Langsung ke konten utama

TEORI SIMPOSIUM

METAFORA be a great blog

PANDUAN  DISKUSI KELOMPOK 04



SIMPOSIUM

            Di dalam bab V ini berisikamn tentang teori simposium yang meliputi pengertian simposium, pembagian peran dalam simposium, langkah-langkah pelaksanaan simposium, keunggulan dan kelemahan simposium, cara berbicara dan bertindak dalam simposium, persamaan dan perbedaan antara simposium dengan simposium forum, pengaturan tempat duduk dalam simposium, dan tugas dan tanggung jawab sekretaris dalam simposium. 

TUJUAN PEMBELAJARAN
            Setelah selesai menerima sajian tentang pokok bahasan simposium ini diharapkan mahasiswa dapat: (1) menggambarkan posisi tempat duduk dalam pelaksanaan sebuah simposium; dan (2) memerankan sesuai dengan perannya masing-masing dalam pelaksanaan sebuah simposium; (3) dapat membedakan antara simposium dengan simposium forum; dan (4) dapat memerankan sesuai dengan perannya masing-masing dalam simulasi simposium forum di kelas.

KATA KUNCI: simposium, simposium forum, moderator, sekretaris, pakar, responder, anggota

BAHAN AJAR
            Istilah simposium berasal dari bahasa Yunani sympo-sium yang diturunkan dari kata sympinein, yang dibentuk dari akar kata syn 'bersama' dan akar kata pinein 'minum'. Menurut sejarahnya kegiatan simposium tersebut merupakan kegiatan bersenang-senang dengan disertai minum anggur, tuak, atau arak sambil merndengarkan suatu musik, serta disertai kegiatan diskusi secara ilmiah atau diskusi filosofis (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 1979).

            Dalam perkembangan selanjutnya, istilah simposium diartikan sebagai suatu kegiatan semacam rapat atau pertemuan sosial yang di dalamnya terdapat kegiatan tukar gagasan atau ide-ide secara bebas. Di samping itu. istilah simposium juga diartikan sebagai suatu konferensi yang diorganisasikan untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah atau beberapa bidang kajian secara lebih khusus. Selain itu, pada jaman sekarang simposium diartikan sebagai suatu bentuk diskusi dengan tempat duduk yang diatur secara khusus. Di dalam pertemuan diskusi tersebut selalu dihadiri oleh para pakar (sebagai pembicara utamannya) dan para pakar atau ilmuwan lain sebagai partisipannya.
            Di dalam kegiatan pembelajaran di sekolah atau di kampus simposium merupakan kegiatan diskusi dimana tiga sampai enam mahasiswa (siswa) menyajikan bahan pembicaraan dari berbagai aspek permasalahan. Masing-masing pembicara merupakan orang yang mumpuni dalam suatu aspek permasalahan dan khusus menyajikan seperangkat permasalahan yang dikuasainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Logan (1972: 144-145) sebagai berikut: "The symposium: three to six students give prepared talks on varios aspects of a problem. Each speaker is an expert in his phase of the problem, specifically prepared and gives a set speech".
            Dengan berpijak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan simposium diselenggarakan dengan menggunakan beberapa orang pakar atau beberapa mahasiswa(siswa) yang mumpuni terhadap aspek permasalahan. Beberapa orang pakar atau mahasiswa (siswa) yang mumpuni itu memberikan pidato dan pembahasan ilmiah tentang aspek permasalah tertentu yang ditinjau dari pendekatan tertentu pula. Seorang pakar atau spesialis tersebut menyajikan pidatonya antara 5 s.d. 15 menit di depan para pakar atau spesialis lain. Kemudian para audience yang juga para pakar atau spesialis lain merespon. Lalu pembicara yang sesuai dengan keahliannya menjawab. Begitu selanjutnya, sehingga terjadi diskusi ilmiah antar para pakar, antar para spesialis, antar para ilmuwan, atau antar para mahasiswa. Selain itu, di dalam kegiatan simposium selalu ada tim perumus yang bertugas merumuskan hasil perdebatan dalam simposium ini. Dengan demikian, hasil simposium itu dapat dibukukan atau dipublikasikan dan dapat disebarluaskan kepada peserta simposium atau para ilmuwan lain yang memiliki bidang yang sama. Selain itu, kegiatan simposium ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan simposium forum, yaitu dengan melibatkan para audience (selain para pakar) untuk merespon atau menanggapi isi pidato para pakar tersebut.

