Langsung ke konten utama

Teori Tentang Diskusi Kelompok

METAFORA be a great blog

PANDUAN  WICARA KELOMPOK  01


DISKUSI KELOMPOK

            Di dalam materi wicara kelompok 001  ini berisikan teori tentang diskusi kelompok yang berkenaan dengan pengertian umum diskusi kelompok, tujuan diskusi kelompok, pembagian peran dalam diskusi kelompok, tugas dan tanggung jawab pemimpin diskusi, dan tugas serta tanggung jawab partisipan dalam diskusi kelompok.     


TUJUAN PEMBELAJARAN
            Setelah menerima sajian tentang pokok bahasan diskusi kelompok ini diharapkan mahasiswa dapat: (1) menjelaskan aturan main dalam diskusi kelompok; (2) menampilkan simulasi diskusi kelompok dengan benar.


KATA KUNCI: diskusi kelompok, peran, pemimpin diskusi, partisipan.


BAHAN AJAR
            Secara umum diskusi kelompok dapat diartikan suatu kegiatan yang dilakukan oleh kelompok orang/individu, sekurang-kurangnya dua orang, untuk menjawab suatu pertanyaan atau membahas suatu permasalahan, guna memperoleh suatu jawaban atas pertanyaan tersebut atau menemukan alternasi pemecahan masalah tersebut. Di dalam dunia pendidikan, diskusi kelompok dapat digunakan sebagai suatu strategi pembelajaran untuk menciptakan CBSA, untuk memupuk kerja sama, dan untuk melatih berpikir kritis. Di dalam pelaksanaannya di kelas, biasanya diskusi kelompok itu dilakukan dalam bentuk tugas-tugas kelompok. 

Adapun tujuan dilakukannya diskusi kelompok ini adalah agar para siswa:
(1) dapat menyatakan pendapatnya dengan bahasa yang jelas  dan tepat;
(2) dapat menangkap pendapat para siswa lain (peserta diskusi) dengan tepat;
(3) dapat berperan serta dalam menjawab pertanyaan atau memecahkan permasalahan ilmiah dari pokok bahasan yang diajarkan guru kepada para siswa);
(4) dapat berargumentasi secara logis dalam menerima atau menolak pendapat orang lain; dan
(5) dapat bekerja sama dalam memantapkan suatu permasalah-an ilmiah.

