METAFORA be a great blog
YANG KAMI MINTA
HANYALAH
Yang
kami minta hanyalah bendungan saja
Penawar
musim kemarau dan tangkal bahaya banjir
Tentu
Bapa sudah melihat gambarannya di koran kota
Tatkala
semua orang bersedih sekadarnya.
Dari
kaki langit ke kaki langit air membusa
Dari
tahun ke tahun ia datang melanda
Sejak
dari lutut, ke paha lalu lewat kepala
Menyeret
semua.
Bila
air surut tingallah angin menudungi kami
Di
atas langit dan di bwah lumpur kaki
Kelepak
pohon di pohon randu.
Bila
tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi
Sawah
retak-retak berebahan tangkai padi
Nyanyi
katak bertalu-talu.
Yang
kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Tidak
tugu atau tempat main bola
Yang
mancur warna-warni.
Kirimkan
kapur dan semen. Insinyur ahli
Lupakan
tersianya sedekah berjuta-juta
Yang
tak sampai kepada kami
Bertahun-tahun
kita merdeka, Bapa
Yang
kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Kabulkanlah
kiranya
Taufiq Ismail, 1966
Hasil
Analisis:
Puisi
“Yang Kami Minta Hanyalah” karya
Taufik Ismail yang dibuat pada tahun 1966, mengambarkan betapa buruknya sikap
pemimpin negara kita dalam menyikapi keluh kesah rakyatnya akibat permasalahan
yang berkaitan dengan masalah air, banjir, dan kekeringan. Padahal telah jelas
diberitakan lewat koran-koran kota yang beredar, yang memberikan informasi
betapa rakyat sengsara oleh beberapa peristiwa yang terjadi akibat bencana yang
mereka alami. Namun, pemerintah terkesan acuh terhadap segala hal dan perestiwa
yang melanda rakyat kecil. Para pemimpin terkesan tidak memperdulikan penderitaan
yang mereka alami. Penyair yang mengibaratkan dirinya sebagai rakyat kecil
dengan masalah-masalah sosial yang menerpa hidupnya, turut serta mempertanyakan
bagaiman bentuk tangungjawab seorang pemimpin negara untuk membantu
menyelesaikan masalah-masalah sosial rakyatnya. Penyair berusaha agar pemimpin
saat itu mau memperhatikan dan perduli akan kesedihan yang dirasakan oleh
rakyat dengan cara memenuhi segala yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Pada bait
pertama penyair mencoba menjelaskan pentingnya kebutuhan akan sebuah bendungan.
Meskipun hanya sebuah bendungan, ternyata bangunan itu memiliki peran yang
berarti bagi masyarakat yang sering mengalami banjir dan kekeringan. Misalnya
saja saat musim kemarau, bendungan digunakan sebagai penampung air agar mereka
tidak kekeringan dan mencegah terjadinya banjir pada musim penghujan. Bendungan
itu tidak digunakan untuk kepentingan sebagian orang saja tetepi juga
mencangkup kepentingan banyak orang. Kejadian ini ditunjukkan penyair pada bait
pertama yang berbunyi:
Yang
kami minta hanyalah bendungan saja
Penawar
musim kemarau dan tangkal bahaya banjir
Tentu
Bapa sudah melihat gambarannya di koran kota
Tatkala
semua orang bersedih sekadarnya.
Bait ke-2
Dari
kaki langit ke kaki langit air membusa
Dari
tahun ke tahun ia datang melanda
Sejak
dari lutut, ke paha lalu lewat kepala
Menyeret
semua.