            Pelaksanaan simposium biasanya dapat dilakukan dengan teknik dan langkah-langkah sebagai berikut ini.
1. Mula-mula moderator membuka simposium dan memperkenalkan para pakar yang akan berpidato secara ilmiah.
2. Para pakar menyampaikan  pidato ilmiahnya  (masing-masing pembicara berpidato selama 5 s.d. 15 menit).
3. Para pakar lain (responder) bertanya, menyanggah, atau menyempurnakan pidato dari pembicara dalam simposium.
4. Para pembicara yang mendapat sanggahan menjawab bergai pertanyaan dari reswponder.
5. Begitu selanjutnya sehingga terjadi diskusi ilmiah antara  para pakar (pembicara) dengan para akar lain (responder).
6. Jika perdebatan menyimpang dari topik diskusi, moderator dapat meluruskan jalannya diskusi.
7. Jika waktu diskusi sudah habis atau kegiatan perdebatan dianggap sudah cukup, maka moderator dapat mengakhirinya dengan membuat kesimpulan sementara dengan dibantu sekretaris.
8. Setelah kegiatan diskusi dalam simposium selesai, tim perumus mengadakan rapat kecil dan merumuskan secara tertulis hasil simposium tersebut.
9. Jika hasil simposium sudah tertulis atau tercetak, maka hasil simposium tersebut dapat disebarluaskan pada peserta simposium atau kepada para ilmuwan lain yang membutuhkannya.

            Sebagai salah satu bentuk diskusi ilmiah, simposium memiliki keunggulan dan kelemahan. Kebaikan simposium tersebut antara lain: (1) simposium dapat dipakai pada kelompok besar atau kelompok kecil, (2) simposium dapat memunculkan banyak informasi dalam waktu yang singkat, (3) simposium menampilkan pembicara yang bervariasi, sehingga kelihatan lebih menarik, dan (4) kegiatan simposium dapat dipersiapkan secara lebih baik jauh sebelum hari h pelaksanaan simposium. Adapun kelemahan simposium adalah sebagai berikut: (1) penampilan pembicaraan dalam simposium kurang spontanitas dan kurang memupuk kreativitas, (2) kurang adanya interaksi kelompok di dalam silang pendapat, (3) simposium membatasi orang berbicara, sehingga kadang-kadang pembicaraan kurang tuntas, dan (4) membutuhkan perencanaan yang matang untuk menjangkau maksud atau tujuan yang diinginkan.
            Di dalam pelaksanaan simposim, pembiara dibatasi oleh waktu yang tersedia. Hal ini disebabkan bahwa para pakar yang bergiliran berbicara saling menunggu giliran untuk menyampaikan argumentasi ilmiahnya. Oleh sebab itu, pembicara dalam simposium harus berbicara secara padat, ringkas, dan lugas. Dalam kaitannya dengan hal ini, Monroe (1955: 10) mengemukakan bahwa peserta simposim layak berbicara bila:
1. pembicara diminta menjawab pertanyaan secara langsung (speak, of course, when you are asked a direct question);
2. pembicara memiliki komentar atau saran yang bernalar untuk disampaikan (speak when you have an intelligent comment or suggestion to make);
3. pembicara dapat membuat lebih jelas dari permasalahan yang membingungkan (speak when you can make clear an idea another has badly muddled);
4. pembicara ingin meluruskan suatu kesalahan (speak when you can correct an error);
5. pembicara ingi menambah informasi pertanyaan (speak when you can offer added information upon the question);
6. pembicara mengajukan  pertanyaan ilmiah (speak when you can ask an intellegent question);
7. pembicara ingin menyelipkan humor di dalam situasi diskusi yang "gersang" (speak when you can inject humor into an otherwise dry discussion); dan
8. tidak berbicara menyimpang dari pokok pembicaraan  (do not speak beside the point).

