Langsung ke konten utama

HIBAH TEMAN-LATAR (SETTING) DALAM PROSA FIKSI

METAFORA be a great blog

PELATARAN DALAM PROSA FIKSI

A.    Definisi Latar
Setting merupakan pelengkap dari sebuah cerita atau karya sastra. Setting menjelaskan tentang tempat atau suasana yang terjadi didalam cerita atau karya sastra tesebut. Biasanya, setting harus ada dalam cerita karena sebuah cerita harus jelas dimana tempat kejadiannya, kapan terjadinya dan bagaimana suasana pada saat cerita berlangsung. Setting biasanya ada tiga kategori, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar suasana (sosial). Pemberian latar yang jelas bisa mempermudah pembaca untuk memahami cerita tersebut dan buat bahan pertimbangan sebagai kelemahan atau kelebihan suatu cerita atau karya fiksi. Menurut Robert Stanton (2007:35), latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar sangat berguna dan bermanfaat bagi pembaca maupun bagi pengarang. Bagi pembaca latar berguna untuk membantu membayangkan atau menggambarkan tempat, waktu dan suasana yang dialami oleh tokoh dalam cerita atau karya sastra tersebut. Sedangkan bagi pengarang latar berguna untuk mengembangkan ide atau gagasannya yang akan dituangkan kedalam karyanya. Pengarang juga bisa menggunakan latar sebagai penjelas tempat, waktu, suasana dan bahkan pengarang bisa menggunakan latar sebagai penggambaran watak tokoh.

B.     Macam-macam Latar
1.      Latar fisik/material (tempat, waktu, alam di sekitar)
a.       Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi. Melalui tempat terjadinya peristiwa, diharapkan tercermin pemerian tradsisi masyarakat, tata nilai, tingkah laku suasana, dan hal-hal lain yang mungkin berpengaruh pada tokoh dan karakternya.
b.      Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, dalam plot, secara historis. Melalui pemerian waktu kejadian yang jelas, akan tergambar tujuan fiksi tersebut secara jelas pula. Rangkain peristiwa tidak mungkin terjadi jika dilepaskan dari perjalanan waktu, yang dapat berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatar belakanginya
2.      Latar sosial (keadaan masyarakat, kebiasaan masyarakat yang berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu, pandangan hidup, sikap hidup, adat istiadat)
3.      Latar suasana
Latar suasana menyangkut deskripsi suasana dalam cerita prosa fiksi.

C.    Fungsi Latar
            Latar yang baik dapat mendeskripsikan secara jelas peristiwa-peristiwa, perwatakan tokoh, dan konflik yang dihadapi tokoh cerita sehingga cerita tersebut terasa sungguh-sungguh terjadi seperti di dalam kehidupan nyata.
Ada beberapa fungsi yang dapat ditempati oleh latar dalam fiksi, misalnya latar sebagai metafora, latar sebagai atmosfer dan latar sebagai pengedapanan (foregrounding).
1)      Latar sebagai Metafora
Penggunaan istilah metafor mengarah pada suatu perbandingan yang mungkin berupa sifat keadaan, suasana ataupun sesuatu yang lain. secara prinsip metafor merupakan cara memandang atau menerima melalui sesuatu yang lain.
Fungsi latar sebagai metafora adalah fungsi eksternal yang tidak secara langsung (eksplisit) berpengaruh pada cerita. Sebagai metafora, latar menghadirkan suasana yang secara tidak langsung menggambarkan nasib tokoh.

Pohon-pohon kelapa itu tumbuh di tanah lereng di antara pepohonan lain yang rapat dan rimbun. Kemiringan lereng membuat pemandangan seberang lembah itu seperti lukisan alam gaya klasik Bali yang terpapar di dinding langit. Selain pohon kelapa yang memberi kesan lembut, batang sengon yang lurus dan langsing menjadi garis-garis tegak berwarna putih dan kuat. Ada beberapa pohon aren dengan daun mudanya yang mulai mekar; kuning dan segar. Ada pucuk pohon jengkol yang berwarna coklat kemerahan, ada bunga bungur yang ungu berdekatan dengan pohon dadap dengan kembangnya yang benar-benar merah. Dan batang-batang jambe rowe, sejenis pinang dengan buahnya yang bulat dan lebih besar, memberi kesan purba pada lukisan yang terpajang di sana.
Dalam sapuan hujan panorama di seberang lembah itu terlihat agak samar. Namun cuaca pada musim pancaroba sering kali mendadak berubah. Lihatlah, sementara hujan tetap turun dan angin makin kencang bertiup tiba-tiba awan tersibak dan sinar matahari langsung menerpa dari barat.