            Di dalam diskusi kelompok ini, siswa dibagi atas kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok berjumlah antara dua orang sampai dengan tujuh orang. Selain itu, setiap kelompok memiliki seorang ketua kelompok dan seorang penulis (sekretaris). Adapun sisanya berperan sebagai anggota kelompok. Jika terdapat waktu yang longgar, diskusi kelompok ini dapat dilanjutkan pada diskusi kelas atau diskusi paripurna. Dalam diskusi kelas,  masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi dari kelompoknya masing-masing. Adapun kelompok lain dapat meresponya.
            Di dalam diskusi kelompok, tugas ketua kelompok adalah (1) mengatur lalulintas pembicaraan kelompok agar diskusi berjalan lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan; (2) memperjelas permasalahan dalam diskusi dan membagi giliran berbicara kepada anggota kelompoknya; (3) mengatur ketertiban dan efisiensi waktu dalam berbicara (mengemukakan pendapat); (4) mendorong peserta yang pendiam agar mau berperan aktif dalam diskusi; (5) menyerahkan permasalahan yang sangat sulit kepada guru (selaku penasehat atau supervisor); dan (6) memandu diskusi dengan meluruskan kembali pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi.
            Adapun tugas penulis (sekretaris) dalam diskusi kelompok adalah: (1) mencatat waktu dan acara diskusi; (2) mencatat nama-nama yang berbicara, bertanya, mengajukan usul, atau mengajukan pendapat dalam diskusi; (3) mencatat semua pertanyaan, usul, dan pendapat, dari peserta diskusi kelompok; (4) membuat kesimpulan diskusi bersama-sama ketua diskusi; dan (5) mencatat sisa masalah yang belum terpecahkan dalam diskusi.
            Di dalam diskusi kelas, ketua diskusi dapat dilakukan oleh guru sendiri atau seorang siswa yang ditunjuk oleh guru. Tugas ketua diskusi kelas (diskusi paripurna) pada prinsipnya sama dengan tugas ketua diskusi kelompok. Dalam kaitannya dengan ini, Logan (1972: 148) menegaskan bahwa tugas seorang pomimpin diskusi adalah sebagai berikut:
1. memahami proses diskusi dan bertanggung jawab atas kepemimpinan kelompok (understanding the disscussion process and responsibilities of group leadership);
2. mengetahui pokok permasalahan atau topik permasalahan diskusi (knowledge of the subject matter of discussion topik or problem);
3. merencanakan diskusi dengan peserta diskusi berdasarkan langkah-langkah umum urutan pemecahan masalah (planning the discussion with the participants, following the general steps for the problem solving sequence);
4. memperkenalkan para pembicara kepada pembicara lain dan kepada peserta diskussi (introducing the speakers to each other and the audience);
5. membuka diskusi (opening the discussion);
6. memelihara arah diskusi (keeping the discussion moving);
7. mengarahkan dan memelihara suatu suasana informalitas dan suasana persahabatan yang menyenangkan (establishing and maintaining an atmosphere of informality and of pleasant relationship);
8. Mengusahakan agar pemimpin tidak terus mendominasi pertemuan, tetapi selalu  mendorong  dan mengarahkan  partisipan untuk menyumbangkan ide-idenya (exerting  leadership through not dominating the meeting, but through encouraging and guiding the participants to contribute their ideas); dan
9. menutup diskusi secara efektif (closing the discussion effectively);

            Selain itu, Logan (1972: 148) juga menunjukkan rambu-rambu tentang kualitas seorang pemimpin diskusi kelompok dengan rumusan pertanyaan sebagai berikut ini.
1. Apakah pemimpin menyatakan problem (diskusi) secara jelas ? (Did the leader state the problem clearly?). Jika pemimpin diskusi menyatakan permasalahan diskusi secara jelas, maka dia merupakan pemimpin diskusi yang baik.
2. Apakah pemimpin diskusi mendorong kelompoknya untuk berfikir kritis? (Did the leader encourage the group to thing critically?). Jika pemimpin diskusi mendorong kelompoknya untuk berfikir kritis, maka dia merupakan pemimpin yang baik.
3. Apakah pemimpin melibatkan setiap orang di dalam diskusi? (Did the leader involve every one in the discussion?). Jika pemimpin diskusi melibatkan setiap orang dalam diskusi, maka dia merupakan pemimpin yang baik.
4. Apakah pemimpin memancing informasi yang diperlukan? (Did the leader elicit the needed information?).Jika pemimpin diskusi memancing informasi yang diperlukan, maka ia merupakan pemimpin yang baik. 
5. Apakah pemimpin mahir menguasai konflik? (Did the leader handle conflict skillfully?). Jika pemimpin diskusi mahir menguasai konflik, maka ia merupakan pe-mimpin  diskusi yang baik.
6. Apakah pemimpin sering meringkas atau merangkum? (Did the leader summarize frequently?). Jika dalam diskusi pemimpin sering meringkas atau merangkum, maka ia merupakan pemimpim diskusi yang baik.
7. Apakah pemimpin  membantu kelompoknya untuk memecahkan masalah? (Did the leader help the group to reach solusion to the problem?). Jika pemimpin membantu kelompoknya untuk memecahkan masalah, maka ia merupakan pemimpin yang baik.