            Pengaturan tempat duduk di dalam simposium beraneka ragam, tegantung dari banyak atau sedikitnya peserta simposium. Sebagai contoh, di bawah ini akan diilustrasikan posisi tempat duduk dalam simposium murni (bukan forum simposium).

                        Model U:                                                           ModeL O:

                          
                        P1P2P3P4                           |                              P1P2P3P4
                                                                    |
 AAAA                                                        |     AAAA                                    RRRRRR
 AAAAS                                                      |     AAAAS                                 RRRRRR
 AAAAM                                                     |     AAAAM                                RRRRRR
 AAAA                                                         |    AAAA                                    RRRRRR
                                                                     |                                                   RRRRRR             
              RRRRRRRRRRRRRRR               |                          RRRRRRRR
              RRRRRRRRRRRRRRR               |                          RRRRRRRR
              RRRRRRRRRRRRRRR               |                          RRRRRRRR
              RRRRRRRRRRRRRRR               |                          RRRRRRRR
              RRRRRRRRRRRRRRR               |                          RRRRRRRR


dimana:
        P1 = Pakar (pembicara pertama);
        P2 = Pakar (pembicara kedua);
        P3 = Pakar (pembicara ketiga);
        P4 = Pakar (pembicara kempat);
        M  = Moderator (ketua tim perumus);
        S  = Sekretaris (sekretaris tim perumus);
        A  = Anggota tim perumus; dan
        R  = Pakar sebagai Responder.


            Diskusi yang berbentuk panel, dialog (wawankata), simposium, ceramah, atau film dapat digabungkan dengan diskusi yang lebih luas. Diskusi yang lebih luas ini di-sebut forum (Logan, 1972). Jika suatu panel dapat dilan-jutkan dengan panel forum, maka di dalam simposium pun dapat dilanjutkan dengan simposium forum.
            Pelaksanaan diskusi yang berbentuk simposium forum ini memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan pelaksanaan diskusi dalam simposium (murni). Hal ini disebabkan bahwa yang ikut ambil bagian dalam simposium ini amat kompleks, yaitu: mulai dari moderator, para pakar pembicara, para responder pakar, dan ditambah pula dari audience yang merupakan  responder awam.

            Sebenarnya simposium forum ini merupakan simposium yang terbuka, karena simposium forum dapat dihadiri oleh semua orang baik ilmuwan, mahasiswa, ataupun khalayak ramai. Oleh karena sifatnya terbuka, maka simposium forum ini cenderung bersifat massal. Di dalam pelaksanaannya, suatu kegiatan simposium dapat dilanjutkan dengan simposium forum dengan cara memberi peluang kepada audience luar untuk ikut menyumbangkan gagasannya lewat sanggahan, usulan, pertanyaan, ataupun pemacahan masalah dalam simposium forum tersebut.
            Karena simposium forum ini merupakan kelanjutan dari  kegiatan simposium (murni), maka kedua bentuk diskusi ini memiliki berbagai persamaan dan berbagai perbedaan. Adapun persamaan dan perbedaan kedua bentuk diskusi tersebut adalah sebagai berikut ini.