Pohon-pohon kelapa digambarkan dengan indah dalam sebuah ekosistem yang padu. Namun kemudian digambarkan dalam suasana yang mengerikan dengan keadaan yang tidak menentu. Sekilas latar ini hanya latar netral yang tidak melambangkan apa-apa. Kemudian diketahui bahwa tokoh utama Lasi yang hidupnya bahagia dalam kesederhanaan mulai masuk dalam ketidakpastian setelah kecelakaan yang menimpa Darsa. (Bekisar Merah-Ahmad Tohari)

2)      Latar sebgai Atmosfer
Fungsi latar sebagai atmosfer lebih mudah dibicarakan daripada didefinisikan. Ia semacam aura rasa atau emosi yang ditimbulkan utamanya oleh latar dan membantu terciptanya ekspektasi pembaca.
Latar sebagai atmosfer yaitu latar yang secara langsung menyihir pembaca membawanya kepada suasana tertentu, seperti suasana sedih, marah, muram, seram, dan sebagainya. Hal ini sangat penting karena disinilah kecerdasan para penulis menciptakan penyituasian yang dapat menarik pembaca terhanyut dalam suasana yang terterah dalam suatu karya sastranya.
Misalnya saja tentang atmosfer atau suasana yang berbau kematian, misteri, atau ketakutan terhadap hal itu. Maka, latar yang dapat membangunnya tentu saja latar yang dapat melukiskan keadaan semacam itu, misalnya keadaan dan letak rumah yang dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan suasana misteri dan maut, di samping deskripsinya tentang bentuk  atau wujud yang samar-samar terlihat dalam kegelapan. Dengan demikian, latar akan membawa suatu cahaya emosional yang dirasakan oleh pembaca.

3)      Latar sebagai Pengedepanan (foregrounding)
Pengedepanan elemen latar dalam fiksi dapat berupa penonjolan waktu dan dapat pula berupa penonjolan tempat saja. Dalam banyak fiksi, waktu terjadinya peristiwa atau action tertentu adalah sangat penting, misalnya geger Oktober 1965. Karya-karya fiksi yang mengedepankan latar ruang atau tempat biasanya diklasifikasikan sebagai contoh-contoh fiksi yang mengangkat warna lokal atau regionalisme. Pengarang-pengarang yang berasal dari etnik tertentu sering berupaya mengamati dan menampilkan sejumlah efek sebuah latar tempat (geografis) tertentu yang sangat bermakna, baik latar yang bersifat fisik netral maupun yang spiritual terhadap tokoh.
Dalam hubungannya dengan latar, terutama yang menyangkut latar waktu, sebagai pengedepanan dalam fiksi, perlu dikemukakan tentang bagaimana waktu itu berlangsung dalam fiksi.

D.    Hubungan Latar dengan Unsur Cerita yang lain
Penekanan unsur-unsur latar bermaksud memperjelas suatu cerita baik itu dari gaya bahasa, karakter tokoh, geografis, sosial budaya, dan sebagainya. Sehingga membuat pembaca mejadi lebih memahami bahan bacaannya.
Latar sangat erat kaitannya dengan unsur fiksi yang lain dan bersifat timbal balik. Sifat-sifat latar dalam banyak hal akan mempengaruhi sifat-sifat tokoh. Bahkan bisa dikatakan bahwa sifat seseorang dibentuk oleh latarnya. Suatu contoh bisa kita lihat pada perbedaan sosial budaya, pola pikir, tingakah laku dan yang lainya pada setiap tokoh.
Misalnya pada novel Siti Nurbaya. Menurut Sugihastuti dan Suharto (2002:195), tema yang diangkat pada novel Siti Nurbaya yaitu adat lama yang menghalangi kemajuan dan kehidupan modern. Semangat untuk mengubah adat yang kolot, jika belum benar-benar bulat dan tidak mendapatkan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, tidak akan mendapat keberhasilan. Tema tersebut dibangun oleh masalah pokok pertentangan adat tua dengan adat muda. Masalah tersebut juga berdekatan dengan masalah gender dan emansipasi perempuan.
Pertentangan pandangan antara kedua adat diperkeruh oleh masalah penindasan terhadap orang-orang lemah oleh orang-orang kuat. Orang-orang kuat termasuk pendukung adat tua, sedangkan  pendukung adat muda berada pada pihak yang lemah.
Untuk menghidupkan masalah dan tema tersebut dihadirkan beberapa tipe tokoh. Dalam novel Siti Nurbaya, antara lain tokoh yang membawa ide pembaharuan (Samsulbahri, Siti Nurbaya, dan Sutan Mahmud), tokoh yang menentang pembaharuan, tokoh-tokoh yang kolot sekaligus jahat, dan tokoh yang setengah hati dalan menyikapi perubahan. Mereka yang tergolong kuat mendapatkan kekuatan dari adat dan kelompok penjahat. Sebaliknya, orang yang lemah tidak mendapatkan perlindungan dari mana pun.
Tokoh yang membawa ide pembaharuan digambarkan sebagai orang-orang yang berwatak baik dan berperilaku mulia. Kadang-kadang kebaikan watak tercermin pada keindahan parasnya. Sedangkan keburukan tokoh seringkali tercermin pada keburukan bentuk fisik dan perangainya.
Tokoh-tokoh tersebut dihidupkan dalam setting daerah yang tepat. Dalam novel Siti Nurbaya, tokohnya dihidupkan dalam setting daerah Minangkabau, yang mempunyai sistem kekerabatan (latar sosial) mengenai hubungan keturunan melalui garis kerabat wanita. Pemilihan latar ini sangat tepat untuk mendukung masalah dan tema karena dalam adat kuno yang sedemikian itulah berlangsung dominasi laki-laki dan subordinasi perempuan yang antara lain terwujud dalam bentuk kawin paksa, poligami, kekerasan terhadap perempuan, tidak diperbolehkannya anak perempuan bersekolah, pengagungan kebangsawanan, dan anggapan bahwa perempuan adalah hamba laki-laki.
Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa hubungan antarunsur novel Siti Nurbaya sangat berpengaruh satu dengan yang lain. Masalah yang muncul mendukung tema dan tema didukung oleh unsur-unsur yang lain, misalnya pelataran. Kelebihan unsur yang satu mempengaruhi kebaiakn unsur yang lain.