            Adapun rambu-rambu tentang kualitas anggota diskusi (partisipan) dirumuskan oleh Logan (1972:148) dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut ini.
1. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan keakrabannya terhadap  langkah-langkah pemecahan masalah? (Did each participant show familiarity with the problem-solving sequence?). Jika partisipan tahu benar tentang langkah-langkah pemecahan masalah, maka ia merupakan partisipan yang baik.
2. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan keinginannya membantu anggota kelompoknya untuk  membangun ide? (Did each participant show a desire to help other members of the group form ideas?). Jika partisipan membantu anggota kelompoknya untuk membangun ide, maka ia merupakan partisipan yang baik.
3. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan kesediannya untuk menjawab pertanyaan dari orang lain secara langsung? (Did each participant show a willingness to answer the quetion of others directly). Jika partisipan bersedia menjawab langsung pertanyaan dari anggotanya, maka ia merupakan partisipan yang baik.
4. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan kesediannya untuk mengakui kesalahannya sendiri dan mempercayai bantuan orang lain? (Did each participant show a willingness to admid his own errors and to credit the contribution of the others?). Jika partisipan bersedia mengakuai kesalahannya dan memnpercayai sumbangan pikiran orang lain, maka ia merupakan partisipoan yang baik.
5. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan kecakapannya menyajikan ide-ide percakapannya dengan ringkas dan dengan semangat persahabatan? (Did each participant show a ability to present ideas conversationally, concisely, and in friendly spirit?). Jika partisipan trampil menyajikan ide-ide percakapan dengan ringkas dan dengan semangat persahabatan, maka ia merupakan partisipan yang baik.
6. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan kesediannya untuk tidak  menyimpang dari pokok persoalan? (Did each participant show a willingness to stick to the sub-ject?). Jika partisipan bersedia untuk tidak menyimpang dari pokok persoalan, maka ia merupakan partisipan yang baik.
7. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan kesedian-nya untuk menghindari monopoli dengan memberikan kepada yang lain sebagian waktu diskusinya ? (Did each parti-cipant show a willingness to avoid monopolizing by giving others their fair share of discussion time?). Jika partisipan tidak memonopoli pembicaraan dan memberi kesempatan kepada anggota lain, maka ia merupakan partisipan yang baik.
8. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan ketrampilannya di dalam menggunakan fakta-fakta dan informasi yang tepat secara objektif? (Did each participant show skill in using facts and partinent information objectively?). Jika partisipan trampil menggunakan fakta dan informasi  tepat secara objektif, maka ia merupakan partisipan yang baik.
9. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan kesanggupannya untuk mempertimbangkan secara kritis sumbangan pemikiran dari ia sendiri dan dari orang  lain? (Did each participant show ability to weigh critically the conbtributions made by himself and others?). Jika partisipan, mampu mempertimbangkan secara kriris pendapatnya sendiri dan pendapat orang  lain, maka ia merupakan partisipan yang baik.
10. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan kesediaannya untuk mengikuti kepemimpinan moderator atau ketua? (Did each participant show a willingness to follow the leadership of the moderator or chairman?). Jika partisipan bersedia mengikuti kepemimpinan moderator atau ketua, maka ia merupakan partisipan yang  baik.
11. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan kesediannya untuk membantu kelompoknya menggali  masalah yang dipilih untuk dipecahkan, biarpun bertentangan dengan-nya?  (Did each participant show a willingness to help the group to explore its chosen solution, even if opposed to it?). Jika partisipan bersedia membantu kelompoknya menggali pemecahan masalah, maka ia merupakan partisipan yang baik.
12. Apakah masing-masing partisipan menunjukkan kemampuannnya  untuk berbeda (pendapat) tanpa menyingggung perasaan orang? (Did each participant show ability to differ without losing one's temper?). Jika partisipan             mampu berbeda pendapat tanpa menyinggung perasaan orang lain, maka ia merupakan partisipan yang baik.

            Selain diajarkan di sekolah (SMA dan SMP), diskusi kelompok sering pula dilaksanakan daalam perkuliahan di kampus, kegiatan-kekiatan organisasi politik, organisasi masa, rapat dagang, dan sebagainya untuk saling memberi dan menerima informasi (take and give atau sharing)                                                           

                       
                                                  (dalam organisasi massa)



             
                      (setelah dispok, dilanjutkan  dalam diskusi paripurna)


            Selain dalam situasi formal, diskusi kelompok dapat pula dilakukan dalam situasi informal, misalnya di perpustakaan, di taman atau di bawah pohon,  di serambi gedung pertemuan, dan sebagainya.