Persamaan antara Simposium dengan Simposium Forum
            Diskusi yang berbentuk simposium dengan diskusi yang berbentuk simposium forum memiliki beberapa persamaan. Persamaan itu adalah sebagai berikut ini.
1. Baik di dalam simposium maupun di dalam simposium forum sama-sama memiliki seorang moderator yang bertindak sebagai pengatur lalulintas jalannya diskusi.
2. Baik di dalam simposium maupun di dalam simposium forum sama-sama memiliki seorang sekretaris atau notulis yang  yang merekam nama-nama pembicara, usul-usul para pembicara, sanggahan-sanggahan pembicara, pertanyaan-pertanyaan pembicara, maupun jawaban-jawaban para pembicara.
3. Baik di dalam simposium maupun di dalam simposium forum selalu terdapat adanya kerja sama antara moderator dengan sekretaris dalam menyusun kesimpulan umum ataupun kesimpulan sementara.
4. Baik di dalam simposium maupun di dalam simposium forum sama-sama terdapat pidato para pembicara yang diperankan oleh para pakar atau spesialis sebagai pandangan awal sebelum diskusi dimulai.
5. Baik di dalam simposium maupun di dalam simposium forum sama-sama terdapat suatu kesempatan dari pakar lain untuk merespon pidato dari para pakar pembicara.
6. Baik di dalam simposium maupun di dalam simposium forum sama-sama terdapat jawaban balik dari para pakar pembicara.
7. Baik di dalam simposium maupun di dalam simposium forum sama-sama terdapat penutupan yang bersisi kesimpulan umum tentang hasil diskusi, dan kesimpulan secara terperinci akan dilaporkan tim perumus dalam bentuk laporan khusus (tertulis atau tercetak).
8. Baik dalam simposium maupun di dalam simposium forum sama-sama menggunakan posisi tempat duduk dengan bentuk Model U ataupun tempat duduk dengan bentuk Model O.

Perbedaan antara Simposium dengan simposium Forum
            Antara simposium dengan simposium forum memiliki perbedaan. Perbedaan itu berkaitan dengan masalah berikut.

1. Masalah Waktu.
Tentunya simposium dengan simposium forum berbeda dari segi waktu. Pelaksanaan simposium (murni) waktunya lebih singkat daripada simposium forum, karena tidak ada tanggapan dari para respoder awam. Akan tetapi, di dalam simposim forum para audience yang berasal dari khalayak ramai (orang awam) mendapat kesempatan untuk merespon pembicaraan para pakar pembicara.

2. Masalah Tugas Moderator.
Tentunya tugas moderator dalam simposim berbeda  dengan tugas moderator dalam simposium forum. Hal ini disebabkan bahwa orang yang dipandu dalam simposium jumlahnya lebih sedikit  daripada orang yang dipandu dalam  sim-posium forum. Dengan demikian, tugas moderator di dalam pelaksanaan simposium forum lebih sulit daripada tugas mederator dalam  simposium (murni), karena moderator harus mengatur banyak orang mulai dari para pakar sampai dengan para khaalayak ramai atau kaum awam.

3. Masalah Tugas Sekretaris.
Tugas sekretaris dalam pelaksanaan simposium berbeda dengan tugas sekretaris dalam simposium forum. Di dalam pelaksanaan simposium forum, tugas sekretaris lebih berat daripada tugas sekretaris pada simposium. Hal ini disebabkan bahwa tugas sekretaris dalam simposium forum harus mencatat berbagai gagasan-gagasan, saran-saran, ataupun kritik-kritik dari berbagai peserta, baik peserta dari kalangan pakar atau spesialis maupun peserta dari khalayak ramai. Dengan demikian, tugas sekretaris dalam pelaksanaan simposium forum  dua kali lipat dibandingkan dengan tugas dalam pelaksanaan sim-posium.

4. Masalah Tugas Pakar Pembicara.
Pakar pembicara di dalam simposium forum tugasnya lebih berat dibandingkan dengan tugasnya di dalam simposium (murni). Hal ini disebabkan bahwa di dalam pelaksanaan simposium forum pakar pembicara harus merespon atau menanggapi berbagai sanggahan dari para pakar lain sebagai responder dan para audirence lain yang hadir dalam simposium forum tersebut. Jadi, tugas pakar pembicara dalam pelaksanaan simposium forum dua kali lipat dibanding dengan tugas dalam pelaksanaan simpo-sium (murni).



5. Masalah Tugas Tim Perumus.
Tugas tim perumus dalam pelaksanaan simposium forum lebih berat dibandingkan tugas mereka di dalam pelaksanaan simposium (murni). Hal ini disebabkan bahwa tim perumus harus merumuskan berbagai masukan yang datang dari berbvagai macam pendapat, baik pendapat dari para pakar maupun pendapat dari khalayak ramai.

