi. Sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Tokoh netral dihadirkan dalam suatu cerita sebagai pelaku cerita ataupun tokoh yang diceritakan.  
Penokohan yang tipikal ataupun bukan berkaitan erat dengan makna yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Melalui tokoh tipikal itulah memperlihatkan sikapnya terhadap tokoh, permasalahan tokoh, atau sikap dan tindakan tokohnya itu sendiri



5.    Hubungan Penokohan dengan Unsur Cerita yang Lain
Penokohan merupakan unsur cerita yang tidak dapat dilepaskan dari unsur cerita yang lain. Sebuah prosa fiksi yang berhasil, penokohan pasti terjalin secara harmonis dan saling melengkapi dengan berbagai unsur yang lain, misalnya dengan unsur plot dan tema. Penokohan dan pemplotan merupakan dua fakta cerita yang saling mempengaruhi dan menggantungkan antara satu dengan yang lain. Plot merupakan sesuatu yang dilakukan dan menimpa tokoh. Adanya kejadian demi kejadian, ketegangan, konflik, dan sampai ke klimaks yang semuanya merupakan unsur plot. Tokoh-tokoh cerita itulah yang sebagai pelaku sekaligus penderita kejadian dan tokoh menjadi penentu perkembangna plot. Dapat dikatakan plot merupakan perjalanan cara kehidupan tokoh, baik dalam cara berpikir dan berperasaan, bersikap, berperilaku, maupun bertindak baik secara tersirat maupun tersurat.
            Tema merupakan dasar cerita, gagasan sentral, atau makna cerita. Dalam sebuah fiksi, tema bersifat mengikat dan menyatukan keseluruhan unsur fiksi. Sebagai unsur utama fiksi, penokohan erat berhubungan dengan tema, karena tokoh-tokoh cerita bertindak sebagai pelaku yang menyampaikan tema baik secara terselubung maupun terang-terangan. Adanya perbedaan akan menyebabkan perbedaan pemerlakuan tokoh cerita yang ditugasi menyampaikannya. Pengarang pada umumnya akan memilih tokoh-tokoh tertentu yang dirasa paling sesuai untuk mendukung temanya. Penafsiran tema pada suatu prosa fiksi selalu dilacak dari apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan atau apa yang ditimpakan kepada tokoh.

6.    Fungsi Penokohan dan Perwatakan
Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Dengan ada
nya penokohan dan perwatakan dalam sebuah cerita kita bisa menentukan tema sebuah cerita.







KESIMPULAN
Tokoh netral berbeda dengan tokoh tritagonis. Tokoh netral menceritakan sifat pribadinya sendiri, sedangkan tokoh tritagonis merupakan tokoh yang bertindak sebagai penengah suatu konflik suatu cerita. Bahasa sederhana merupakan bahasa yang sering digunakan sehari-hari, tetapi tetap bersifat sugestif yaitu mampu membuat pembaca ikut merasakan atau membayangkan suasana dalam cerpen. Pembagian tokoh-tokoh dalam prosa fiksi dilatarbelakangi oleh perwatakan dalam dunia nyata. Misalnya, cerita yang diangkat dari pengalaman pribadi seseorang atau diri sendiri.
Unsur pembangun prosa fiksi terdiri dari penokohan dan perwatakan, latar, sudut pandang, plot, amanat dll (kelompok 1 hanya membahas penokohan dan perwa-takan). Salah satu contohnya roman belenggu karya Armyn Pane. Perbedaan tokoh sederhana dan tokoh statis terletak pada proses perubahan watak dalam cerita. Tokoh sederhana dalam suatu cerita dapat mengalami peru-bahan watak, sedangkan tokoh statis tidak mengalami perubahan watak hingga akhir cerita. Tokoh bulat dalam cerita memiliki berbagai kemungkinan watak, sehingga pembaca tidak dapat mengidentifikasi secara pasti watak apa yang dimiliki tokoh. Sedangkan tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan seiring dengan perkembangan peristiwa dan plot dalam prosa. Watak awal dari tokoh berkembang berbeda dengan watak akhir tokoh berkembang dalam suatu cerita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa”

METAFORA be a great blog 1. Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa” Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Oleh: Taufik Ismail Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kauagungkan Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi April, 1965 Hasil analisis:             Ketika seseorang anak mulai menginjak usia kedewasaan, tentunya ia memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap dirinya dan keluarganya. Ketika anak mulai beranjak dewasa, saat ia mampu bekerja sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya, tanggung jawab orang tua kepada anaknya itu perlahan akan bebalik menjadi tanggung jawab seorang anak untuk orang tuannya. Oleh karena itu, pada puisi “ Nase

MACAM GAMES UNTUK ICE BREAKING

METAFORA be a great blog PANDUAN  WICARA KELOMPOK 09 PERMAINAN (GAMES) Di dalam materi wicara kelompok 09 ini berisikan teori tenang games yang meliputi Unjuk Kebolehan  ( Yel-Yel ), Akting Beregu ( Team Acting ), Sebut Nama Panggilan ( Say The Nickname ), Perang  Fantastik  ( Fantastic War ), Apa Selanjutnya? (What’s Next?); Mari Kita Bercerita! ( Let’s Tell A Story !), Resep Gotong Royong ( What’s in The Soup? ), Ceritakan Gambar  ( Telling The Picture), Bisik Berantai ( The Grape Vive ), Kontes Ucapan ( Pronounciation Contest ), Dua Puluh Pertanyaan ( Twenty Question ), Teka-Teki ( Guessing ), dan Tebak Gerak-Gerik ( Guess The Gestures ) TUJUAN PEMBELAJARAN             Setelah menerima sajian tentang pokok bahasan wawancara ini diharapkan mahasiswa dapat: (2) menunjujkkan contoh-contoh permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok; dan (1) melakukan simulasi permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok sesuai denganj aturan main yang telah ditentukan. K

KRITIK SASTRA CERPEN ANAK KEBANGGAN

Nama          : Enif Nurul Khoirubianti NIM/OFF   : 110211413115/BB WUJUD KECINTAAN SEORANG AYAH YANG DISALAH GUNAKAN OLEH ANAK YANG DIBANGGAKANNYA Judul Cerpen             : Anak Kebanggaan Halaman                       : 15-26 Penulis                         : A.A. Navis Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit            : Cetakan ke-16, 2010 1. Sinopsis cerpen “Anak Kebanggan” karya A. A. Navis             Ompi adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinnya, selain itu Ompi juga seorang yang kaya raya. Setelah kepergian istrinnya, Ompi hanya tinggal dengan anak semata wayangnnya yaitu, Indra Budiman. Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter. Akhirnnya, Indra Budiman pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studi SMA disana. Semenjak itu, Ompi yakin anaknya akan menjad