Pada
bait ke-2 menerangkan bagaimana dampak yang harus mereka rasakan setiap
tahunnya akibat peristiwa yang sama, yaitu banjir. Banjir yang terjdi mulai
dari banjir kecil yang kedudukan air itu hanya sebatas lutut, kemudiaan
menyebar lebih tinggi menuju ke paha, hingga bencana besar, berupa banjir besar
(banjir bandang) terjadi dan mampu menghilangkan ribuan nyawa, menengelamkan
rumah, dan memporak-porandakan semuanya yang dilalui oleh air hingga tak
bersisa. Padahal jika pemerintah tanggap dan mau memikirkan jalan keluar untuk
mangatasi permasalahan akan peristiwa yang terjadi, banjir tidak akan datang
setiap tahunya. Bahkan jika solusi itu direncanakan secara baik penderitaan
akibat bencana banjir tidak akan lagi mereka rasakan.
Bait ke-3
Bila
air surut tingallah angin menudungi kami
Di
atas langit dan di bawah lumpur kaki
Kelepak
podang di pohon randu.
Mengambarkan
keadaan ketika air akibat banjir telah surut, tinggallah hanya angin yang
melindungi kami (rakyat yang tengah sedih tertimpa musibah). Masih jelas
terlihat sisa-sisa lumpur yang terseret air akibat bencana banjir masih terasa
menempel di kaki. Tetap saja melihat keadaan itu, pemerintah menampilkan sikap
acuh dan tetap tidak memperdulikan nasib warganya yang sedang mengalami
kesusahan. Pemerintah hingga detik ini masih menabur-naburkan janji tanpa
diketahui pasti kapankah janji itu akan nyata direalisasikan.
Bait ke-4
Bila
tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi
Sawah
retak-retak berebahan tangkai padi
Nyanyi
katak bertalu-talu.
Bila tanggul yang mereka buat sendiri
sudah tidak mampu manahan derasnya air yang mengalir, tanggul akan pecah dan
menyisahkan bekas-bekas runtuhan bangunan. Petani gagal panen karena
sawah-sawah mereka rusak dan hasil padi gagal dipanen untuk dijual dan
menghasilkan uang. Sedang pemerintah tetap asik dengan urusannya masing-masing
tanpa sedikitpun turut serta membantu meringankan beban rakyat yang semakin
menderita akibat ketidak pedulian pemerintah.
Bait ke-5
Yang
kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Tidak
tugu atau tempat main bola
Yang
mancur warna-warni.
Bait ke-6
Kirimkan
kapur dan semen. Insinyur ahli
Lupakan
tersianya sedekah berjuta-juta
Yang
tak sampai kepada kami.
Pada
baik ke-5 dan ke-6 disebutkan kembali permintaan yang diinginkan oleh rakyat
agar pemerintah segera merealisasikan apa yang mereka butuhkan. Sangatlah mudah
bagi pemerintah untuk mengabulkan permintaan mereka yang sangat sederhana untuk
dibangunkan sebuah bendungan. Mereka tidak meminta tugu, tempat main bola, dan
air mancur yang serba bagus, indah bentuknya warna-warni tampilan gedungnya .
Mereka hanya meminta dibangunkan sebuah bendungan, kemudian dengan segera
menyelesaikan membangun bendungan dengan jalan mengirimkan bahan-bahan untuk
membangun bendungan berupa kapur dan semen serta tenaga ahli berupa insinyur.
Bahkan rakyat tak akan marah dan menuntut hak yang seharunya mereka terima
ternyata tidak sampai ke tangan mereka dan dirampas oleh pemimpin negara. Cukup
dengan dipenuhi apa yang saat itu mereka inginkan, mereka akan diam. Sebelum
mengakhiri puisinya, penyair mempertanyakan akan kemerdekan yang seharunya
mereka dapatkan pada negara yang telah merdeka selama bertahun-tahun. Akan
kesejahteraan yang tetap tidak mereka peroleh meskipun negara yang mereka
tempati telah merdeka. Mereka mengharapkan akan adanya bukti nyata perubahan
kehidupan setelah merdeka. Hal ini ditunjukan pada bait ke-7 yaitu:
Bertahun-tahun
kita merdeka, Bapa
Yang
kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Kabulkanlah kiranya.
Masalah yang terdapat pada puisi di atas adalah
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusIsi yg terkandung dlm puisi itu
BalasHapus