DAFTAR RUJUKAN

Sugihastuti dan Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa”

METAFORA be a great blog 1. Analisis Puisi “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa” Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa Oleh: Taufik Ismail Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kauagungkan Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi April, 1965 Hasil analisis:             Ketika seseorang anak mulai menginjak usia kedewasaan, tentunya ia memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap dirinya dan keluarganya. Ketika anak mulai beranjak dewasa, saat ia mampu bekerja sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya, tanggung jawab orang tua kepada anaknya itu perlahan akan bebalik menjadi tanggung jawab seorang anak untuk orang tuannya. Oleh karena itu, pada puisi “ Nase

MACAM GAMES UNTUK ICE BREAKING

METAFORA be a great blog PANDUAN  WICARA KELOMPOK 09 PERMAINAN (GAMES) Di dalam materi wicara kelompok 09 ini berisikan teori tenang games yang meliputi Unjuk Kebolehan  ( Yel-Yel ), Akting Beregu ( Team Acting ), Sebut Nama Panggilan ( Say The Nickname ), Perang  Fantastik  ( Fantastic War ), Apa Selanjutnya? (What’s Next?); Mari Kita Bercerita! ( Let’s Tell A Story !), Resep Gotong Royong ( What’s in The Soup? ), Ceritakan Gambar  ( Telling The Picture), Bisik Berantai ( The Grape Vive ), Kontes Ucapan ( Pronounciation Contest ), Dua Puluh Pertanyaan ( Twenty Question ), Teka-Teki ( Guessing ), dan Tebak Gerak-Gerik ( Guess The Gestures ) TUJUAN PEMBELAJARAN             Setelah menerima sajian tentang pokok bahasan wawancara ini diharapkan mahasiswa dapat: (2) menunjujkkan contoh-contoh permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok; dan (1) melakukan simulasi permainan (games) dalam kegiatan wicara kelompok sesuai denganj aturan main yang telah ditentukan. K

KRITIK SASTRA CERPEN ANAK KEBANGGAN

Nama          : Enif Nurul Khoirubianti NIM/OFF   : 110211413115/BB WUJUD KECINTAAN SEORANG AYAH YANG DISALAH GUNAKAN OLEH ANAK YANG DIBANGGAKANNYA Judul Cerpen             : Anak Kebanggaan Halaman                       : 15-26 Penulis                         : A.A. Navis Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit            : Cetakan ke-16, 2010 1. Sinopsis cerpen “Anak Kebanggan” karya A. A. Navis             Ompi adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinnya, selain itu Ompi juga seorang yang kaya raya. Setelah kepergian istrinnya, Ompi hanya tinggal dengan anak semata wayangnnya yaitu, Indra Budiman. Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter. Akhirnnya, Indra Budiman pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studi SMA disana. Semenjak itu, Ompi yakin anaknya akan menjad