            Masalah penyusunan rumusan hasil simposium dapat dilakukan langsung setelah diskusi selesai atau dilakukan pada lain waktu oleh tim perumus yang telah ditunjuk. Biasanya, jika simposium tersebut membahas hal-hal yang amat kompleks, kegiatan perumusan hasil simposium dilakukan di luar acara diskusi. Akan tetapi, hasil simposium tersebut entah cepat atau lambat pasti tertulis atau tercetak untuk disebarluarkan pada yang berkepentingan (biasanya dise-barluarkan kepada ilmuwan yang seprofesi). Penyebarluasan  hasil simposium tersebut bisa lewat jurnal, majalah, laporan khusus, dan lain-lain yang berbentuk stensilan atau cetakan.  Sehubungan dengan itu, Logan (1972: 155-- 157) menjelaskan bahwa yang dicatat sekretaris untuk kepentingan pelaporan hasil diskusi lebih kurang berisi tentang:
1. nama organisasi (name of the organization),
2. jenis pertemuan, misalnya: reguler, khusus, dan seba-gainya (kind of meeting: regular, special, etc.),
3. tanggal, waktu, dan tempat pertemuan (date, time, and place of meeting),
4. Nama dan gelar ketua dan pekerja perekam (name and ti-tle of preciding and recording officers),
5. Jumlah kuorum yang hadir (fact that a quorum was pre-sent),
6. rekaman usul-usul penting (record of all main motion),
7. rekaman usul-usul lain atau usul tambahan (record of other motions),
8. rekaman semua suara yang masuk (record of all votes taken), dan
9. tanda tangan sekretaris (signature of the sekretary).

            Di dalam hal ini sekretaris yang dibantu oleh anggota tim perumus, dan di bawah pimpinan moderator (ketua) harus jeli dalam merekam berbagai usul. Wujud usul-usul itu bisa berbentuk usul utama (main motion), usul tambahan (subsidiary motion), usul insidental (incidental motions), dan usul istimewa (privileged motion). Berbagai usul dalam silang pendapat pada  simposium forum ini akan dijadikan bahan untuk menyusun hasil simposium forum dalam bentuk buku laporan atau jurnal.

            Adapun denah atau posisi tempat duduk dalam simposium forum tidak jauh berbeda dengan denah atau posisi tempat duduk dalam simposium (murni). Denah atau posisi tempat duduk simposium forum itu dapat diatur sebagai berikut ini.


                    MODEL U:                                          MODEL O:

                            
                         P P P P                           |                    P P P P
                                                                |
AAAA                                                     |  AAAA                              Rrrrrrr
AAAAS                                                   |  AAAAS                            Rrrrrrr
AAAAM                                                  |  AAAAM                          Rrrrrrr
AAAA                                                     |  AAAA                              Rrrrrrr
                                                                |                                           Rrrrrrr
                  RRRRRRRRRRRRR           |                 RRRRRRRR
                  rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr             |                 rrrrrrrrrrrrrrrr
                  rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr             |                 rrrrrrr rrrrrrrr
                  rrr rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr            |                 rrrrrrrrrrrrrrrr
                  rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr            |                 rrrrrrrrrrrrrrrr


dimana:
        P = Pakar pembicara;
        A = Anggota tim perumus;
        M = Moderator;
        S = Sekretaris;
        R = Responder (dari para Pakar); dan
        r = rersponder (dari khalayak ramai).



                        Di dalam menyelenggarakan symposium dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Oleh karena itu, sering panitian symposium mencari sponsor dari pemerintah maupun swasta.  Setelah symposium selesai. Tim perumus masih banyak pekerjaan untuk menata ulang hasil symposium supaya dapat dicetak dan dibagikan  kepada para peserta symposium. Hasil symposium berupa kumpulan naskah tercetak tersebut akan dikerimkan ke alamat seluruh para peserta.
                       
   

            Akan tetapi, selaras denga perkembangan IPTEK, maka hasil symposium jaman sekarang bias diakses liwat internet. Selain itu seluruh makalah yang dipresentasikan oleh para pakar dapat dikopi langsung ke flash disk oleh para peserta symposium.