                   

LATIHAN
l. Ceritakan secara ringkas aturan main yang merupakan rambu-rambu dalam pelaksanaan diskusi kelompok!
2. Lakukanlah kegiatan diskusi kelompok di kelas dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
a. Bentuklah kelompok diskusi yang masing-masing   ber- anggotakan lima sampai dengan tujuh orang. Setiap kelompok harus memiliki seorang ketua dan seorang sekretaris. Sisanya bertindak sebagai partisipan (anggota kelompok).
b. Bentuklah sebuah kelompok pengamat yang anggotanya  dua sampai dengan tiga orang. 
c. Lakukanlah diskusi kelompok dengan topik Kenakalan Remaja.
d. Setelah selasai diskusi kelompok, laporkanlah hasil diskusi kelompok Anda dalam diskusi kelas.
e. Setelah diskusi kelas selesai kelompok pengamat melaporkan hasil pengamatannya  terhadap kualitas penampilan ketua, sekretaris, dan partisipan.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa”

METAFORA be a great blog 1. Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa” Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Oleh: Taufik Ismail Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kauagungkan Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi April, 1965 Hasil analisis:             Ketika seseorang anak mulai menginjak usia kedewasaan, tentunya ia memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap dirinya dan keluarganya. Ketika anak mulai beranjak dewasa, saat ia mampu bekerja sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya, tanggung jawab orang tua kepada anaknya itu perlahan akan bebalik menjadi tanggung jawab seorang anak untuk orang tuannya. Oleh karena itu, pada puisi “ Nase

MACAM GAMES UNTUK ICE BREAKING

METAFORA be a great blog PANDUAN  WICARA KELOMPOK 09 PERMAINAN (GAMES) Di dalam materi wicara kelompok 09 ini berisikan teori tenang games yang meliputi Unjuk Kebolehan  ( Yel-Yel ), Akting Beregu ( Team Acting ), Sebut Nama Panggilan ( Say The Nickname ), Perang  Fantastik  ( Fantastic War ), Apa Selanjutnya? (What’s Next?); Mari Kita Bercerita! ( Let’s Tell A Story !), Resep Gotong Royong ( What’s in The Soup? ), Ceritakan Gambar  ( Telling The Picture), Bisik Berantai ( The Grape Vive ), Kontes Ucapan ( Pronounciation Contest ), Dua Puluh Pertanyaan ( Twenty Question ), Teka-Teki ( Guessing ), dan Tebak Gerak-Gerik ( Guess The Gestures ) TUJUAN PEMBELAJARAN             Setelah menerima sajian tentang pokok bahasan wawancara ini diharapkan mahasiswa dapat: (2) menunjujkkan contoh-contoh permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok; dan (1) melakukan simulasi permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok sesuai denganj aturan main yang telah ditentukan. K

KRITIK SASTRA CERPEN ANAK KEBANGGAN

Nama          : Enif Nurul Khoirubianti NIM/OFF   : 110211413115/BB WUJUD KECINTAAN SEORANG AYAH YANG DISALAH GUNAKAN OLEH ANAK YANG DIBANGGAKANNYA Judul Cerpen             : Anak Kebanggaan Halaman                       : 15-26 Penulis                         : A.A. Navis Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit            : Cetakan ke-16, 2010 1. Sinopsis cerpen “Anak Kebanggan” karya A. A. Navis             Ompi adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinnya, selain itu Ompi juga seorang yang kaya raya. Setelah kepergian istrinnya, Ompi hanya tinggal dengan anak semata wayangnnya yaitu, Indra Budiman. Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter. Akhirnnya, Indra Budiman pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studi SMA disana. Semenjak itu, Ompi yakin anaknya akan menjad