                           
   

                           



LATIHAN:

1. Coba Anda gambarkan bagaimana denah atau posisi tempat duduk dalam pelaksanaan simposium!

2. Coba Anda simulasikan sebuah pelaksanaan simposium dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. empat orang mahasiswa sebagai pakar pembi   cara;
b. seorang mahasiswa sebagai moderator (merangkap tim perumus);
c. seorang mahasiswa sebagai sekretaris (merangkap sekretaris tim perumus);
d. enam orang mahasiswa sebagai anggota tim perumus;
e. beberapa orang mahasiswa sebagai responder;
f. topik: "pembakuan ejaan".

3. Dengan bahasa Anda sendiri, coba jelaskan perbedaan antara simposium dengan simposium forum!

4. Coba perankan sebuah simulasi simposium forum dengan rambu-rambu sebagai berikut:
a. seorang mahasiswa sebagai moderator;
b. seorang mahasiswa sebagai sekretaris;
c. enam orang mahasiswa sebagai anggota tim perumus;
d. empat orang mahasiswa sebagai pakar pembicara;
e. empat orang mahasiswa sebagai responder pakar;
f. beberapa orang mahasiswa sebagai responder awam;
g. Topik: "pembakuan istilah".
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa”

METAFORA be a great blog 1. Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa” Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Oleh: Taufik Ismail Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kauagungkan Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi April, 1965 Hasil analisis:             Ketika seseorang anak mulai menginjak usia kedewasaan, tentunya ia memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap dirinya dan keluarganya. Ketika anak mulai beranjak dewasa, saat ia mampu bekerja sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya, tanggung jawab orang tua kepada anaknya itu perlahan akan bebalik menjadi tanggung jawab seorang anak untuk orang tuannya. Oleh karena itu, pada puisi “ Nase

MACAM GAMES UNTUK ICE BREAKING

METAFORA be a great blog PANDUAN  WICARA KELOMPOK 09 PERMAINAN (GAMES) Di dalam materi wicara kelompok 09 ini berisikan teori tenang games yang meliputi Unjuk Kebolehan  ( Yel-Yel ), Akting Beregu ( Team Acting ), Sebut Nama Panggilan ( Say The Nickname ), Perang  Fantastik  ( Fantastic War ), Apa Selanjutnya? (What’s Next?); Mari Kita Bercerita! ( Let’s Tell A Story !), Resep Gotong Royong ( What’s in The Soup? ), Ceritakan Gambar  ( Telling The Picture), Bisik Berantai ( The Grape Vive ), Kontes Ucapan ( Pronounciation Contest ), Dua Puluh Pertanyaan ( Twenty Question ), Teka-Teki ( Guessing ), dan Tebak Gerak-Gerik ( Guess The Gestures ) TUJUAN PEMBELAJARAN             Setelah menerima sajian tentang pokok bahasan wawancara ini diharapkan mahasiswa dapat: (2) menunjujkkan contoh-contoh permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok; dan (1) melakukan simulasi permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok sesuai denganj aturan main yang telah ditentukan. K

KRITIK SASTRA CERPEN ANAK KEBANGGAN

Nama          : Enif Nurul Khoirubianti NIM/OFF   : 110211413115/BB WUJUD KECINTAAN SEORANG AYAH YANG DISALAH GUNAKAN OLEH ANAK YANG DIBANGGAKANNYA Judul Cerpen             : Anak Kebanggaan Halaman                       : 15-26 Penulis                         : A.A. Navis Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit            : Cetakan ke-16, 2010 1. Sinopsis cerpen “Anak Kebanggan” karya A. A. Navis             Ompi adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinnya, selain itu Ompi juga seorang yang kaya raya. Setelah kepergian istrinnya, Ompi hanya tinggal dengan anak semata wayangnnya yaitu, Indra Budiman. Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter. Akhirnnya, Indra Budiman pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studi SMA disana. Semenjak itu, Ompi yakin anaknya akan menjad